Pendahuluan
Merupakan suatu fakta yang menyedihkan, bahwa walaupun orang Kristen
mempunyai hak istimewa dalam mengenal Allah dan bersekutu dengan Dia, namun
seringkali gagal dalam usaha untuk menjaga kekudusan hidupnya.
Beberapa orang berusaha mematikan dosa dengan menghindarkan diri dari
kebiasaan/kecenderungan berdosa dengan ruang lingkup dosa (habitus),
bahkan ada orang yang menghindari perbuatan-perbuatan yang akhirnya menjadi
langkah pertama yang dapat membawa pada dosa (actus). Atau secara
ekstrim lagi karena frustasi tidak bisa melepaskan dosa, akhirnya menggunakan
ayat Alkitab sebagai dukungan perbuatannya, yakni “di mana dosa bertambah
banyak, di sana
kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Roma 5:20). Sehingga orang tersebut
berbuat dosa sebanyak-banyaknya supaya mendapatkan banyak pengampunan karena
Tuhan dianggap memakluminya.
Bagaimana cara mematikan dosa? Melalui tulisan ini penulis akan menguraikan
pandangan Alkitab mengenai mematikan dosa, khususnya berdasarkan konsep
Paulus mengenai mematikan dosa menurut surat-surat yang ditulisnya, realita
prakatis cara mematikan dosa menurut Paulus, serta implikasi praktis cara
mematikan dosa berdasarkan konsep Paulus bagi kehidupan sehari-hari. Penulis
berharap paper ini dapat menolong pembaca dalam mengerti konsep mematikan
dosa untuk kemudian dengan semangat berusaha mematikan dosa dengan pimpinan
Roh Kudus. Karena keterbatasan penguraian maka, paper ini terbuka bagi kritik
dan saran dari pembaca.
Konsep Paulus Mengenai Mematikan Dosa
Paulus dalam suratnya untuk jemaat Kolose, menekankan suatu konsep untuk
menjawab problematik yang ada dalam jemaat di sana. Bagaimana cara mematikan dosa? Adalah
sebuah pertanyaan problematik yang tetap relevan dari zaman ke zaman. Dalam
Kolose 3:5, Paulus ingin menjawab problema mematikan dosa. Adapun bunyinya,
sebagai berikut:
NIV
|
Good News Bible
|
LAI th. 1998
|
Nestle Aland-27
|
Put to death, therefore whatever belongs to your earthly
nature….
|
You must put to death, then, the earthly
desires at work in you…
|
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang
duniawi…
|
Nekrwsate oun ta melh ta epi thj ghj
|
Dari beberapa versi terjemahan di atas, maka dapat
dibandingkan dan didapat apa yang dimaksud Paulus mengenai mematikan dosa.
Dari empat versi, kata “matikanlah,” oleh NIV diterjemahkan “put to death”,
dalam Good News Bible sendiri terdapat tekanan yang lebih keras “you must put
to death.” Bila dilihat dari bahasa aslinya, Aland sendiri memberikan data,
kata yang digunakan adalah Nekrw,sate. Perintah dengan menggunakan kata Nekrw,sate ini sungguh menarik untuk diselidiki.
Dilihat dari personnya yang digunakan maka didapatkan siapa yang aktif
melakukannya, yaitu orang-orang percaya yang menjadi jemaat di Kolose. Yang
menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah manusia mampu untuk mematikan dosa?
Jelas dengan status keberdosaan manusia, mungkin menimbulkan keraguan apakah
sanggup mematikan dosa.
Pertanyaan di atas akan dapat terjawab bila melihat tempus yang digunakan.
Pada kata Nekrw,sate digunakan tempus 1 Aorist Imperatif Aktif, yang menerangkan
sekali saja perbuatan mematikan dosa itu dilakukan. Paulus ingin menerangkan
kita sebagai manusia tidak mampu untuk mematikan dosa secara terus-menerus, lalu
siapa yang memampukan manusia. Paulus sekali lagi megemukakan hal ini dalam
Roma 8:13, yang berbunyi sebagai berikut:
NIV
|
Good News Bible
|
LAI th. 1998
|
Nestle Aland-27
|
for if you live according to the sinful nature you live die,
but if by the spirit you put to death the misdeds of the
Body you will live
|
for if you live according to your human nature, you are
going to die, but if by the spirit, you put death your sinful
actions, you will live
|
sebab jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati, tetapi
jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu,
kamu akan hidup
|
ei de pneumati
tas prax eis tou swmatos
qanatoute zhsesqe
|
Dalam suratnya untuk jemaat di Roma Paulus menggunakan istilah
yang sejajar yaitu kata nekroj dengan qanatoj atau
nekrwsate dengan qanatoute. Meskipun kata dasar yang digunakan berbeda(nekroj: kata sifat dan qanatoj : kata benda
maskulin), namun keduanya mempunyai kesejajaran dalam arti bila digunakan
dalam bentuk kata kerja. Kata qanatoute yang oleh NIV diterjemahkan put to
death adalah merupakan suatu perbuatan yang sedang dilakukan secara
terus-menerus (continue). Pertanyaannya sekarang oleh siapa? Jawabnya, by
the spirit atau pneumati atau Roh. Dan Roh yang dimaksudkan
oleh Paulus adalah Roh Kudus.
Berangkat dari hal ini, rasul Paulus dengan telah gamblang menguraikan
konsepnya mengenai mematikan dosa. Menurutnya, sebagai orang yang mempunyai
status berdosa, setelah kita percaya kepada Kristus status kita dibenarkan
maka kita harus mengambil keputusan untuk mematikan segala keinginan
duniawi/kedagingan/tubuh yang merupakan awal dari tindakan kita dalam
membereskan hidup. Kemudian oleh Roh Kudus kita dimampukan untuk secara
terus-menerus mematikan perbuatan atau keinginan dosa.
Selanjutnya Paulus menjelaskan dalam ayat 30, bahwa
orang-orang yang oleh Roh dimampukan untuk mematikan dosa itu akan
dipanggilNya, dibenarkanNya dan dimuliakanNya. NIV menerjemahkan, “those
He called, He also justified; those He justified, He also glorified.”
Pada intinya Paulus mengungkapkan bahwa proses mematikan dosa yang
terus-menerus itu akan terus terjadi sampai kita dipermuliakan.
Hal-hal yang perlu dimatikan adalah “perbuatan-perbuatan tubuh”
kita. Bila dalam Kolose 3:5 dipakai frase: “segala sesuatu yang duniawi”,
maka dalam Roma 8:13, Paulus menggunakan frase: “perbuatan-perbuatan tubuhmu.”
Apakah dari hal ini Paulus inkonsisten? Bila kita selidiki, sebenarnya Paulus
ingin menyejajarkan frase tersebut. Frase yang digunakan Paulus dalam Kolose
adalah frase dengan sudah teridentifikasikan. Maksudnya Paulus sudah
menjelaskannya dalam kalimat selanjutnya, yakni; percabulan, kenajisan, hawa
nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan
berhala. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah yang dimaksud dengan “perbuatan-perbuatan
tubuhmu”? Setelah penulis menyelidikinya, maka dengan jelas Paulus telah
menyinggungnya pada konteks sebelumnya. Kata perbuatan yang dipergunakan
adalah prazeij yang akar katanya
dari prassw yang digunakan
dalam Roma 7:16,19. Maka jelaslah yang dimaksud dengan “perbuatan-perbuatan
tubuh” bukanlah kegiatan badani kita yang alamiah, seperti tidur, makan,
jalan-jalan ataupun kegiatan lainnya dengan berbagai cara mengadakan hubungan
dengan orang lain, melainkan perbuatan yang tercermin dalam hukum Taurat.
Paulus ingin mengatakan, bahwa dalam Roma 7:7 hukum Taurat adalah cermin bagi
kita untuk dapat mengenal dosa. Dalam Keluaran 20 telah disebutkan hukum
tersebut, dan bila dipararelkan dengan apa yang dimaksud dengan Kolose 3:5,
maka semakin jelas bahwa apa yang Paulus kemukakan tidak berseberangan,
karena dalam hukum Taurat tercantum semua larangan dan perintah yang harus
ditaati. Lihat Tabel di bawah.
Hukum Taurat
|
Kolose 3:5
|
Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu.
|
Percabulan
|
Jangan membuat patung dan sujud menyembahnya.
|
Keserakahan
|
Jangan menyebut nama TUHAN dengan sembarangan.
|
Kenajisan
|
Ingat dan Kuduskanlah hari Sabat.
|
Kenajisan
|
Hormatilah ayah dan ibumu.
|
Nafsu Jahat
|
Jangan membunuh.
|
Nafsu Jahat
|
Jangan berzinah.
|
Percabulan
|
Jangan Mencuri
|
Nafsu Jahat
|
Jangan mengucapkan saksi dusta.
|
Hawa Nafsu
|
Jangan mengingini kepunyaan sesamamu.
|
Keserakahan
|
Bukti lain bahwa Konsep Paulus tidak bertentangan satu
dengan yang lain adalah dari kata “tubuh.” Kata swmatoj untuk istilah “tubuh” mempunyai akar kata
yang sama dengan yang digunakan dalam Roma 8:10, serta dalam Roma 7:23,24,
yakni swma yang mempunyai arti
kehidupan manusia yang dikuasai oleh dosa atau daging. Sehingga mematikan
perbuatan-perbuatan tubuh bukan mencari jawab dengan filsafat-filsafat yang
kosong dan palsu (Kol 2:18), hidup berpantang, sering menyiksa diri untuk
mematikan hawa nafsu; merendahkan diri (Kol 2:18,23), menaklukan diri pada
rupa-rupa peraturan (Kol 2:20), beribadah pada malaikat-malaikat (Kol 2:18)
dan roh-roh dunia (Kol 2:8), yang akhirnya memandang benda mati sebagai
sesuatu yang menaruh kuasa yang mempengaruhi jalan hidup manusia. Penulis
setuju dengan Van den End, yang mengatakan bahwa mematikan tubuh adalah
memberantas dan semakin mendesak mundur kecenderungan kita untuk melakukan
apa yang bertentangan dengan kehendak Allah. Kalau kita ingin mengetahui apa
yang perlu diberantas, Paulus menekankan apa yang telah tercermin dalam hukum
Taurat.
Yang terakhir kata swma itu pula yang digunakan Paulus dalam Roma 6:6, yang
disejajarkan dengan manusia lama yang telah disalibkan. Yang mempunyai arti,
bahwa tubuh dosa kita telah hilang kuasanya dan sebab kematian-Nya adalah
kematian terhadap dosa maka kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah (Roma
6:10).
Dari penjelasan di atas, maka dapat dimengerti bahwa Allah
melalui rasul Paulus menekankan pentingnya mematikan dosa sebagai suatu hal
yang harus dikerjakan oleh orang percaya. Paulus sangat menyadari bahwa di
dalam usaha mematikan perbuatan-perbuatan tubuh atau duniawi, akan sering
mendapatkan bahwa tubuh dosa itu masih juga mau bangkit lagi. Hal ini jelas
terlihat dalam perkataannya, “Aku manusia Celaka! Siapakah yang akan
melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:24). Penulis juga setuju dengan
apa yang dijelaskan oleh Paulus, bahwa mematikan dosa itu bukanlah perbuatan
sekali saja, melainkan pergumulan seumur hidup. Manusia tidak mampu untuk
dapat terus mematikan dosa, hanya oleh Roh kuduslah, maka setiap orang
percaya yang diposisikan sebagai subjek yang pasif, dimampukan oleh Roh Kudus
secara aktif, berjuang agar kuasa dosa dalam diri mereka tetap ditaklukkan.
Hal ini terus berlangsung sampai setiap orang percaya dimuliakan supaya
nantinya memperoleh hidup (Roma 8:13).
Realita Praktis dan Cara Mematikan Dosa menurut Paulus
Dalam realita praktisnya, banyak orang yang berusaha untuk dapat mematikan
dosa dengan cara mereka masing-masing. Dengan pengertian mereka akan dosa
membawa mereka untuk mencari jalan supaya dapat mematikan dosa. Pengertian
dosa sebagai perbuatan fisik, membuat mereka membenci tubuh, sehingga mereka
ingin lepas dari dosa dengan merusak diri contoh: orang berpuasa dengan
radikal, menoreh-noreh tubuh dengan senjata tajam, dll. Ada juga orang yang menganggap bahwa dosa
adalah disebabkan kekurangan manusia, sehingga mereka menganggap dosa sebagai
sesuatu yang tidak penting.
Dari pengertian di atas semakin membawa manusia kepada
kesimpulan yang salah tentang mematikan dosa. Mereka lebih percaya askese;
semakin lemah indera manusia semakin melemahkan kekuatan dosa dan hanya
melalui kematian seseorang bisa lepas dari dosa, sehingga mendorong orang
untuk bunuh diri sebagai penyelesaian terbaik untuk keluar dari dosa. Mereka
lebih percaya dengan amal mereka dapat membayar lunas semua dosa yang
dilakukan, karena mereka memandang dosa sebagai suatu yang tamak. Dari beberapa realita praktis di atas yang
menarik penulis, maka dapat disimpulkan bahwa kurang adanya pengertian yang
benar tentang dosa, kurangnya motivasi mereka yang mendorong mereka untuk
mencari kebenaran, serta masih adanya dualisme dalam diri yang mendorong
kepada sinkritisme dan mistik, yang menghambat usaha mematikan dosa dan
membuat murka Allah.
Berdasarkan uraian di atas, maka didapat suatu cara mematikan dosa menurut
rasul Paulus:
1.Memiliki hidup sebagai ciptaan baru yang telah menang dari dosa karena
Kristus.
Dari uraian Konsep Paulus mengenai mematikan dosa, Paulus
ingin memberikan kebenaran bahwa prinsip mematikan dosa harus ada peristiwa,
di mana manusia berdosa diberikan status sebagai ciptaan baru yang telah
menang dari dosa karena Kristus. Dalam Roma 6:1-23, memberikan secara
gamblang, bahwa ciptaan baru itu adalah kita tidak lagi bertekun dalam dosa
meskipun kita telah hidup dalam kasih karunia. Orang yang hidup sebagai ciptaan
baru adalah orang yang telah memiliki kemenangan bersama Kristus. Karya
Kristus di atas kayu salib adalah merupakan karya Allah dalam usaha
menyelamatkan manusia yang dikenal dengan kata “kasih karunia” atau “anugerah.”
Paulus melukiskan kata menang dengan terminologi “mati” dan “bangkit.”
Artinya orang yang hidup sebagai ciptaan baru adalah orang yang ikut mati dan
bangkit bersama Kristus supaya dosa dapat dikalahkan.
Menurut Paulus, orang yang hidup sebagai ciptaan baru adalah orang yang telah
mengalami apa yang telah Kristus alami sebagai ungkapan kasih karunia-Nya.
Dapat terlihat dalam tabel di bawah:
Lebih lanjut Paulus menguraikan, bahwa orang yang memiliki hidup baru berbeda
dengan orang yang hidup dengan manusia lamanya, karena telah menjadi satu
dengan Kristus (union in Christ). Untuk lebih jelas, lihat tabel
sederhana di bawah:
Hidup Lama
|
Hidup Baru
|
Menjadi hamba dosa
|
Dimerdekakan dan bebas dari dosa
|
Hidup untuk maut
|
Hidup untuk hidup
|
Menyerah pada dosa
|
Menyerah pada Allah
|
Menjadi senjata kelaliman
|
Menjadi senjata-senjata kebenaran
|
Berada di bawah hukum taurat
|
Berada di bawah kasih karunia
|
Taat kepada maut
|
Taat kepada kebenaran
|
Hidup dalam kecemaran dan kedurhakaan
|
Hidup dalam pengudusan
|
Sebagai orang yang memiliki hidup baru, orang Kristen tetap
dalam ketegangan antara manusia lama dan manusia baru, Adam dan Kristus, dosa
dan kasih karunia, daging dan Roh, mati dan hidup. Jadi maksudnya kehidupan
orang Kristen adalah kehidupan sekarang ini, sepanjang waktu dan seakan-akan
di antara dua dunia: maksudnya belum dapat bebas dari manusia lama dan bukan
juga langsung dapat hidup sempurna dalam kehidupan baru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman menjadi ciptaan baru
yang telah menang dari dosa karena Kristus, merupakan langkah awal dari cara
mematikan, sebab tanpa proses penyatuan diri dalam Kristus orang tidak mampu
untuk mematikan dosa. Dalam Kristuslah kita dimampukan untuk tetap terus taat
pada kebenaran dan menjadi hamba kebenaran yang membawa kepada pengudusan dengan
kesudahan memperoleh hidup kekal.
2.Memiliki hidup yang memiliki dan dimiliki Roh.
Rasul Paulus dalam Roma 8:12, menulis, “Jadi,
saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging,
supaya menurut daging,” mempunyai arti bahwa orang yang memiliki hidup
sebagai ciptaan baru tidak lagi ada hutang kepada tabiat lama, karena itu
orang percaya dapat hidup berkemenangan. Rahasia orang berkemenangan itu
sendiri adalah memiliki dan dimiliki Roh. Yang dimaksud memiliki Roh adalah
seperti yang dicatat dalam Roma 8:9, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging,
melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.” Dan ini
merupakan bukti dari pertobatan, yakni Roh Kudus hadir dalam hati, yang
bersaksi bahwa kita adalah anak Allah (Roma 8:16). Roh itu pula yang memberikan hidup kepada
tubuh sehingga kita dapat melayani Allah. Paulus juga lebih jauh menerangkan
bahwa memiliki Roh saja belum cukup, namun Roh yang sama itu juga harus
memiliki kita. Karena dengan demikian Roh dapat memberikan kepada kita hidup
berkelimpahan dan berkemenangan di dalam Kristus (Roma 8:12-17). Bagaimana dengan orang yang tidak memiliki
Roh? Paulus dalam Roma 8:5-8, menguraikan bahwa orang yang tidak memiliki Roh
memiliki empat kekontrasan dengan orang yang diselamatkan dalam Roh. Dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini:

Jadi dari hal di atas, Paulus ingin menyimpulkan bahwa
orang yang memiliki dan dimiliki Roh adalah orang yang tidak lagi berhutang
kepada daging, melainkan berhutang kepada Roh Kudus, karena daging hanya
menimbulkan kesusahan. Karena Roh Kuduslah yang menyadarkan kita,
mengungkapkan Kristus kepada kita dan memberikan hidup kekal kepada kita bila
kita percaya kepada Kristus. Roh itu pula yang memberi kuasa untuk mentaati
Kristus dan memungkinkan kita semakin menyerupai Kristus. Bahkan Roh yang
sama itu memampukan kita “mematikan” perbuatan-perbuatan tubuh yang jahat. Di
dalam proses pengudusan, Roh pun memampukan kita untuk dapat terus-menerus
mematikan dosa sampai proses pemuliaan (Roma 8:30).
Implikasi Praktis Cara Mematikan Dosa bagi Kehidupan Sehari-hari
Dari uraian di atas, maka Allah melalui rasul Paulus menekankan bahwa sebagai
orang percaya yang telah diselamatkan dari maut, hendaknya ketika jatuh dalam
dosa kita mau datang mengaku dihadapan Allah (bertobat). Karena hanya dengan
demikian Allah mau mengampuni dan menyucikan kita. Kemudian kita juga harus
membawa dosa kita kepada salib Kristus sehingga kita dimampukan untuk tidak
berbuat dosa lagi. Kita harus mengetahui bahwa saat yang paling berbahaya
adalah ketika kita mulai berpikir bahwa kita akhirnya sudah dapat menguasai
diri kita. Janganlah kiranya ada seorang pun dari kita yang berani berkata, “Dosa
yang ini sudah saya kuasai, saya sama sekali tidak akan melakukannya.” Allah
membenci sikap membenarkan diri, merasa lebih baik dan lebih benar.
Sebaliknya dengan kerendahan hati, kita datang kepada Allah untuk bertekun,
bersekutu dan berdoa kepada Allah, supaya Allah memberikan kekuatan atau
kuasa bagi kita untuk dapat mematikan dosa.
Dengan bersaat teduh setiap harinya bersama Tuhan, kita dapat selalu hidup
intim dengan Tuhan dan dapat mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan. Dan
melaluinya Roh Kudus berbicara kepada kita agar kita patuh dan taat selalu
kepada kebenaran firman Tuhan. Dan Roh Kudus pula yang menolong setiap kita
untuk tetap berada dalam hidup yang konsisten dengan terang firman Tuhan.
Biarlah kita selalu berkata, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”
(Roma 8:28).
Daftar Pustaka
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 2. Jakarta: LRII, 1994.
____________. Teologi Sistematika 3. Jakarta: LRII, 1997.
Bruce, F.F. The Epistle to The Galatians Grand Rapids: Eerdmans, 1988.
Crim, Keith ed., Abingdon Dictionary of Living Religions.
Nashville:
Abingdon, 1981.
Duyerman, M.E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1996.
End, Th. Van den. Tafsiran Alkitab Surat Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Edwards, James R. New International Biblical
Commentary-Romans. Peabody:
Hendrickson, 1992.
Guthrie, Donald. New Testament Theology. Illionis:
Inter-Varsity Press, 1985.
Hiebert, D. Edmond.
An Introduction to The Pauline Epistles. Chicago: Moody Press, 1968.
Murray, John. The Epistle to The Romans. Grand Rapids: Eerdmans,
1968.
Rienecker, Fritz. Linguistic Key to The Greek New Testament.
Grand Rapids:
Zondervan, 1980.
Sproul, R.C. Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen. Malang: SAAT, 1998.
Wenham, J.W. Bahasa Yunani Koine. Malang: SAAT, 1987.
Wiersbe, Warren W. Benar di dalam Kristus. Bandung: Kalam Hidup,
1996.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar