Kamis, 23 Juli 2015

Sotereologi


Apakah Orang Kristen bisa murtad ?
Ibrani 6:1-6


Pengantar
Kemurtadan adalah sebuah fenomena dalam Kekristenan. Namun apa sebetulnya kemurtadan? Apa yang terjadi pada diri seseorang yang murtad? Melalui tulisan singkat ini penulis hendak menjelaskan apa sebetulnya kemurtadan itu. Penulis juga hendak menjelaskan hubungan antara kemurtadan dan keselamatan orang percaya. Melalui tulisan ini, penulis hendak membela pandangan bahwa keselamatan orang percaya tidak mungkin hilang.

Beberapa Pengertian
George Eldon Ladd menulis bahwa menurut pandangan tradisional, Surat Ibrani ditujukan kepada komunitas Yahudi Kristen (kemungkinan) di Roma (13:24) yang sedang dihadapkan pada penganiayaan. Komunitas Yahudi tersebut terancam untuk murtad (apostasy) dari imannya kepada Kristus dan kembali kepada Yudaisme. Peringatan penulis terhadap bahaya kemurtadan ini tersebar dalam seluruh bagian Surat Ibrani, yaitu pada 2:1-4; 3:7-4[:11]; 5:11-6:12[20]; dan 10:19-39. Dale Moody dalam bukunya yang berjudul Apostasy menambahkan 12:1-29.
Dalam Ibrani 6:6 tertulis, “namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.” Dave Hagelberg menyatakan bahwa “menyalibkan lagi Anak Allah” berarti “berpikir bahwa salib layak bagi Yesus.” Hagelberg sebelumnya menjelaskan bahwa ketika Yesus disalibkan oleh umat Israel, mereka menganggap salib itu layak untuk Dia. Dan setelah mereka bertobat, mereka berpaling dari pikiran itu dan merasa bahwa salib itu sangat tidak layak bagi Tuhan Yesus. Kalau mereka murtad berarti mereka memihak (lagi) kepada orang-orang yang setuju dengan penyaliban Kristus. Ini menunjukkan bahwa mereka sudah mengeraskan hati.
Sedangkan John Owen menjelaskan frasa “menyalibkan lagi Anak Allah” dengan menulis bahwa mereka tidak dapat benar-benar menyalibkan Yesus; mereka melakukan itu kepada diri mereka sendiri secara moral. Melalui kemurtadan mereka, mereka memperlihatkan bahwa mereka setuju dengan orang-orang Yahudi yang menyalibkan Yesus. Tidak ada lagi ketidakhormatan yang lebih besar dari ini. Dosa mereka lebih besar daripada orang-orang Yahudi yang secara historis telah menyalibkan Yesus.
Menurut Owen, dalam kasus kemurtadan, tidak ada korban pengganti, baik di Perjanjian Lama, maupun di Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, orang yang murtad akan mati tanpa belas kasihan. Demikian juga di bawah Injil. Orang yang murtad dari Kristus tidak akan menemukan korban pengganti bagi dosa-dosanya. Allah akan membuangnya dan menghancurkannya. John Owen menyatakan bahwa satu-satunya pengorbanan Kristus yang telah terjadi adalah untuk menyelesaikan masalah dosa umatNya di masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, dan juga bagi dosa-dosa mereka yang tidak ada korban penggantinya menurut hukum. Contoh dosa semacam ini adalah pembunuhan dan perzinahan. Karena itu Daud yang telah melakukan dua dosa ini berkata, “Karena Engkau tidak menghendaki persembahan, bahkan sekiranya aku hendak memberikannya.” (Mzm. 51:18). Namun pengorbanan Kristus adalah untuk menebus dosa-dosa ini juga. Korban Kristus lebih dari mampu untuk menebus setiap orang yang paling berdosa. Jika orang-orang berdosa mengabaikan satu-satunya pengorbanan ini, mereka menjatuhkan kesalahan kepada diri mereka sendiri. Di sini kita melihat bahwa pandangan Owen tentang arti frasa “menyalibkan lagi Anak Allah”, sama dengan pandangan Hagelberg.
John Brown menjelaskan bahwa frasa ini semakin menunjukkan kekejaman dari kejahatan yang mereka lakukan. Frasa ini menunjukkan bahwa kejahatan mereka adalah sesuatu yang tak termaafkan dan secara terbuka telah memproklamasikan bahwa Yesus adalah penipu. Seolah-olah mereka hendak menyatakan, “Bapa kami telah melakukan hal yang tepat dengan membawa Dia, orang yang tak beriman, kepada salib.” Demikianlah mereka mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan para penyalib Yesus.
Menurut William L. Lane, frasa “menyalibkan lagi Anak Allah”, dalam bahasa aslinya merupakan kata Yunani yang berbentuk present participle, yaitu anastaurountas (menyalibkan lagi [Anak Allah]). Kata ini bersifat memperkuat nuansa yang ada di dalam kata Yunani berbentuk aorist participle, yaitu parapesontas (murtad). Lane menyatakan bahwa kata parapesontas ini sepadan/sinonim dengan kata apostenai (murtad). Bentuk aorist dalam kata parapesontas mengindikasikan satu momen yang menentukan dari suatu komitmen menuju kemurtadan. Kemurtadan menuntut satu penolakan yang tegas atas karunia Allah. Apa yang digambarkan dalam ayat enam ini adalah satu ekspresi yang menunjuk kepada setiap bentuk peralihan dari iman kepada Anak Allah yang tersalib. Ini bisa jadi berbentuk tuntutan untuk kembali kepada pengakuan dan praktek Yudaisme atas desakan massa yang kejam, sehingga melakukan penyangkalan publik atas iman di dalam Kristus demi keuntungan pribadi.
Berkenaan dengan frasa “menyalibkan lagi Anak Allah”, William Barclay menjelaskan bahwa penulis Ibrani melihat salib sebagai satu peristiwa yang membuka jendela ke dalam hati Allah. Sehingga, dosa tidak hanya menghancurkan hukum Allah; melainkan kembali dan kembali, menghancurkan hati Allah. Demikianlah, ketika kita berdosa, kita menyalibkan Kristus lagi.

Kemurtadan dan Keselamatan
Menurut Moody, Kamus Webster’s mendefinisikan apostasy sebagai “penolakan satu iman keagamaan” atau “meninggalkan kesetiaan sebelumnya.” Alkitab Revised Standard Version menterjemahkan kata parapesontas menjadi commit apostasy yang secara literal berarti “telah jatuh/kalah/berhenti” (dari kata “para”, sepanjang; dan kata “pipto”, jatuh). Moody menggunakan kata apostasy berdasarkan kata Yunani berbentuk aorist infinitive, apostenai (commit apostasy departing or falling away from the living God), dalam 3:12. Sedangkan Hagelberg menulis bahwa murtad sama artinya dengan “jatuh dari (Allah)”. Dari segi tata bahasa, frasa ini adalah sebuah rantai yang terdiri dari lima aorist participle, yaitu diterangi, mengecap, menjadi, sekali lagi mengecap, dan akhirnya murtad.
Moody juga mengutip Watson E. Mills yang menyatakan bahwa dalam Kitab Yeremia, kata Yunani apostasai (apostasy) diterjemahkan sebagai meshubah dan mendominasi tujuh bab pertama dalam Kitab Yeremia. Karena itu Moody menyatakan bahwa dapat dipastikan bahwa penulis Ibrani mendapatkan istilah apostasia ini dari Nabi Yeremia. Namun dalam bukunya, Moody juga mencatat tentang usaha beberapa orang untuk membela pandangan bahwa kata Yunani, apostasy, tidak memiliki pengertian sebagaimana yang dipahami sekarang dalam bahasa Inggris. A.T. Robertson menyatakan bahwa teks Yunani terang-terangan menyangkal kemungkinan pembaruan dari seseorang yang murtad dari Kristus. Ini adalah gambaran yang parah dan tidak dapat diperhalus.
H.H. Hobbs mencoba untuk membuktikan kesalahan dari pandangan Robertson dengan mengatakan bahwa penulis Surat Ibrani berasumsi bahwa mereka yang dideskripsikan sebagai orang yang telah “diperbarui” di dalam “pengalaman spiritual yang asli” namun kemudian murtad, adalah mereka yang beresiko menahan pertumbuhan rohani, sebagaimana orang-orang Kristen Yahudi ini di dalam resiko untuk jatuh dari tujuan utama mereka di dalam perilaku dan pelayanan Kristen.
Borchert berargumen bahwa kata murtad di dalam Ibrani 6:6 tidak sama dengan yang digunakan dalam Ibrani 3:12 dimana kata Yunani, apostenai, berarti jatuh. Adalah benar bahwa aorist participle, parapesontas, digunakan dalam 6:6 dan aorist infinitive, apostenai, dalam 3:12, namun kata-kata ini memiliki arti yang cenderung sama. Tidak ada perbedaan di dalam pengalaman “jatuh” dalam 3:12 dengan “telah jatuh” dalam 6:6. Alkitab Revised Standard Version tidak salah. Demikian ada dua pandangan berkenaan dengan pengertian kata murtad dalam Surat Ibrani. Ahli-ahli seperti H.H. Hobbs melihat kata murtad ini sebagai suatu keadaan yang beresiko menahan pertumbuhan rohani, sedangkan ahli-ahli seperti Dale Moody, Hagelberg, bahkan Alkitab Revised Standard Version, melihat bahwa kata murtad ini berarti terpisah dari Allah yang hidup.

Kemungkinan Murtad
Berkenaan dengan isu mengenai bisa-tidaknya orang yang sudah percaya, murtad, penganut Teologi Reformed berpegang pada Bab V dari Canons of Dort yang berjudul The Perseverance of the Saints (ketekunan orang-orang kudus). Judul ini bisa menjebak, karena yang sesungguhnya dibicarakan adalah pemeliharaan Allah kepada umatNya. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan Allah atas umatNya (Artikel 1-8), dan jaminan pemeliharaan bagi orang-orang percaya (Artikel 9-15).
Dalam artikel-artikel sebagaimana yang disebut di atas, Canons of Dort mengajarkan bahwa meskipun orang-orang percaya melakukan dosa bahkan sampai sebegitu seriusnya, namun Tuhan tidak membiarkan orang-orang percaya itu terhilang/kehilangan keselamatannya. Canons of Dort mengajarkan bahwa pemahaman ini hendak menunjukkan kesetiaan Allah dalam menyediakan dasar teguh yang aman kepada setiap orang percaya. Beberapa ayat-ayat yang digunakan, yaitu Mzm. 130:7; 103:15, 17; Rom. 8:39; Fil. 1:6; dan Yoh. 10:27, 28. Namun Ben Witherington III telah menulis satu buku yang kontroversial berjudul The Problem with Evangelical Theology: Testing the Exegetical Foundations of Calvinism, Dispensationalism, and Wesleyanism (Baylor University, 2005). Dalam buku tersebut Witherington menjelaskan bahwa sistem Calvinisme yang terkait dengan ide-ide predestinasi, anugerah yang tak dapat ditolak, dan khususnya ketekunan orang-orang kudus, memiliki kelemahan-kelemahan eksegetikal.
Menurut Witherington, dalam Surat Ibrani, terdapat peringatan kepada orang-orang Yahudi di Roma tentang bahaya kemurtadan, dan peringatan yang sangat kuat terlihat khususnya dalam Ibrani 6:1-6. Penulis Ibrani mengingatkan kepada semua orang Kristen Yahudi di Roma dan bukan kelompok-kelompok tertentu saja, ini jelas terlihat dari jalan dan alur dari argumen yang ada di Surat Ibrani. Orang Kristen yang dalam hidupnya hari ini memiliki jaminan keamanan kekal keselamatan, tentunya tidak memerlukan peringatan semacam itu. Dari sini terlihat bahwa penulis Surat Ibrani tidak berpikir bahwa ada orang-orang semacam itu; ia tidak berpikir bahwa seseorang tidak bisa hilang keselamatannya; tidak sampai seseorang itu berada aman di alam kekal.
Seperti halnya Witherington, Hagelberg pun berpandangan bahwa orang percaya bisa murtad. Moody kemudian menulis bahwa Surat Ibrani mengajarkan tentang preseverance of the saints. Namun topik ini telah dipahami secara salah sebagai, “jaminan keamanan orang percaya”. Perubahan istilah ini diusulkan oleh J.R. Graves pada 3 Mei 1873. Murid-murid Graves mengadopsi konsepnya lalu memahaminya sebagai “keamanan kekal.” Demikian, topik tentang kemurtadan pun kemudian dihubungkan dengan “keamanan kekal” ini, termasuk oleh Moody sendiri. Berkenaan dengan ini, John Owen menuliskan satu pemikiran yang dapat menstimuli kita untuk mencoba mengambil sikap dengan lebih tegas, berkenaan dengan apakah keselamatan bisa hilang.
Topik kemurtadan dalam Surat Ibrani memang menimbulkan perdebatan. Namun John Owen menyatakan bahwa jika seseorang menemukan satu nats Alkitab yang istimewa, namun tidak mencoba untuk menjelaskannya dari terang keseluruhan Alkitab, ia bisa jatuh ke dalam kekeliruan. Ia kemudian menjelaskan Ibrani 6:4-6. Ia menyatakan bahwa untuk mempelajari nats ini, kita harus mencoba memperhatikan konteks, maksud penulis, dan apa yang ditekankan tulisannya. Berbicara tentang konteks, teks dimulai dengan kata “Karena”, yang memberitahukan kepada kita untuk melihat ke belakang dan mencari tahu mengapa kata-kata ini ditulis.
Kata-kata ini segera saja didahului oleh, ”Kalau Allah mengijinkan.” Kemudian dari ayat sembilan, Owen menemukan bahwa nats ini tidak ditujukan kepada orang-orang percaya. Bagaimana pun ia memberikan peringatan agar pembacanya tidak menjadi seperti itu. Ia menegur mereka karena mereka malas. Bukannya bertumbuh dan meningkat di dalam pengetahuan iman dan pengetahuan praktis, mereka hanya berjalan di tempat, kalau bukan dikatakan mundur. Penulis Ibrani pun memperingatkan pembacanya agar tidak menjadi orang yang kelihatannya hidupnya sudah menjadi baik, yang dikira orang telah meninggalkan hidup lama, namun ternyata mereka terpeleset dan jatuh. Tidaklah dinyatakan secara jelas apakah ada Kovenan Anugerah atas hidup orang-orang ini, atau tentang adanya tugas iman atau kepatuhan yang telah mereka kerjakan. Mereka tidak dinyatakan sebagai orang-orang yang telah dibenarkan, disucikan, atau diadopsi menjadi anak-anak Allah. Kemudian, ketika penulis mendeklarasikan imannya dan kepercayaannya bahwa pembacanya bukanlah orang-orang yang berada di antara mereka yang telah ia gambarkan, ia menyatakannya atas tiga dasar:
  1. Orang percaya yang sejati memiliki ciri-ciri yang mendampingi anugerah keselamatan yang telah diterimanya. Hal-hal ini tidak terpisahkan dari keselamatan. Karenanya di dalam teks, tidak ada dari antara hal-hal ini yang tidak terpisah dari keselamatan.
  2. Orang percaya sejati dikenali lewat ketaatan mereka dan lewat buah-buah iman dalam kehidupan mereka (ayat 10). Dengan demikian, penulis Surat Ibrani mendeklarasikan bahwa mereka berbeda dari orang-orang murtad yang digambarkan. Tidak ada orang-orang yang telah memiliki buah iman yang menyelamatkan dan kasih yang tulus, dapat binasa.
  3. Orang percaya hidup d bawah pemeliharaan dan kesetiaan Tuhan, yang telah berjanji untuk memelihara mereka secara kekal. Namun Tuhan hanya berjanji untuk menjaga mereka yang ada di dalam kovenan anugerah, sehingag tidak binasa dalam kekekalan.
Kesimpulan
Peringatan penulis terhadap bahaya kemurtadan ini tersebar dalam seluruh bagian Surat Ibrani, yaitu pada 2:1-4; 3:7-4[:11]; 5:11-6:12[20]; 10:19-39; dan 12:1-29. Orang-orang yang murtad memperlihatkan bahwa mereka setuju dengan orang-orang Yahudi yang menyalibkan Yesus. Tidak ada lagi ketidakhormatan yang lebih besar dari ini. Dosa mereka lebih besar daripada orang-orang Yahudi yang secara historis telah menyalibkan Yesus. Saya pribadi berpandangan bahwa kata murtad dalam Surat Ibrani ini berarti terpisah dari Allah yang hidup. Dengan demikian terkait dengan persoalan keselamatan. Namun berlandaskan kepada pandangan John Owen, saya berpandangan bahwa keselamatan tidak bisa hilang, karena Ibrani 6:1-6 tidak ditujukan kepada orang percaya. Selain itu, Owen juga mengajarkan bahwa untuk memahami ketidakjelasan satu nats, kita harus mencari kejelasannya dari keseluruhan bagian Alkitab.

Kepustakaan :
  1. George Eldon Ladd, A Theology of the New Testament (Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1975), 571-2. Dale Moody, Apostasy (Greenville, South Carolina: Smyth & Helwys Publishing, Inc., 1991), 61.
  2. Dave Hagelberg, Tafsiran Ibrani dari bahasa Yunani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996), 37-38.
  3. John Owen, Apostasy from the Gospel, ed. P.J.K. Law (Edinburgh & Pennsylvania: The Banner of Truth Trust, 1992), 33.
  4. John Owen, Hebrews: The Epistles of Warning (Grands Rapids, Michigan: Kregel Publications, 1977), 98.
  5. John Brown, Hebrews (Edinburgh & Pennsylvania: The Banner of Truth Trust, 1983), 293-4.
  6. William L. Lane, Word Biblical Commentary: Hebrews 1-8, vol 47A, ed. David A. Hubbard, et.al. (Dallas, Texas: Word Books, 1991), 142.
  7. Simon J. Kistemaker, New Testament Commentary: Exposition of the Epistle to the Hebrews (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1989), 163.
  8. William Barclay, The Letter to The Hebrews (Edinburgh: The Saint Andrew Press, 1960), 59.

Selasa, 03 Februari 2015

Yesaya 7 : 14




Yesaya 7:14 menurut pandangan kaum liberal

Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yes 7 : 14 ITB)

Therefore the Lord himself shall give you a sign; Behold, a virgin shall conceive, and bear a son, and shall call his name Immanuel. (Isa 7:14 KJV)


Banyak penganut liberal akan menafsirkan ayat tersebut, sebagai berikut :
  • Penulis Matius mengutip Septuaginta, yaitu Alkitab Ibrani dalam bahasa Yunani, yang dicurigai bahwa Yesaya 7: 14 dalam Septuaginta mengandung kesalahan terjemahan (translation error). Yesaya menggunakan kata ’almah’ untuk menggambarkan seorang gadis muda dalam usia siap menikah (marriagable age). Jika ia ingin merujuk perawan, seharusnya menggunakan kata ‘bethulah’ Penulis terjemahan Yunani (Septuaginta) melakukan kesalahan ketika menerjemahkan ‘almah’ Ibrani ke ‘parthenos’ Yunani, yang berarti perawan . Penulis Matius dan Lukas yang mungkin tidak dapat membaca bahasa Ibrani ; mereka akan mengandalkan terjemahan Septuaginta. Mereka mendasarkan bagian dari tulisan mereka pada kesalahan dalam penerjemahan ke dalam bahasa Yunani itu. Indikasinya bahwa mereka memaksakan cerita untuk membuat nubuatan Yesaya 7:14 itu menjadi kenyataan dalam kitab Injil mereka di Perjanjian Baru.
  • Nubuat Yesaya tentang Immanuel yang lahir tahun 742 SM, yaitu tahun pertama pemerintahan raja Ahas.  Ahas , raja Yehuda , menghadapi serangan pasukan gabungan dari Suriah dan Israel. Yesaya menjelaskan kepada Ahas bahwa ia tidak harus membentuk aliansi dengan Asyur . Untuk mendukung nasehat ini, Allah akan memberikan tanda : seorang wanita muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak yang akan diberi nama Immanuel . Tanda ini hanya akan menjadi efektif jika terjadi segera . Tanda ini tidak akan meyakinkan raja Ahaz, jika nubuat Yesaya tersebut tidak terpenuhi sampai setelah kematian Raja Ahas.
  • Yesaya jelas tidak mengacu kepada suatu peristiwa yang akan terjadi berabad-abad kemudian. Jika ia merujuk ke masa depan yang jauh, seperti dalam pasal 11 , dia biasanya menggunakan frasa kata seperti "pada hari itu".
  • Terjemahan bahasa Ibrani nama Immanuel ( Yunani : Emmanuel ) sebagai "Allah beserta kita" dalam Matius 1:23 menyiratkan bahwa penyandang nama itu bersifat ilahi. Nama itu benar-benar berarti "Tuhan beserta kita",  yang berarti bahwa Tuhan akan mendukung kita. Arti nama itu masuk akal,  jika nama anak itu adalah untuk menunjukkan kepada raja Ahaz bahwa Allah ada di pihaknya.
  • Lukas 1 menyebutkan  bahwa Maria akan memanggil anaknya Yeshua ( Yesus dalam bahasa Yunani ). Yesus disebut Yeshua di seluruh Kitab Suci Kristen - bukan Immanuel.

Ide Yesus yang lahir dari seorang perawan tidak dinubuatkan oleh Yesaya. Sebaliknya, Yesaya seharususnya memaksudkannya kepada seorang wanita muda yang melahirkan anak laki-laki sekitar 742 SM - kejadian umum yang sangat normal.  Dia meramalkan bahwa ia akan memanggil namanya Immanuel. Banyak kelahiran pada wanita muda yang mungkin akan terjadi pada waktu itu. Tetapi , tidak disebutkan baik dalam Alkitab maupun dalam catatan sejarah atau arkeologi yang secara positif mengacu kepada Immanuel yang telah lahir . Hal ini mungkin atau tidak mungkin menjadi kenyataan, tetapi nubuat itu tentu tidak berhubungan dengan kelahiran Yesus.
  
Selain itu kisah kelahiran anak dara adalah sebuah contoh kisah legenda, mitos, paganisme yang beredar dalam periode waktu penulisan kitab-kitab injil, sehingga tidak dapat dipungkiri adanya nafas helenisme di dalam karya tulisan kitab-kitab Injil di abad-abad pertama,  di mana kerajaan dan kebudayaan Yunani menjadi pusat peradaban dunia yang paling maju pada masa itu. 

Referensi
  1. King James version of the Bible
  2. Tim Callahan, "Bible prophecy: Failure or fulfillment?," Millennium Press, (1997), Page 6.
  3. "Who is Jesus - Preview: What were people saying before he was born," Campus Crusade for Christ Online, at:  http://www.ccci.org/whoisjesus/
  4. B.M. Metzger & M.D. Googan, Eds., "The Oxford Companion to the Bible," Oxford University Press, (1993), Page 789 to 790. Read reviews or order this book

Senin, 02 Februari 2015

Yesaya 7 : 14 menurut pandangan Konservatif



Yesaya 7:14 menurut pandangan kaum konservatif
             
Keyakinan kaum konservatif ini didasarkan pada konsep bahwa Alkitab ditulis  tanpa salah (inerrant). Jadi jika salah satu bagian dari Alkitab memprediksikan suatu kejadian, dan satu atau lebih bagian-bagian selanjutnya menyatakan bahwa kejadian tersebut benar-benar terjadi , maka kedua prediksi (nubuat) dan penggenapannya benar-benar terjadi seperti yang dinyatakan. Nubuatan itu benar . Dalam hal ini , konsepsi anak dara adalah suatu kejadian mujizat, jika ramalan (nubuatan)  menjadi kenyataan, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa nubuatan itu diilhami oleh Roh Kudus.

  • Dalam Yesaya 7:14 , penulis Yesaya mencatat bahwa pada tahun 734 SM "seorang perawan akan mengandung dan melahirkan seorang putra , dan akan menamakan Dia Immanuel. "         
  • Dalam Matius 1 : 18-20 , penulis Matius menguraikan kelahiran Yesus yang telah terjadi, ditulis di abad 4 sampai 7 M -- beberapa dekade di masa lalu. Dia menyatakan : " ... Ketika Maria bertunangan dengan Yusuf , sebelum mereka hidup sebagai suami istri , Maria telah mengandung dari Roh Kudus ... yang yang dikandung dalam dirinya adalah anak dari Roh Kudus ... " Dalam Matius 1:23 , penulis mengutip Yesaya : "Sesungguhnya , anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-lak, dan mereka akan menamakan Immanuel , yang berarti Allah beserta kita. 
  •  Mungkin dalam waktu sepuluh tahun setelah Matius menulis ayat di atas, penulis Injil Lukas menulis dalam Lukas 1 : 26-35 : " ... malaikat Gabriel diutus ... kepada Maria yang bertunangan dengan Yusuf, dari keluarga Daud ... sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang putra , dan akan menamakan dia Yesus ... Roh Kudus akan turun atasmu , dan kuasa Allah yang Maha tinggi akan menaungi engkau : sebab itu anak yang akan dilahirkan disebut kudus,  Anak Allah " .

Nubuat Yesaya dalam abad ke-8 SM adalah peristiwa mujizat bahwa seorang perawan akan mengandung. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 6 SM dan tak terelakkan tercatat selama abad pertama Masehi oleh dua penulis Injil. Nubuatan itu sudah tergenapi, dan itu hanya salah satu dari banyak nubuat dalam Kitab Suci Ibrani ( Perjanjian Lama ) yang menubuatkan kehidupan Yesus dan yang dibuktikan oleh Kitab Suci Kristen ( Perjanjian Baru ) sebagai peristiwa aktual yang telah benar-benar terjadi.

Alkitab tidak memiliki konflik internal yang tidak bisa diselaraskan. Para penulis Injil Lukas dan Matius keduanya menegaskan bahwa Maria adalah seorang perawan ketika ia mengandung. Jadi ini pasti benar. Dengan demikian nubuat yang dibuat selama tujuh abad sebelumnya menjadi kenyataan .

Virgin Birth



KEPADA SIAPAKAH NUBUATAN YESAYA 7:14 DITUJUKAN  ?

Pendahuluan
Penafsiran teks Yesaya 7:14 memang menimbulkan banyak spekuluasi dan diyakini bahwa ayat satu-satunya dalam Perjanjian Lama  (hapax legomena) ini yang secara tegas ditujukan kepada sosok Immanuel dalam Perjanjian Baru.
לָ֠כֵן יִתֵּ֙ן אֲדֹנָ֥י ה֛וּא לָכֶ֖ם א֑וֹת הִנֵּ֣ה הָעַלְמָ֗ה הָרָה֙ וְיֹלֶ֣דֶת בֵּ֔ן וְקָרָ֥את שְׁמ֖וֹ  עִמָּ֥נוּ אֵֽל׃

 (Yes 7:14 WTT)

 BGT  Yesaya 7:14 διὰ τοῦτο δώσει κύριος αὐτὸς ὑμῖν σημεῖον ἰδοὺ ἡ παρθένος ἐν γαστρὶ ἕξει καὶ τέξεται υἱόν καὶ καλέσεις τὸ ὄνομα αὐτοῦ Εμμανουηλ
ITB  Yesaya 7:14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.


Mari kita perhatikan bunyi teks tersebut dan kita melihat konteks keseluruhan mulai dari ayat 1-16  sebagai berikut :
ITB  Yesaya 7:1 Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja Aram, dengan Pekah bin Remalya, raja Israel, maju ke Yerusalem untuk berperang melawan kota itu, namun mereka tidak dapat mengalahkannya.
 2 Lalu diberitahukanlah kepada keluarga Daud: "Aram telah berkemah di wilayah Efraim," maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.
 3 Berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: "Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu,
 4 dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.
 5 Oleh karena Aram dan Efraim dengan anak Remalya telah merancang yang jahat atasmu, dengan berkata:
 6 Marilah kita maju menyerang Yehuda dan menakut-nakutinya serta merebutnya, kemudian mengangkat anak Tabeel sebagai raja di tengah-tengahnya,
 7 maka beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan terjadi,
 8 sebab Damsyik ialah ibu kota Aram, dan Rezin ialah kepala Damsyik. Dalam enam puluh lima tahun Efraim akan pecah, tidak menjadi bangsa lagi.
 9 Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya."
 10 TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya:
 11 "Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas."
 12 Tetapi Ahas menjawab: "Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN."
 13 Lalu berkatalah nabi Yesaya: "Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?
 14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
15   Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik
16  sebab sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan kosong.

Latar Belakang
Pada tahun 735 SM, terjadi perang antara Siria yang bersekutu dengan Israel melawan Yehuda (raja Ahas) dalam Yesaya 7:1

Yesaya 7:2 maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin. Ahas-pun mempunyai inisiatif untuk meminta bantuan kepada Asyur untuk menggagalkan serangan Siria dan Israel.

Kemudian Allah memerintahkan Yesaya  dalam Yesaya 7:4 dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut. Yesaya 7:7 : maka beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan terjadi.

Namun sepertinya Ahas pesimis terhadap apa yang disampaikan Yesaya tentang jaminan dari Allah tersebut, maka untuk meyakinkan Ahas, Yesaya menyampaikan nubuat dari Allah tentang tanda-tanda dan saat akan dihancurkannya Siria dan Israel :

Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda ( 
עַלְמָ֗הalmah : menekankan  perempuan muda yang siap menikah, terjemahan bahasa Inggris virgin : perawan).  , dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yesaya 7 : 14). (catatan : kata ‘perawan’ dalam bahasa Ibrani juga dipakai kata betulah, tetapi Yesaya memakai kata almah,mungkin untuk menekankan nuansa muda dan dalam septuaginta jelas dipakai kata parthenos yang artinya perawan ).

Masalah utama
Pertanyaan penting (sehubungan dengan nama Immanuel) adalah untuk menjelaskan bagaimana kelahiran Yesus menggenapi nubuat Yesaya. Masalahnya datang dalam mengharmonisasikan Yesaya 7:14 sebagai tanda untuk Ahas pada abad 8 BC dengan menggunakan Matius sebagai referensi untuk kelahiran Yesus di akhir abad pertama masehi.
Upaya solusi umumnya jatuh di bawah salah satu dari 3 pendekatan sebagai berikut :
1.      Satu pendekatan adalah untuk mengambil nubuatan dalam ayat 14 sebagai eksklusif historis (exclusively historic). Seorang wanita muda, yang mungkin perawan atau tidak perawan pada saat nubuat, menikah dan melahirkan seorang putra. Beberapa mengidentifikasikan wanita tersebut sebagai istri Yesaya dan anaknya yang bernama Maher-Syalal Hash-Bas.
Lainnya memilih bahwa wanita itu adalah istri Ahas, dengan anaknya yang bernama
Hizkia. Dalam kedua kasus, nubuat dalam ayat 14 tidak memiliki hubungan langsung atau
referensi eksplisit untuk Yesus.
2.      Pendekatan kedua adalah mengambil nubuat dalam ayat 14 sebagai eksklusif
hanya untuk mesias dalam diri Yesus Kristus (exclusively mesianic). Wanita perawan adalah Maria, dan anak itu adalah Yesus. Pendapat ini dibagi atas makna ayat 15-16,
Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, sebab sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan kosong. Beberapa ahli mengambil ayat 15-16 untuk  menggambarkan pengalaman Yesus pada abad pertama  masehi.
Lainnya membedakan rujukan kepada Yesus dalam ayat 14 dari anak yang
disebutkan dalam ayat 15-16 sehingga ayat 15-16 menggambarkan pengalaman seorang anak di abad ke delapan Yehuda.
Terlepas dari itu, ayat 14 mengacu kepada kelahiran Yesus dan tidak memiliki kaitan langsung pada keadaan langsung Ahas.
3.      Pendekatan ketiga adalah untuk menggabungkan dua pendekatan pertama dan melihat
sesuatu dari penggenapan ganda (double fulfilment). Pemenuhan awal terjadi
dengan kelahiran anak tidak lama setelah nubuatan, sementara pemenuhan selanjutnya terjadi dengan kelahiran Yesus. Para ahli pendukung pandangan ini menjelaskan hubungan antara pemenuhan ini di salah satu dari dua cara. Beberapa melihat hubungan sebagai melibatkan sensus plenior atau makna lebih penuh di mana Matius memperluas arti dari kata-kata Yesaya dalam penuturan asli untuk menyertakan referensi untuk konsepsi dan kelahiran Yesus. Ahli lain memahami hubungan yang melibatkan tipologi, di mana Matius mengambil kata-kata Yesaya sebagai sesuatu bayangan di luar konteks langsung dan berlaku untuk Yesus dalam hubungan “type-anti type"


Pembahasan

Dengan pemikiran ini, semua dari tiga interpretasi di  atas menghadapi masalah.Pendekatan eksklusif historis muncul untuk meninggalkan janji dalam ayat 14 dari arti literal. Baik ibu Hizkia maupun ibu dari Maher-Syalal Hash-Bas masih perawan pada saat nubuat. Hizkia, di satu sisi, berusia beberapa tahun, ketika nubuat itu diberikan. Maher di sisi lain, adalah anak kedua dari istri Yesaya. Anak pertama, Shear-Yasub sebenarnya ada dengan Yesaya ketika nubuat itu disampaikan. Jadi tidak ada dari keduanya yang dalam hal apapun, yang lahir yang bisa benar-benar disebut "Immanuel," yaitu, "Allah beserta kita."
Ada kemungkinan bahwa Yesaya menggunakan nama dalam arti kiasan atau metafora yang berarti bahwa kelahiran anak hanya diwakili kerja Allah atas nama umat-Nya. Ide itu akan menjadi sesuatu seperti "Tuhan ada di pihak kita." Namun, referensi setelah anak ini menggambarkan Dia dalam hal keilahian, argumentasinya adalah bahwa Yesaya memaksudkan arti literal dengan sebutan Immanuel. Khususnya dalam pandangan ini adalah Yesaya 9: 6, di mana Yesaya mengulangi ungkapan "anak" ("Untuk seorang anak akan lahir untuk kita") dan "anak" ("anak akan diberikan kepada kita") dari Yesaya 7:14 dan kemudian menggambarkan anak ini, antara judul lainnya, sebagai "Allah yang Perkasa."

Penafsiran secara eksklusif mesianis menghadapi masalah harmonisasi hubungan antara kelahiran Yesus dalam ayat 14 dan runtuhnya koalisi Siro-Efraim dalam ayat 16. Mereka yang mengambil ayat 14-16 bersama-sama dan menafsirkannya sebagai gambaran kelahiran Yesus dan perjuangannya sebagai anak dalam abad pertama untuk menjelaskan bagaimana kelahiran Yesus berfungsi sebagai prekursor untuk menggulingkan Rezin dan Pekah pada abad kedelapan. Namun ayat 16 secara khusus menyatakan bahwa sebelum anak ini mencapai usia sanggup membedakan baik-buruk, tanah kedua raja itu akan ditinggalkan. Karena keruntuhan kerajaan terjadi pada abad kedelapan, bagaimana bisa apa yang terjadi pada akhir abad pertama berfungsi untuk menjelaskan kondisi itu ? Dengan perkataan lain, kelahiran Yesus pada akhir abad pertama hampir tidak memiliki relevansi sebagai kondisi runtuhnya mitra koalisi tujuh abad sebelumnya.
Mereka yang memisahkan referensi untuk kelahiran Yesus dalam ayat 14 dari anak yang disebutkan dalam ayat 15-16, dengan alasan bahwa dua anak-anak yang berbeda dalam pandangan, gagal untuk menunjukkan dari konteks langsung bagaimana perbedaan semacam itu ada. Pernyataan di awal ayat 15, "Dia akan makan dadih dan madu," adalah kata benda  maskulin, subjek tunggal, yang yg hanya bisa diartikan sebagai anak dalam ayat 14. Deskripsi anak ini dalam ayat 15 ini kemudian diambil dan diulangi dalam ayat 16, yang menunjukkan bahwa anak yang sama dalam pandangan seluruh nubuatan yang dimaksud. Ayat-ayat
14-16 memberikan setiap indikasi menjadikannya nubuat terpadu, menggambarkan kelahiran dan pengalaman seorang anak tunggal.

Pendekatan ketiga, yang memilih untuk dua pemenuhan, dekat dan jauh, juga menimbulkan rmasalah. Mereka memperjuangkan sensus plenior, di mana Matius memperluas arti dari kata-kata Yesaya dalam pengaturan asli mereka untuk menyertakan referensi kepada Yesus, meningkatkan keseriusan pertanyaan-pertanyaan hermeneutis. Pendekatan ini harus memberikan makna yang berbeda dengan kata-kata dalam nubuat Yesaya agar nubuatan yang akan diterapkan baik untuk anak pada abad kedelapan dan Yesus. Tergantung pada penggenapan dalam pandangan, wanita itu baik perawan atau dia tidak; anak itu baik Yesus atau orang lain; dan anak itu benar-benar Allah beserta kita atau anak itu tidak beserta kita.

Masalah dengan sensus plenior adalah bahwa hal itu melanggar prinsip
sifat univocal bahasa. Yang dimaksud dengan sifat univocal bahasa adalah bahwa komunikasi tergantung pada kata-kata yang memiliki satu makna dalam konteks tertentu. Menerapkan hal ini untuk teks Alkitab,  mengakibatkan bahwa nubuat Yesaya hanya dapat memiliki satu arti: itu adalah makna yang dimaksudkan oleh penulis, dan itu adalah makna yang diungkapkan dalam pemilihan kata-kata penulis untuk berkomunikasi dalam makna itu. Dengan argumentasi adanya makna tambahan, sensus plenior melanggar prinsip di atas dan membuka peluang teks Perjanjian Lama, untuk semua ayat yang berarti dapat dipandang bermakna ganda yang ditemukan dari Perjanjian Baru.
Mereka yang berargumentasi dalam hubungan tipologis menghadapi satu rangkaian permasalahan yang sama. Pada akhirnya, kesulitan dalam mengidentifikasi nubuatan Immanuel dengan pemenuhan abad kedelapan sebagai tipe adalah bahwa penafsiran ini gagal untuk menghubungkan nubuat dengan apa yang Yesaya katakan sebagai makna lain. Sebagai contoh, berikut pernyataan tentang keberadaan anak yang disebut Immanuel, Yesaya kemudian menambahkan atribut untuk Immanuel dalam hal kepemilikan tanah. Setelah ini, Yesaya menggambarkan anak yang akan dilahirkan sebagai yang memimpin, duduk di atas takhta Daud, membangun kerajaannya, dan sebagai yang diberikan nama "Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." Dengan asumsi bahwa Yesaya yang dimaksudkan referensi ini, maka deskripsi kolektif mereka menunjukkan kesulitan untuk mengidentifikasi Immanuel dengan orang lain selain Yesus, bahkan dalam arti tipologis. Dengan kata lain, nama tersebut bisa tidak tepat diterapkan kepada siapa saja yang bukan Tuhan.


Jadi ....................
Untuk mengharmonisasikan Yesaya 7:14 dengan menggunakan Matius sebagai referensi untuk kelahiran Imanuel yang bukan manusia biasa itu, maka diambillah pendekatan kedua (exclusively mesianic) dengan sedikit “modifikasi”, yaitu membagi pendekatan ini ke dalam 2 (dua) bagian sebagai berikut :
Perhatikanlah Yesaya 7:13,14 bahwa “keluarga Daud” atau garis keturunan Daud atau kata ganti orang kedua yang dipakai disini berbentuk maskulin jamak.
ITB  Yesaya 7:13 Lalu berkatalah nabi Yesaya: "Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?

NAS  Isaiah 7:13 Then he said, "Listen now, O ahouse of David! Is it too slight a thing for you to try the patience of men, that you will btry the patience of cmy God as well?

  WTT Isaiah 7:13 וַיֹּ֕אמֶר שִׁמְעוּ־נָ֖א בֵּ֣ית דָּוִ֑ד הַמְעַ֤ט מִכֶּם֙ הַלְא֣וֹת אֲנָשִׁ֔ים כִּ֥י תַלְא֖וּ גַּ֥ם אֶת־אֱלֹהָֽי׃

BHT  Isaiah 7:13 wayyöº´mer šim`û-nä´ Bêt Däwìd hamü`a† miKKem hal´ôt ´ánäšîm Kî tal´û Gam ´et-´élöhäy

Artinya bahwa Yesaya sedang menubuatkan bahwa keturunan Daud sampai kepada Yesus Kristus sebagai penggenapannya. Dan ini dapat disebutkan sebagai bagian pertama dari penggenapan nubuatan Yesaya yang berjarak waktu 8 abad kemudian.

Sedangkan Yesaya 7:16 menunjukkan bahwa kata ganti orang kedua yang dipakai adalah berbentuk maskulin tunggal. Artinya nubuatan ini langsung ditujukan secara spesifik kepada Ahaz. Oleh sebab itu konteks dekat dalam Yesaya 8 disebutkan sebagai tanda Ahaz.
ITB  Yesaya 7:16 sebab sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan kosong.

KJV  Isaiah 7:16 For before the child shall know to refuse the evil, and choose the good, the land that thou abhorrest shall be forsaken of both her kings.

NAS  Isaiah 7:16 a"For before the boy will know enough to refuse evil and choose good, bthe land whose two kings you dread will be forsaken.

  WTT Isaiah 7:16 כִּ֠י בְּטֶ֙רֶם יֵדַ֥ע הַנַּ֛עַר מָאֹ֥ס בָּרָ֖ע וּבָחֹ֣ר בַּטּ֑וֹב תֵּעָזֵ֤ב הָאֲדָמָה֙ אֲשֶׁ֣ר אַתָּ֣ה קָ֔ץ מִפְּנֵ֖י שְׁנֵ֥י מְלָכֶֽיהָ׃

BHT  Isaiah 7:16 Kî Bü†eºrem yëda` hannaº`ar mä´ös Bärä` ûbäHör Ba††ôb Të`äzëb hä´ádämâ ´ášer ´aTTâ qäc miPPünê šünê müläkʺhä

Artinya secara spesifik Yesaya menubuatkan bahwa memang sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan kosong. (Yes 7:16 ITB).
Visi Yesaya tidak menjelaskan periode waktu secara pasti bahwa kedua bagian penggenapannya dipenuhi untuk kelahiran Yesus. Yang pasti bahwa tahun 735 BC Yesaya membawa pesan pengharapan (message of  hope) untuk kerajaan Yehuda, di mana koalisi kedua raja yang menyerang Ahaz akan dihancurkan Tuhan. Pesan pengharapan itu adalah nubuatan tunggal (single prophecy), yang terdiri dari 2 bagian dengan pesan dan penggenapannya masing-masing.

Bagian pertama ditujukan kepada garis keturunan Daud (Davidic line), yaitu seorang perawan akan mengandung dan melahirkan seorang Putera yang dinamakan Immanuel. 

Bagian kedua adalah nubuatan yang ditujukan secara khusus kepada Ahaz sebagai garis keturunan Daud, yang akan dilahirkan dalam tahun mendekat.  Kedua bagian ini menunjukkan jaminan Tuhan bahwa tidak mungkin ada pengganti raja dari keturunan yang bukan dari garis keturunan Daud , seperti ancaman raja Rezin dan Pekah : Marilah kita maju menyerang Yehuda dan menakut-nakutinya serta merebutnya, kemudian mengangkat anak Tabeel sebagai raja di tengah-tengahnya (Yesaya 7 : 6).

Nubuatan tunggal untuk kelahiran Tuhan Yesus yang terdiri dari 2 bagian untuk menegaskan jawaban Tuhan kepada keturunan Israel sebagai bangsa dan secara khusus kepada Ahaz untuk meyakinkan bahwa negeri kedua raja yang bersekutu menyerangnya akan lenyap.
Kapan hal itu terjadi ? Secara visi memang sejarah membuktikan bahwa tidak lama kemudian memang hal itu digenapi dan pada sisi lain saat dikatakan bahwa semua itu terjadi sebelum anak tersebut mampu membedakan yang baik dan buruk (usia 2 – 3 tahun atau 12 – 13 tahun secara legal). Kapanpun itu terjadi tidak menjadi fokus utama, karena memang setelah kelahiran Yesus ratusan tahun kemudian, kedua bangsa penyerang Ahaz sudah lenyap.
Lebih jauh lagi bahwa penggenapan dalam puluhan tahun mendekat (bagian kedua) mengonfirmasikan penggenapan janji dan atau nubuatan bagian pertama, bahwa firman Tuhan selalu tepat dan tidak pernah salah.

Kepustakaan :
1.        Walter C. Kaiser, Jr., A History of Israel From the Bronze Age Through the Jewish Wars (Nashville: Broadman & Holman, 1998)

2.        The Birth of the Messiah: A Commentary on the Infancy Narratives in Matthew and Luke (Garden City, NY: Doubleday, 1977)

3.      Robert G. Gromacki, The Virgin Birth: Doctrine of Deity (reprint ed., Grand Rapids: Baker, 1981)

4.      D. A. Carson,  Matthew,  in vol. 8 of The  Expositors  Bible  Commentary,  ed. Frank E. Gaebelein (Grand Rapids: Zondervan, 1984)

5.      Edward E. Hindson, Isaiahs Immanuel: A Sign of His Times or the Sign of the Ages, An International Library of Philosophy and Theology: Biblical and Theological Studies (n.p.: Presbyterian and Reformed, 1978)

6.      J. Alec Motyer, The Prophecy of Isaiah: An Introduction and Commentary (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1993)