Rabu, 22 Januari 2014

Mematikan Dosa menurut Paulus

Konsep tentang Mematikan Dosa
Menurut Surat-surat Paulus





Pendahuluan

Merupakan suatu fakta yang menyedihkan, bahwa walaupun orang Kristen mempunyai hak istimewa dalam mengenal Allah dan bersekutu dengan Dia, namun seringkali gagal dalam usaha untuk menjaga kekudusan hidupnya.

Beberapa orang berusaha mematikan dosa dengan menghindarkan diri dari kebiasaan/kecenderungan berdosa dengan ruang lingkup dosa (habitus), bahkan ada orang yang menghindari perbuatan-perbuatan yang akhirnya menjadi langkah pertama yang dapat membawa pada dosa (actus). Atau secara ekstrim lagi karena frustasi tidak bisa melepaskan dosa, akhirnya menggunakan ayat Alkitab sebagai dukungan perbuatannya, yakni “di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Roma 5:20). Sehingga orang tersebut berbuat dosa sebanyak-banyaknya supaya mendapatkan banyak pengampunan karena Tuhan dianggap memakluminya.

Bagaimana cara mematikan dosa? Melalui tulisan ini penulis akan menguraikan pandangan Alkitab mengenai mematikan dosa, khususnya berdasarkan konsep Paulus mengenai mematikan dosa menurut surat-surat yang ditulisnya, realita prakatis cara mematikan dosa menurut Paulus, serta implikasi praktis cara mematikan dosa berdasarkan konsep Paulus bagi kehidupan sehari-hari. Penulis berharap paper ini dapat menolong pembaca dalam mengerti konsep mematikan dosa untuk kemudian dengan semangat berusaha mematikan dosa dengan pimpinan Roh Kudus. Karena keterbatasan penguraian maka, paper ini terbuka bagi kritik dan saran dari pembaca.



Konsep Paulus Mengenai Mematikan Dosa

Paulus dalam suratnya untuk jemaat Kolose, menekankan suatu konsep untuk menjawab problematik yang ada dalam jemaat di sana. Bagaimana cara mematikan dosa? Adalah sebuah pertanyaan problematik yang tetap relevan dari zaman ke zaman. Dalam Kolose 3:5, Paulus ingin menjawab problema mematikan dosa. Adapun bunyinya, sebagai berikut:
NIV
Good News Bible
LAI th. 1998
Nestle Aland-27
Put to death, therefore whatever belongs to your earthly nature….
You must put to death, then, the earthly desires at work in you…
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi…
Nekrwsate oun ta melh ta epi thj ghj


Dari beberapa versi terjemahan di atas, maka dapat dibandingkan dan didapat apa yang dimaksud Paulus mengenai mematikan dosa. Dari empat versi, kata “matikanlah,” oleh NIV diterjemahkan “put to death”, dalam Good News Bible sendiri terdapat tekanan yang lebih keras “you must put to death.” Bila dilihat dari bahasa aslinya, Aland sendiri memberikan data, kata yang digunakan adalah
Nekrw,sate. Perintah dengan menggunakan kata Nekrw,sate ini sungguh menarik untuk diselidiki. Dilihat dari personnya yang digunakan maka didapatkan siapa yang aktif melakukannya, yaitu orang-orang percaya yang menjadi jemaat di Kolose. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah manusia mampu untuk mematikan dosa? Jelas dengan status keberdosaan manusia, mungkin menimbulkan keraguan apakah sanggup mematikan dosa.


Pertanyaan di atas akan dapat terjawab bila melihat tempus yang digunakan. Pada kata
Nekrw,sate digunakan tempus 1 Aorist Imperatif Aktif, yang menerangkan sekali saja perbuatan mematikan dosa itu dilakukan. Paulus ingin menerangkan kita sebagai manusia tidak mampu untuk mematikan dosa secara terus-menerus, lalu siapa yang memampukan manusia. Paulus sekali lagi megemukakan hal ini dalam Roma 8:13, yang berbunyi sebagai berikut:
NIV
Good News Bible
LAI th. 1998
Nestle Aland-27
for if you live according to the sinful nature you live die, but if by the spirit you put to death the misdeds of the Body you will live
for if you live according to your human nature, you are going to die, but if by the spirit, you put death your sinful actions, you will live
sebab jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati, tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup
ei de pneumati tas prax eis tou swmatos qanatoute zhsesqe


Dalam suratnya untuk jemaat di Roma Paulus menggunakan istilah yang sejajar yaitu kata
nekroj dengan qanatoj atau nekrwsate dengan qanatoute. Meskipun kata dasar yang digunakan berbeda(nekroj: kata sifat dan qanatoj : kata benda maskulin), namun keduanya mempunyai kesejajaran dalam arti bila digunakan dalam bentuk kata kerja. Kata qanatoute yang oleh NIV diterjemahkan put to death adalah merupakan suatu perbuatan yang sedang dilakukan secara terus-menerus (continue). Pertanyaannya sekarang oleh siapa? Jawabnya, by the spirit atau pneumati atau Roh. Dan Roh yang dimaksudkan oleh Paulus adalah Roh Kudus.

Berangkat dari hal ini, rasul Paulus dengan telah gamblang menguraikan konsepnya mengenai mematikan dosa. Menurutnya, sebagai orang yang mempunyai status berdosa, setelah kita percaya kepada Kristus status kita dibenarkan maka kita harus mengambil keputusan untuk mematikan segala keinginan duniawi/kedagingan/tubuh yang merupakan awal dari tindakan kita dalam membereskan hidup. Kemudian oleh Roh Kudus kita dimampukan untuk secara terus-menerus mematikan perbuatan atau keinginan dosa.

Selanjutnya Paulus menjelaskan dalam ayat 30, bahwa orang-orang yang oleh Roh dimampukan untuk mematikan dosa itu akan dipanggilNya, dibenarkanNya dan dimuliakanNya. NIV menerjemahkan, “those He called, He also justified; those He justified, He also glorified.” Pada intinya Paulus mengungkapkan bahwa proses mematikan dosa yang terus-menerus itu akan terus terjadi sampai kita dipermuliakan.

Hal-hal yang perlu dimatikan adalah “perbuatan-perbuatan tubuh” kita. Bila dalam Kolose 3:5 dipakai frase: “segala sesuatu yang duniawi”, maka dalam Roma 8:13, Paulus menggunakan frase: “perbuatan-perbuatan tubuhmu.” Apakah dari hal ini Paulus inkonsisten? Bila kita selidiki, sebenarnya Paulus ingin menyejajarkan frase tersebut. Frase yang digunakan Paulus dalam Kolose adalah frase dengan sudah teridentifikasikan. Maksudnya Paulus sudah menjelaskannya dalam kalimat selanjutnya, yakni; percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah yang dimaksud dengan “perbuatan-perbuatan tubuhmu”? Setelah penulis menyelidikinya, maka dengan jelas Paulus telah menyinggungnya pada konteks sebelumnya. Kata perbuatan yang dipergunakan adalah
prazeij yang akar katanya dari prassw yang digunakan dalam Roma 7:16,19. Maka jelaslah yang dimaksud dengan “perbuatan-perbuatan tubuh” bukanlah kegiatan badani kita yang alamiah, seperti tidur, makan, jalan-jalan ataupun kegiatan lainnya dengan berbagai cara mengadakan hubungan dengan orang lain, melainkan perbuatan yang tercermin dalam hukum Taurat. Paulus ingin mengatakan, bahwa dalam Roma 7:7 hukum Taurat adalah cermin bagi kita untuk dapat mengenal dosa. Dalam Keluaran 20 telah disebutkan hukum tersebut, dan bila dipararelkan dengan apa yang dimaksud dengan Kolose 3:5, maka semakin jelas bahwa apa yang Paulus kemukakan tidak berseberangan, karena dalam hukum Taurat tercantum semua larangan dan perintah yang harus ditaati. Lihat Tabel di bawah.
Hukum Taurat
Kolose 3:5
Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu.
Percabulan
Jangan membuat patung dan sujud menyembahnya.
Keserakahan
Jangan menyebut nama TUHAN dengan sembarangan.
Kenajisan
Ingat dan Kuduskanlah hari Sabat.
Kenajisan
Hormatilah ayah dan ibumu.
Nafsu Jahat
Jangan membunuh.
Nafsu Jahat
Jangan berzinah.
Percabulan
Jangan Mencuri
Nafsu Jahat
Jangan mengucapkan saksi dusta.
Hawa Nafsu
Jangan mengingini kepunyaan sesamamu.
Keserakahan


Bukti lain bahwa Konsep Paulus tidak bertentangan satu dengan yang lain adalah dari kata “tubuh.” Kata
swmatoj untuk istilah “tubuh” mempunyai akar kata yang sama dengan yang digunakan dalam Roma 8:10, serta dalam Roma 7:23,24, yakni swma yang mempunyai arti kehidupan manusia yang dikuasai oleh dosa atau daging. Sehingga mematikan perbuatan-perbuatan tubuh bukan mencari jawab dengan filsafat-filsafat yang kosong dan palsu (Kol 2:18), hidup berpantang, sering menyiksa diri untuk mematikan hawa nafsu; merendahkan diri (Kol 2:18,23), menaklukan diri pada rupa-rupa peraturan (Kol 2:20), beribadah pada malaikat-malaikat (Kol 2:18) dan roh-roh dunia (Kol 2:8), yang akhirnya memandang benda mati sebagai sesuatu yang menaruh kuasa yang mempengaruhi jalan hidup manusia. Penulis setuju dengan Van den End, yang mengatakan bahwa mematikan tubuh adalah memberantas dan semakin mendesak mundur kecenderungan kita untuk melakukan apa yang bertentangan dengan kehendak Allah. Kalau kita ingin mengetahui apa yang perlu diberantas, Paulus menekankan apa yang telah tercermin dalam hukum Taurat.

Yang terakhir kata
swma itu pula yang digunakan Paulus dalam Roma 6:6, yang disejajarkan dengan manusia lama yang telah disalibkan. Yang mempunyai arti, bahwa tubuh dosa kita telah hilang kuasanya dan sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa maka kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah (Roma 6:10).

Dari penjelasan di atas, maka dapat dimengerti bahwa Allah melalui rasul Paulus menekankan pentingnya mematikan dosa sebagai suatu hal yang harus dikerjakan oleh orang percaya. Paulus sangat menyadari bahwa di dalam usaha mematikan perbuatan-perbuatan tubuh atau duniawi, akan sering mendapatkan bahwa tubuh dosa itu masih juga mau bangkit lagi. Hal ini jelas terlihat dalam perkataannya, “Aku manusia Celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:24). Penulis juga setuju dengan apa yang dijelaskan oleh Paulus, bahwa mematikan dosa itu bukanlah perbuatan sekali saja, melainkan pergumulan seumur hidup. Manusia tidak mampu untuk dapat terus mematikan dosa, hanya oleh Roh kuduslah, maka setiap orang percaya yang diposisikan sebagai subjek yang pasif, dimampukan oleh Roh Kudus secara aktif, berjuang agar kuasa dosa dalam diri mereka tetap ditaklukkan. Hal ini terus berlangsung sampai setiap orang percaya dimuliakan supaya nantinya memperoleh hidup (Roma 8:13).



Realita Praktis dan Cara Mematikan Dosa menurut Paulus

Dalam realita praktisnya, banyak orang yang berusaha untuk dapat mematikan dosa dengan cara mereka masing-masing. Dengan pengertian mereka akan dosa membawa mereka untuk mencari jalan supaya dapat mematikan dosa. Pengertian dosa sebagai perbuatan fisik, membuat mereka membenci tubuh, sehingga mereka ingin lepas dari dosa dengan merusak diri contoh: orang berpuasa dengan radikal, menoreh-noreh tubuh dengan senjata tajam, dll. Ada juga orang yang menganggap bahwa dosa adalah disebabkan kekurangan manusia, sehingga mereka menganggap dosa sebagai sesuatu yang tidak penting.

Dari pengertian di atas semakin membawa manusia kepada kesimpulan yang salah tentang mematikan dosa. Mereka lebih percaya askese; semakin lemah indera manusia semakin melemahkan kekuatan dosa dan hanya melalui kematian seseorang bisa lepas dari dosa, sehingga mendorong orang untuk bunuh diri sebagai penyelesaian terbaik untuk keluar dari dosa. Mereka lebih percaya dengan amal mereka dapat membayar lunas semua dosa yang dilakukan, karena mereka memandang dosa sebagai suatu yang tamak.  Dari beberapa realita praktis di atas yang menarik penulis, maka dapat disimpulkan bahwa kurang adanya pengertian yang benar tentang dosa, kurangnya motivasi mereka yang mendorong mereka untuk mencari kebenaran, serta masih adanya dualisme dalam diri yang mendorong kepada sinkritisme dan mistik, yang menghambat usaha mematikan dosa dan membuat murka Allah.

Berdasarkan uraian di atas, maka didapat suatu cara mematikan dosa menurut rasul Paulus:

1.Memiliki hidup sebagai ciptaan baru yang telah menang dari dosa karena Kristus.

Dari uraian Konsep Paulus mengenai mematikan dosa, Paulus ingin memberikan kebenaran bahwa prinsip mematikan dosa harus ada peristiwa, di mana manusia berdosa diberikan status sebagai ciptaan baru yang telah menang dari dosa karena Kristus. Dalam Roma 6:1-23, memberikan secara gamblang, bahwa ciptaan baru itu adalah kita tidak lagi bertekun dalam dosa meskipun kita telah hidup dalam kasih karunia. Orang yang hidup sebagai ciptaan baru adalah orang yang telah memiliki kemenangan bersama Kristus. Karya Kristus di atas kayu salib adalah merupakan karya Allah dalam usaha menyelamatkan manusia yang dikenal dengan kata “kasih karunia” atau “anugerah.” Paulus melukiskan kata menang dengan terminologi “mati” dan “bangkit.” Artinya orang yang hidup sebagai ciptaan baru adalah orang yang ikut mati dan bangkit bersama Kristus supaya dosa dapat dikalahkan.

Menurut Paulus, orang yang hidup sebagai ciptaan baru adalah orang yang telah mengalami apa yang telah Kristus alami sebagai ungkapan kasih karunia-Nya. Dapat terlihat dalam tabel di bawah:

Lebih lanjut Paulus menguraikan, bahwa orang yang memiliki hidup baru berbeda dengan orang yang hidup dengan manusia lamanya, karena telah menjadi satu dengan Kristus (union in Christ). Untuk lebih jelas, lihat tabel sederhana di bawah:
Hidup Lama
Hidup Baru
Menjadi hamba dosa
Dimerdekakan dan bebas dari dosa
Hidup untuk maut
Hidup untuk hidup
Menyerah pada dosa
Menyerah pada Allah
Menjadi senjata kelaliman
Menjadi senjata-senjata kebenaran
Berada di bawah hukum taurat
Berada di bawah kasih karunia
Taat kepada maut
Taat kepada kebenaran
Hidup dalam kecemaran dan kedurhakaan
Hidup dalam pengudusan


Sebagai orang yang memiliki hidup baru, orang Kristen tetap dalam ketegangan antara manusia lama dan manusia baru, Adam dan Kristus, dosa dan kasih karunia, daging dan Roh, mati dan hidup. Jadi maksudnya kehidupan orang Kristen adalah kehidupan sekarang ini, sepanjang waktu dan seakan-akan di antara dua dunia: maksudnya belum dapat bebas dari manusia lama dan bukan juga langsung dapat hidup sempurna dalam kehidupan baru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman menjadi ciptaan baru yang telah menang dari dosa karena Kristus, merupakan langkah awal dari cara mematikan, sebab tanpa proses penyatuan diri dalam Kristus orang tidak mampu untuk mematikan dosa. Dalam Kristuslah kita dimampukan untuk tetap terus taat pada kebenaran dan menjadi hamba kebenaran yang membawa kepada pengudusan dengan kesudahan memperoleh hidup kekal.

2.Memiliki hidup yang memiliki dan dimiliki Roh.

Rasul Paulus dalam Roma 8:12, menulis, “Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya menurut daging,” mempunyai arti bahwa orang yang memiliki hidup sebagai ciptaan baru tidak lagi ada hutang kepada tabiat lama, karena itu orang percaya dapat hidup berkemenangan. Rahasia orang berkemenangan itu sendiri adalah memiliki dan dimiliki Roh. Yang dimaksud memiliki Roh adalah seperti yang dicatat dalam Roma 8:9, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.” Dan ini merupakan bukti dari pertobatan, yakni Roh Kudus hadir dalam hati, yang bersaksi bahwa kita adalah anak Allah (Roma 8:16).  Roh itu pula yang memberikan hidup kepada tubuh sehingga kita dapat melayani Allah. Paulus juga lebih jauh menerangkan bahwa memiliki Roh saja belum cukup, namun Roh yang sama itu juga harus memiliki kita. Karena dengan demikian Roh dapat memberikan kepada kita hidup berkelimpahan dan berkemenangan di dalam Kristus (Roma 8:12-17).  Bagaimana dengan orang yang tidak memiliki Roh? Paulus dalam Roma 8:5-8, menguraikan bahwa orang yang tidak memiliki Roh memiliki empat kekontrasan dengan orang yang diselamatkan dalam Roh. Dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Jadi dari hal di atas, Paulus ingin menyimpulkan bahwa orang yang memiliki dan dimiliki Roh adalah orang yang tidak lagi berhutang kepada daging, melainkan berhutang kepada Roh Kudus, karena daging hanya menimbulkan kesusahan. Karena Roh Kuduslah yang menyadarkan kita, mengungkapkan Kristus kepada kita dan memberikan hidup kekal kepada kita bila kita percaya kepada Kristus. Roh itu pula yang memberi kuasa untuk mentaati Kristus dan memungkinkan kita semakin menyerupai Kristus. Bahkan Roh yang sama itu memampukan kita “mematikan” perbuatan-perbuatan tubuh yang jahat. Di dalam proses pengudusan, Roh pun memampukan kita untuk dapat terus-menerus mematikan dosa sampai proses pemuliaan (Roma 8:30).



Implikasi Praktis Cara Mematikan Dosa bagi Kehidupan Sehari-hari

Dari uraian di atas, maka Allah melalui rasul Paulus menekankan bahwa sebagai orang percaya yang telah diselamatkan dari maut, hendaknya ketika jatuh dalam dosa kita mau datang mengaku dihadapan Allah (bertobat). Karena hanya dengan demikian Allah mau mengampuni dan menyucikan kita. Kemudian kita juga harus membawa dosa kita kepada salib Kristus sehingga kita dimampukan untuk tidak berbuat dosa lagi. Kita harus mengetahui bahwa saat yang paling berbahaya adalah ketika kita mulai berpikir bahwa kita akhirnya sudah dapat menguasai diri kita. Janganlah kiranya ada seorang pun dari kita yang berani berkata, “Dosa yang ini sudah saya kuasai, saya sama sekali tidak akan melakukannya.” Allah membenci sikap membenarkan diri, merasa lebih baik dan lebih benar. Sebaliknya dengan kerendahan hati, kita datang kepada Allah untuk bertekun, bersekutu dan berdoa kepada Allah, supaya Allah memberikan kekuatan atau kuasa bagi kita untuk dapat mematikan dosa.

Dengan bersaat teduh setiap harinya bersama Tuhan, kita dapat selalu hidup intim dengan Tuhan dan dapat mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan. Dan melaluinya Roh Kudus berbicara kepada kita agar kita patuh dan taat selalu kepada kebenaran firman Tuhan. Dan Roh Kudus pula yang menolong setiap kita untuk tetap berada dalam hidup yang konsisten dengan terang firman Tuhan. Biarlah kita selalu berkata, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).



Daftar Pustaka
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 2. Jakarta: LRII, 1994.
____________. Teologi Sistematika 3. Jakarta: LRII, 1997.
Bruce, F.F. The Epistle to The Galatians Grand Rapids: Eerdmans, 1988.
Crim, Keith ed., Abingdon Dictionary of Living Religions. Nashville: Abingdon, 1981.
Duyerman, M.E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
End, Th. Van den. Tafsiran Alkitab Surat Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Edwards, James R. New International Biblical Commentary-Romans. Peabody: Hendrickson, 1992.
Guthrie, Donald. New Testament Theology. Illionis: Inter-Varsity Press, 1985.
Hiebert, D. Edmond. An Introduction to The Pauline Epistles. Chicago: Moody Press, 1968.
Murray, John. The Epistle to The Romans. Grand Rapids: Eerdmans, 1968.
Rienecker, Fritz. Linguistic Key to The Greek New Testament. Grand Rapids: Zondervan, 1980.
Sproul, R.C. Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen. Malang: SAAT, 1998.
Wenham, J.W. Bahasa Yunani Koine. Malang: SAAT, 1987.
Wiersbe, Warren W. Benar di dalam Kristus. Bandung: Kalam Hidup, 1996.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar