Minggu, 30 Desember 2012


Serahkan kekuatiranmu (1Ptr.5:6-7)

5:6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.

5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu 


PENDAHULUAN

Menutup tahun 2012 dan menatap tahun 2013, pastilah ada satu kata yang terselip dalam pemikiran kita. Kata yang begitu umum dan ditulis begitu sering dalam Alkitab, yaitu kata 'kuatir'. 

Kata ‘kuatir’ dari bahasa Yunani : merimnao yang artinya “hancur berkeping-keping”. Dengan kata lain, segala yang indah sekalipun bisa “hancur berkeping-keping” kalau ada kekhawatiran berlebih didalam hidup kita. Arti lain kekhawatiran dalam bahasa Yunani diatas adalah: ”mencengkram erat-erat”, ibarat kita sedang memegang selang yang sedang mengalirkan air, tiba-tiba karena khawatir, tangan kita secara otomatis mencengkram erat-erat selang tersebut,sehingga mengakibatkan airnya berhenti mengalir 

Ada banyak alasan mengapa orang kuatir. Pada Intinya, kita terbatas dalam banyak hal. Kita tidak tahu dan tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi di depan. Kalau pun kita tahu, kita tidak berkuasa mengubah sesuai dengan apa yang kita mau. Pengetahuan dan kemampuan kita terbatas, karena itulah kekuatiran sering kali menghantui kita. 

PEMBAHASAN
Dalam teks ini Petrus menasihatkan pembacanya untuk merendahkan diri di bawah tangan TUHAN yang kuat (5:6). Hal ini secara manusiawi jelas semakin menambah kekuatiran kita. Ketika kita tidak mengandalkan kekuatan kita (merendahkan hati) kita secara natural semakin tidak memiliki kekuatan apapun. Kalau memiliki kekuatan saja masih sering kuatir, bagaimana jika kita harus menyadari kelemahan kita? Ayat selanjutnya mengajarkan agar kita menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan (5:7). Ayat ini mengajarkan bahwa kita tidak boleh memegang satu kekuatiran pun. Kekuatiran harus diserahkan secara total dan menyeluruh. 

Point ini ditunjukkan melalui tiga hal dalam 
Ay 7: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu”.

1) “Serahkanlah segala kekuatiranmu”. 
 a) ‘Serahkanlah’.
Ini sebetulnya bukan kata perintah.
Vincent: “‘Casting’. EPIRIPSANTES. The aorist participle denoting an act once for all; throwing the whole life with its care on him” (= ‘Menyerahkan’. EPIRIPSANTES. Participle bentuk aorist / lampau menunjukkan suatu tindakan untuk selamanya; melemparkan seluruh kehidupan dengan kekuatirannya kepadaNya).
  b) Perhatikan kata ‘segala’ di sini.
Matthew Henry mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa kekuatiran orang Kristen itu banyak / bermacam-macam.

2)  “kepadaNya”.
Matthew Henry mengatakan bahwa obat yang terbaik terhadap kekuatiran yang melewati batas adalah menyerahkan kekuatiran kita kepada Allah, dan menyerahkan setiap peristiwa kepada penentuan yang bijaksana dan penuh kasih karunia. Suatu kepercayaan yang teguh tentang kebenaran / kelurusan dari kehendak dan rencana ilahi menenangkan roh manusia. Kita berhenti, dan berkata: ‘Jadilah kehendak Tuhan’, Kis 21:14).
Ilustrasi :
Emilie, istri seorang pendeta Jerman bernama Christoph Blumhardt yang hidup pada abad ke-19, heran melihat ketekunan suaminya dalam mendoakan jemaat. Suaminya bahkan tidak pernah tertidur saat mendoakan mereka. Suatu malam Emilie bertanya, "Apa rahasiamu sehingga dapat berdoa seperti itu?"
Suaminya menjawab, "Apakah Allah yang kita sembah begitu lemah, sehingga dengan mengkhawatirkan jemaat aku dapat mendukung kesejahteraan mereka?" Kemudian ia menambahkan, "Tidak! Setiap hari kita harus menanggalkan semua beban dan menyerahkannya kepada Allah."

3) “sebab Ia yang memelihara kamu”.
Matthew Henry juga melanjutkan tulisannya “Ia akan menghindarkan / mencegah apa yang kamu takuti, atau menopangmu di bawahnya”.
Merupakan satu dari sifat Allah yang benar, bahwa Ia bisa dan akan memperhatikan kebutuhan dari orang yang hina maupun orang yang kuat; dan salah satu penghiburan terkaya pada waktu kita menderita dan dihina oleh dunia, adalah pemikiran bahwa kita tidak dilupakan oleh Bapa surgawi kita. Ia yang mengingat burung pipit yang jatuh, dan yang mendengarkan burung gagak muda pada waktu mereka berteriak, tidak akan tidak mempedulikan kita. ‘Tetapi TUHAN memperhatikan aku’ merupakan penghiburan dari Daud pada waktu ia merasa ‘sengsara dan miskin’, (Maz 40:18). ‘Pada waktu ayahku dan ibuku meninggalkan aku, maka Tuhan akan mengambil / menerima aku’, (Maz 27:10). Bdk. Yes 49:15. Ingatlah, anak Allah yang malang, dihina, dan menderita, bahwa engkau tidak pernah akan dilupakan. Teman-teman di dunia, orang-orang yang besar, orang-orang yang remeh, orang-orang yang mulia, orang-orang kaya, bisa melupakan kamu, tetapi Allah tidak akan pernah. Kamu bisa menjadi miskin, dan mereka bisa melewati engkau; engkau bisa kehilangan jabatanmu, dan para penjilat tidak lagi memenuhi jalanmu; kecantikanmu bisa pudar, dan para pengagummu bisa meninggalkanmu; engkau bisa menjadi tua, dan menjadi lemah, dan kelihatannya tidak berguna dalam dunia ini, dan kelihatannya tidak seorangpun mempedulikanmu; tetapi tidak demikian dengan Allah yang kamu layani / sembah. Kalau Ia mengasihi, Ia selalu mengasihi; jika Ia baik kepadamu pada waktu kamu kaya, Ia tidak akan melupakanmu pada waktu kamu miskin; Ia yang menjagamu dengan kepedulian orang tua pada waktu kamu remaja, tidak akan membuangmu pada waktu kamu tua dan beruban (Maz 71:18). Jika kita adalah sebagaimana kita seharusnya, kita tidak akan pernah tanpa teman selama di sana ada Allah.

KESIMPULAN
Kekuatiran harus dilemparkan di atas Dia (upon Him), bukan di pundak kita. Allah paling berhak untuk menanggung kekuatiran kita. Ia memiliki tangan yang kuat (5:6). Ia memelihara kita (5:7). Tiga hal ini seharusnya cukup bagi kita untuk mengalahkan kekuatiran. Jangan pandang apa yang kita miliki atau apa yang kita bisa. Kita harus memandang pada Allah yang tangan kuat-Nya ada atas kita dan yang selalu memelihara kita tanpa henti.
Bagaimana dengan saudara ? Apakah saudara mau merendahkan diri dengan cara mengakui keterbatasan saudara dan menyerahkan semuanya kepada Allah? Ataukah saudara seperti penjual sayuran yang tetap menggendong barang dagangannya yang berat sekalipun ia sudah diberi tumpangan di sebuah mobil pick up? Mari belajar lebih rileks dan menikmati hidup dengan cara berserah. 

If we are not our own, but the Lord's, it is clear to what purpose all our deeds must be directed. 
We are not our own, therefore neither our reason nor our will should guide us in our thoughts and actions. 
We are not our own, therefore we should not seek what is only expedient to the flesh. 
We are not our own, therefore let us forget ourselves and our own interests as far as possible.
We are God's own; to Him, therefore, let us live and die. 
We are God's own; therefore let His wisdom and will dominate all our actions. 
We are God's own; therefore let every part of our existence be directed towards Him as our only legitimate goal.(John Calvin)

Cara untuk melepaskan kekhawatiran adalah dengan memusatkan pikiran kita pada kebaikan dan pemeliharaan Allah yang penuh kasih, bukan pada masalah yang menggelisahkan kita. Lalu kita pun dapat berkata sama seperti pemazmur, "Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku" (Mazmur 94:19

Amien.

Selamat meninggalkan tahun 2012 dan memasuki tahun 2013



Minggu, 23 Desember 2012


DIBENARKAN KARENA IMAN (PERCAYA)
Galatia 3 : 1 - 14

Kata "iman" dan  kata kerjanya "percaya" sering muncul dalam Al­kitab, dan memang merupakan istilah penting yang meng­gam­bar­kan hubungan antara umat  atau  seseorang  dengan Allah. Di bawah ini akan ditin­jau secara singkat  makna istilah itu dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru. Kata "iman" yang dipakai dalam Perjanjian Baru me­ru­pakan terjemahan dari kata Yunani πίστις (pistis), sedangkan kata kerja­nya "percaya" adalah terjemahan dari kata πιστεύω (pisteuoo).  Kata-kata ini sudah dipakai dalam Septuaginta, Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) dalam bahasa Yunani, sebagai terjemahan kata Ibrani ¤m' (aman), yang berarti keadaan yang benar dan dapat dipercayai/diandalkan. Kata ini dan kata-kata sekelompoknya dalam Alkitab Ibrani sering digunakan untuk me­nyatakan rasa percaya kepada Allah dan percaya kepada firman-Nya. Per­caya kepada Allah mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepa­da-Nya. Percaya pada firman-Nya berarti percaya dan menerima  apa yang sudah difirmankan-Nya itu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa istilah iman dan percaya dalam Alkitab sering mengandung komponen-komponen makna sebagai berikut:
  1. percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar,
  2. mengandalkan/mempercayakan diri
  3. setia, dan
  4. taat. 

Latar Belakang Kitab Galatia
Kitab Galatia adalah surat yang ditulis oleh Paulus untuk jemaat di Galatia.Nama Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi tujuannya.Orang-orang Galatia adalah orang-orang yang berasal dari suku bangsa Keltik yang masa itu tinggal di Asia Kecil.
Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
Surat Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu. Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus memulai suratnya ini dengan berkata bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul dan bukan dari manusia. Dia juga mengatakan bahwa tugasnya ditujukan terutama untuk orang yang bukan Yahudi (1-2). Setelah itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa hubungan manusia dengan Tuhan diperbaharui atau menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Kristus (3-4). Di dalam pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6), Paulus menjelaskan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen itu disebabkan karena iman percayanya kepada Kristus. Iman percaya tersebut akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan Kristen, yaitu kasih.
Bagi pandangan Paulus mengenai ciri khas agama Kristen menurut Paulus bahwa hidup Kristiani itu sebetulnya bukan agama, setidak-tidaknya bukan agama dalam arti yang biasa. Dalam konfrontasi dengan agama Yahudi dan kafir, Paulus mengritik banyak aspek sosial dan yuridis dari agama. Walaupun Paulus tidak menyangkal secara total segi lahiriah dan kultus hidup Kristinani, namun Paulus menekankan sikap batin, yaitu iman. Paulus lebih suka membicarakan masalah iman daripada membahas masalah agama, seperti yang dengan jelas dan tegas Paulus paparkan dalam teks Gal 3:1-14.

Pembahasan
Ada tiga hal penting yang dimuat oleh surat tersebut: (1) Dari sudut sejarah, Galatia memuat pengakuan iman Kristen mula-mula yang dapat dijadikan dasar bagi perkembangan teologi Kristen selanjutnya; (2) Dari sudut teologi, Galatia menunjukkan rumusan teologi Paulus yang merupakan kunci dari penafsiran terhadap   pemahaman iman yang benar; (3) Dari sudut agama, Galatia bermuatan tata-nilai moral dan etis dari pernyataan Kristiani tentang  kemerdekaan spiritual yang benar. Surat Galatia mempunyai kedudukan yang sentral dalam Perjanjian Baru karena sejarah dan pengajarannya. Perubahan hidup Paulus dapat dideteksi secara jelas dalam surat Galatia. Surat ini dianggap sebagai surat yang paling tua dari seluruh surat-surat Paulus dalam PB bahkan yang tertua dari semua kitab yang ada dalam PB, dan surat ini ditulis di kota Korintus. Para ahli menetapkan penulisan surat Galatia antara 48 sampai dengan 58. Waktu penulisan surat Galatia sangat penting bagi para ahli Perjanjian Baru karena peranan surat tersebut akan menentukan konsep teologi Perjanjian Baru secara keseluruhan. Dan surat Galatia ini ditulis pada saat hangat-hangatnya sedang terjadi adanya ajaran-ajaran sesat yang diajarkan oleh orang Kristen Yahudi yang mengunjungi jemaat-jemaat di Galatia untuk menyebarkan kekristenan yang bercorak Yahudi[2]. Surat Galatia sendiri bermuatan kontroversial antara legalistik Yudaisme dan keselamatan hanya oleh anugerah karena iman.

Pembaca
Surat keempat, karangan Paulus, seperti yang tercantum dalam PB dialamatkan kepada sejumlah jemaat di daerah Galatia (Gal 1:1:2), jadi semacam surat edaran. Tidak disebutkan nama kota-kota atau desa-desa tempat tinggal jemaat-jemaat itu, surat Galatia ini langsung dialamatkan kepada beberapa jemaat sekaligus, yang mungkin saja keberadaan mereka terpencar-pencar di desa-desa Galatia. Keanehan alamat surat Galatia tersebut barang kali disebabkan oleh situasi setempat. Mungkin sekali “jemaat-jemaat” di Galatia itu kelompok-kelompok kecil orang Kristen  yang hidup terpencar-pencar di desa-desa Galatia. Paulus sendiri (Gal 3:1) menyapa sidang pembacanya sebagai “orang-orang Galatia”

Tujuan Penulisan
Paulus menunjukkan keunggulan Injil atas Taurat:
1)      Roh lebih unggul daripada daging (3:3),
2)      Iman lebih unggul daripada melakukan hukum Taurat (3:2),
3)      Dibenarkan karena iman lebih unggul daripada karena melakukan hukum Taurat (3:8,11),
4)      Diberkati lebih unggul daripada  terkutuk (3:9,10),
5)      Berkat dalam Abraham lebih unggul daripada perintah dalam Musa (3:12-14)
Kelima hal inilah yang mau dijelaskan dengan tegas oleh Paulus kepada jemaat asuhannya di Galatia dalam suratnya tersebut, dengan tujuan agar jemaatnya dapat kembali berbalik kepada Injil Kristus yang sejati bukan tetap pada ajaran Injil plus Taurat seperti yang diajarkan oleh para pengajar sesat yang sudah berusaha untuk memutarbalikan kebenaran ajaran Injil Kristus yang sudah diajarkan Paulus kepada seluruh jemaat asuhannya di Galatia tersebut.
Konteks
Konteks politik
Para pengajar sesat yang menyeludup masuk ke dalam jemaah Galatia, ternyata mempunyai misi untuk menerapkan Injil plus Taurat itu hanya semata-mata untuk menyudutkan posisi Paulus sebagai seorang rasul Allah, dan dalam misi mereka juga bertujuan untuk mempengaruhi jemaat asuhan Paulus yang telah mengenal ajaran Injil Kristus yang telah diajarkan oleh Paulus kepada orang Kristen di Galatia. Tetapi setelah para pengajar sesat ini masuk ke dalam jemaat Galatia mereka memfitnah Paulus dengan memfitnahnya dengan jalan menyebarkan isu bahwa Paulus dalam pewartaan Injil menyeleweng inilah upaya para pengajar sesat itu ingin mempengaruhi kehidupan iman jemaat Galatia yang sudah menerima ajaran Injil Kristus dari Paulus. Dan dari upaya mereka dengan hal-hal yang di atas mereka lakukan mempunyai tujuan politik agar jemaat asuhan Paulus tidak percaya lagi kepada ajaran Paulus.
Konteks sosial
Dalam kehidupan jemaat Galatia sesuatu telah terjadi, orang-orang tertentu yang dijuluki dengan “serigala-serigala” oleh Paulus (lih Kis 20:29), telah masuk ke tengah-tengah jemaah Galatia. Siapakah serigala-serigala ini? Mereka ialah kelompok yang menyebarkan Yudaisme para penganut legalisme garis keras,yang telah datang dari Yerusalem sambil membawa apa yang disebut Paulus “Injil asing”, yaitu campuran antara kekristenan dengan praktik-praktik Yudaisme. Mereka melakukan penyimpangan  dari Injil yang sejati, Kepada orang-orang percaya non Yahudi ini, yang baru saja menerima Injil Yesus Kristus yang memerdekakan  dari Paulus, para serigala ini memberitakan suatu Injil perbudakan, suatu Injil yang penuh hukum, aturan dan ritual. Mereka menyatakan bahwa untuk menjadi orang-orang Kristen yang sejati, orang-orang non Yahudi  itu harus  disunat, menaati Taurat Musa dan menaati segala peraturan PL. Kaum legalis ini sedang berusaha untuk memberlakukan secara paksa segala batasan dan kewajiban ritual   dari Taurat Musa. Injil palsu para penyebar Yudaisme ini mempertahankan cangkang luar dari kekristenan. Namun, inti dari injil palsu ini bukanlah anugerah dan iman melainkan perbuatan. Tuhan Yesus ditempatkan pada posisi sekunder dalam injil ini. Ketaatan kepada semua aturan dan ritual dari Taurat Musa yang lama menjadi hal paling utama. Para penyebar Yudaisme ini menantang otoritas kerasulan Paulus. Oleh karena itu mereka sedang berusaha untuk membuat orang Galatia menolak otoritas Paulus sebagai seorang rasul.
Konteks keagamaan
Permasalahan yang dipersengketakan oleh Paulus dengan Jemaat Galatia ialah mengenai Injil plus Taurat atau Injil palsu karena dalam kehidupan Jemaah Galatia ada pengajar-pengajar sesat yang berusaha untuk memutarbalikkan Injil Kristus, yang diajarkan oleh Paulus. Keberadaan keberagamaan dari jemaat Galatia sedang digoncangkan dengan adanya kehadiran para pengajar sesat yang sangat menyerang ajaran Injil Kristus yang telah dikenal oleh jemaat Galatia terlebih dahulu. Inilah yang menjadi sumber kekacauan yang berusaha meracuni iman percaya jemaat Galatia akan Injil Kristus yang tadinya sudah mereka terima dan imani sebagai  satu-satunya kebenaran. Dengan adanya ajaran Injil plus tersebutlah yang pada akhirnya menyesatkan iman percaya jemaat Galatia.
Konteks kebudayaan
Budaya dan tradisi Yahudi seperti sunat, hal ini yang sangat mempengaruhi kehidupan dan keberadaan budaya jemaat Galatia, dalam banyak hal mereka masih mengikuti adat-istiadat orang Yahudi, yang menganggap sunat itu sebagai adat keagamaan. Sunat sebetulnya bukan adat keagamaan,melainkan sebagai tradisi kebudayaan.  
Struktur
Galatia 3:1-5 Pemahaman tentang kehadiran Roh Kudus
Galatia 3:6-9 Berkat Iman  Abraham
Galatia 3:10-14 Siapa yang ada di bawah kutuk itu?

Tafsiran
Galatia 3:1-5    Paulus langsung menyapa dengan cara yang penuh kasih yaitu dengan menggunakan kata “bodoh” yang mana dalam konteks ini bukanlah menunjuk kepada kata makian, (bdg Luk 24:25) kata “bodoh” menunjuk kepada sikap. Sikap orang Galatia yang telah mengetahui suatu ajaran yang benar, tetapi mereka dengan cepat juga dipengaruhi, di mana mereka menerima pengajaran yang tidak ada artinya, seolah-olah mereka cepat terpesona. Paulus hendak mengatakan bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu dilukiskan terang di depanmu? Menurut Paulus tidak  masuk akal bahwa jemaah Galatia lekas meninggalkan Injil Kristus itu, tersirat makna bahwa Paulus merasa sangat heran dengan kejadian yang sedang dialami oleh jemaah Galatia yang cepat tergoda dan terpengaruh serta kembali berubah haluan melakukan Taurat, dengan begitu memungkiri disalibnya Yesus Kristus lagi. Sebenarnya orang Galatia sendiri harus mengakui hal ini karena permulaan iman mereka, yaitu penerimaan Roh, terjadi sebagai akibat dari pemberitan Iman bukan karena mereka melakukan hukum Taurat.  Kehidupan rohani ialah sesuatu atau yang diterima orang-orang Galatia dari Allah dengan cara mereka mendengarkan serta menerima ajaran Injil Kristus. Orang-orang Galatia tidak dapat menyangkal bahwa mereka sebagai orang Kristen memulai dengan Roh. Paulus dengan tegas memberikan teguran dan peringatan kepada jemaah Galatia yang sebenarnya mereka sudah menjadi Kristen dan memulai iman kepercayaan mereka dengan Roh Allah, tetapi ketika para pangajar sesat datang masuk ke dalam jemaah Galatia mereka cepat sekali meninggalkan Iman percaya mereka pada ajaran Injil Kristus dan berpindah kembali melakukan hukum Taurat dalam hidup mereka, inilah yang Paulus maksudkan dengan mengakhirinya di dalam daging. Jadi, kalau begitu mereka memulai dengan Roh dan berakhir dengan daging, maka segala sesuatu yang mereka alami, adalah sia-sia baik itu pengalaman indah yang menyertai Roh Kudus. Jikalau orang-orang Galatia tidak percaya sepenuhnya kepada Yesus Kristus yang disalibkan itu maka sia-sia semuanya pengalaman indah mereka tersebut. Masakan sia-sia kata Paulus, maksudnya ialah penerimaan Roh itu mustahil ditiadakan seluruhnya oleh manusia.
Dalam ayat 5 Paulus mengulangi pertanyaan yang sudah diucapkannya pada ayat 2 dan 4, tetapi pada ayat 5 ini dilihat dari sudut lain. Jemaat-jemaat Galatia sudah menerima Roh dan telah mengalami kekuatan secara rohani, jadi pemberian Roh ialah sumber hidup baru dalam kehidupan jemaah Galatia, karena Allah yang memberikan Roh itu. Dengan demikian persoalan hukum Taurat pada hakikatnya adalah mengenai pandangan kita tentang Allah: apakah Allah bagi kita seorang hakim, yang dari jauh menghakimi kita dan yang harus kita perdamaikan dengan perbuatan-perbuatan baik, ataukah Allah bagi kita seorang Bapak yang memulihkan hubungan-hubungan dengan anak-anak-Nya.
Galatia 3:6-9       Dalam ayat 6-9 Paulus menjelaskan bahwa secara positif kebenaran oleh iman adalah sesuai dengan Perjanjian Lama. Dalam ayat 10-12 Paulus menegaskan bahwa segi negatif yakni dengan hukum Taurat, manusia tidak dapat dibenarkan adalah sesuai dengan Perjanjian Lama juga.  Bahwa dalam seluruh bagian ini (ayat 6-14) tema-tema yang muncul ialah mengenai berkat iman Abraham serta kutuk hukum Taurat. Orang-orang Galatia, sebagai anak-anak Abraham  mengambil bagian dalam berkat iman kepercayaan Abraham. Tetapi kalau mereka mengikuti orang-orang Yudais, mereka akan kembali takluk ke bawah hukum Taurat. Bagi Paulus hanya kepercayaanlah yang menentukan, dan Abraham menjadi bapak orang-orang percaya Kepercayaan itu diperhitungkan sebagai kebenaran. Artinya bukan seolah-olah kepercayaan itu kebenaran, melainkan bahwa bagi Allah kepercayaan itu ialah sungguh-sungguh kebenaran. Orang percaya ialah orang benar, dalam pandangan ini kepercayaan tidak dilihat sebagai prestasi, tetapi sebagai jawaban atas janji Allah kepada Abraham. Oleh karena itu bahwa Allah memperhitungkan kepercayaan itu sebagai kebenaran bukanlah berdasarkan hak manusia, melainkan berdasarkan anugerah Allah sendiri (Rm 4:4,5), Dalam hal ini orang benar ialah orang yang diterima Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang Kristen berasal dari kepercayaan. Mereka hidup dari iman kepada Allah, sama seperti Abraham, begitulah ada persekutuan hakiki antara Abraham dan dengan mereka yang percaya oleh karena itu mereka disebut, yaitu anak-anak menurut Roh seperti yang dengan jelas dikatakan dalam ayat kunci pasal 3 ini yaitu ayat 7 “Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham”.
Dalam kitab Kejadian kita baca bahwa dalam Abraham segala bangsa akan diberkati (Kej 12:3 18:18;  12:18;  26:4;  28:14;  Kis 3:25;  Rm 4:13). Cukup jelas bahwa pengaruh dari bangsa Israel adalah jauh lebih luas. Pilihan Allah, Perjanjian-Nya, mengangkat bangsa Israel untuk menjadi berkat bagi seluruh dunia. Dalam Perjanjian Lama sendiri ada pandangan-pandangan yang berbeda-beda tentang peranan Israel dalam sejarah. Paulus menafsirkan Kej 12:3 dari segi kepercayaan kepada Yesus Kristus dengan jalan menghubungkan Kej 12:3 dengan Kej 15:6. Artinya berkat iman Abraham (Kej 12:3) sebagai janji yang akan digenapi dalam Yesus Kristus ditafsirkannya sebagai kebenaran oleh iman (Kej 15:6). Dengan demikian persekutuan iman antara Abraham dengan bangsa-bangsa diartikan sebagai penggenapan dari perjanjian yang disebut dalam Kej 12:3.
Galatia 3:10-14      Iman itu megesampingkan Hukum Taurat. Hukum Taurat mengerjakan justru kebalikan dari berkat iman Abraham (ayat 8). Kepada mereka yang mencari kehidupan dalam hukum Taurat harus dikatakan: kamu berada di bawah kutuk. Dalam Ul 27:26 terkutuklah setiap orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam hukum Taurat. Ul 27:26 ini dimaksudkan pada mulanya, sebagai peringatan kepada umat Israel, agar mereka menaati hukum Taurat itu dengan sebaik-baiknya. Ada kemungkinan kecil bahwa Paulus bermaksud mengatakan  dalam ayat 10 ini: tidak ada orang yang melakukan hukum Taurat, maka semua orang terkutuk atau lebih jelas lagi menurut Ul 27:26, selalu ada ancaman. Jadi walaupun kita melakukan segala sesuatu yang tertulis di dalam kitab hukum Taurat sampai saat ini, kita belum aman terhadap waktu yang akan datang, kutuk itu tetap mengancam, kita takkan bebas dari kutuk itu. Tetapi maksud dari kutipan-kutipan Paulus itu bukanlah untuk memberikan bukti yang menentukan agaknya lebih tepat bahwa kita meganggap kutipan-kutipan ini sebagai bahan pembantu bagi argumentasi Paulus. Dalam hubungan kutipan dari Ul 27:26 ini dipakai untuk menjelaskan dari mana kutuk itu, dan kepada siapa kutuk itu akan ditujukan. Sebaliknya hukum Taurat harus dilakukan, siapa yang melakukannya akan hidup (Im 18:5; bdg Rm 10:5). Tetapi kepercayaan itu bukanlah melakukan sesuatu, melainkan menerima sesuatu. Jadi hukum Taurat itu bukan dari iman, artinya titik tolak dari Taurat tidaklah terletak dalam kepercayaan. Mereka yang mau hidup dari melakukan hukum Taurat, berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri (Rm 10:3), hanya bila kita percaya, maka kita menyerahkan diri kepada Allah, kita mengharapkan hidup itu dari pada-Nya, kita takluk kepada kebenaran Allah (Rm 10:3).  Demikianlah kita dapat mengerti pertukaran luar biasa yang dilukiskan Paulus: mereka yang mencari berkat dari melakukan hukum Taurat akan memperoleh kutuk, tetapi mereka yang mengakui bahwa jalan melakukan hukum Taurat itu berakhir pada kutuk, sebenarnya sudah siap untuk menerima berkat. Jadi hukum Taurat tidak mempersiapkan seseorang untuk menerima berkat. Barulah dengan kemungkinan baru yang diberikan dalam Injil itu, seseorang dapat menjadi merdeka. Dalam PL pada umumnya dan Hab 2:4 khususnya istilah orang benar menunjuk kepada orang-orang yang hidup menurut kehendak Allah, sedangkan kata ibrani “emet” dalam TB-LAI biasanya iman berarti keteguhan, kesetiaan. Jadi Hab 2:4 kira-kira sebagai berikut: orang baik akan tetap hidup karena kesetiaannya. Mungkin yang dimaksudkan dengan orang baik bukanlah seseorang tetapi bangsa Israel. Paulus sakan-akan memperdalam ucapan Habakuk ini. Orang baik, orang benar itu adalah, menurut Paulus orang yang dibenarkan, yang menerima kebenarannya dari Allah.
Ayat 13-14 merupakan penutup dari ayat 6-14 temanya tetap berkat dan kutuk. Kutuk itu berlaku untuk seluruh umat manusia (ayat 10), berkat adalah bagi setiap yang hidup dari iman (ayat 7). Sudah jelas bagi Paulus iman itu adalah kepercayaan kepada Yesus Kristus. Yesus dijadikan di bawah hukum Taurat (4:4) dan kutuk hukum Taurat menimpa Dia, dengan demikian Ia menjadi kutuk karena kita. Dengan jalan ini Ia melepaskan kita dari kutuk. Paulus mempergunakan gambaran penebusan budak-budak, tetapi dalam pandangan Paulus apa yang diperbuat oleh Kristus itulah yang diperbuat oleh Allah sendiri ( 2 Kor 5:18-21), karena itu jalan iman merupakan kebalikan dari jalan melakukan hukum Taurat. Yesus Kristus manusia bebas itu, menebus kita, budak belian (Rm 7:14 bdg 1 Kor 6:20). Paulus berkata: Kristus menebus kita, menjadi kutuk karena kita. Jadi bagi Paulus kutuk hukum Taurat itu bukanlah terbatas pada umat Israel (bdg Rm 3:19, 20). Seluruh sejarah umat Israel, mulai dari perjanjian kepada Abraham, mempunyai makna universal atau mengenai seluruh umat manusia. Makna universal itu diwujudkan dalam Yesus Kristus (Gal 3:28). Seperti seluruh bagian ini (ayat 6-14), Paulus memperkuat argumentasinya dengan suatu kutipan dari  hukum Taurat (Ul 21:23). Waktu Yesus tergantung di kayu salib, Ia termasuk dalam golongan orang-orang terkutuk, dan dengan demikian di dalam Dia berkat sampai kepada bangsa-bangsa. Di dalam Yesus Berkat dan kutuk bertemu. Manusia tidak mau mengakui dosanya: ia mau melarikan diri dari kutuk (Kej 3:8-18). Kristus tidak melarikan diri, tetapi mengangkat di atas bahu-Nya (Yoh 1:29) dosa dan kutuk itu. Di dalam Dia kutuk hukum Taurat diakui sebagai hukuman yang tepat dan syah, sehingga di dalam Kristus hukum Taurat telah mencapai tujuannya dan kutuk telah kehilangan ancamannya (bdg Rm 8:4: tuntutan hukum Taurat digenapi).  Ayat 14b menjelaskan maksud ayat 14, berkat itu terdiri atas penerimaan Roh yang dijanjikan, yaitu Roh Kristus (2 Kor 3:17), yang menjadikan kita anak-anak Allah (Gal 4:6).







Out Line Khotbah: Tema : PERCAYA PADA KRISTUS
1.               Apa arti percaya pada  ajaran-Nya
Percaya pada ajaran-Nya, artinya ialah agar semua orang yang sudah mengenal dan menerima ajaran kebenaran Injil Kristus harus tetap setia dan teguh pendirian iman percayanya kepada semua ajaran-ajaran fiman Tuhan Yesus  walaupun banyak godaan, ataupun ajaran-ajaran lain yang mungkin saja berusaha untuk menggeser arti sejati dari iman percaya kita kepada kebenaran ajaran Injil Kristus yang sangat mulia, dan sebagai satu-satunya ajaran keselamatan yang harus dituruti dan diterapkan dalam tindakan kehidupan nyata kita sebagai pengikut-Nya.  Jangan menduakan ajaran Kristus, tetapi pegang dengan keteguhan hati dan iman percaya kita hanya ajaran Kristuslah yang bisa menjadi pelita dalam langkah kehidupan kita di dunia ini.
2.   Siapa yang harus percaya pada ajaran-Nya
Yang harus percaya kepada ajaranNya adalah kita semua orang percaya yang telah ditebus oleh pengorbanan Kritus, haruslah percaya kepada ajaranNya, walaupun terdapat ajaran yang lain dari pengajaran Kristus yang telah kita terima.
3.      Bagaimana bentuk sikap percaya pada ajaran-Nya
Bentuk dari sikap kepercayaan kita adalah dengan tetap melihat kepada iman kita kepada Yesus. Di mana Tetap percaya ketika ada penggodaan artinya adalah kita yang sudah menerima Kristus secara pribadi, sudah dibaptis, sudah disidi dan berjanji akan terus tetap untuk mengikuti Yesus dan semua ajaran-Nya, meskipun ada di depan mata kita dan meskipun ada berbagai godaan yang berusaha untuk menyimpangkan iman percaya kita pada Tuhan, misalnya untuk konteks Indonesia sekarang ini seperti kita ketahui bersama bahwa di samping ada ajaran kekristenan yang sejati, tetapi ada juga para saksi Yehova yang berusaha keras untuk mempengaruhi ajaran iman Kristen yang sejati dan mereka melakukan penyimpangan pada ajaran Kristen, yaitu mereka tidak percaya bahwa Yesus sebagai manusia sejati. Dalam kondisi seperti inilah kita sebagai orang Kristen yang benar-benar percaya pada Yesus Kristus yang 100% manusia dan 100% Allah, kita benar-benar dituntut oleh iman percaya kita masing-masing pada  kesasihan kebaradaan Yesus yang 100% manusia dan 100% Allah harus tetap teguh kita pertahankan jangan sampai tergoyahkan oleh godaan dari ajaran menyimpang para saksi Yehova.
4.   Mengapa harus percaya kepada ajaran-Nya
Kita sebagai orang yang mempunyai identitas sebagai orang percaya harus mempunyai keyakinan dalam iman kita bahwa kita harus percaya kepada ajaranNyalah yang hanya menuntun kita ke dalam jalan yang benar dan dengan kepercayaan kepada ajaranNyalah kita akan diselamatkan.
5.   Pesan dan Relevansi:
 Tujuan Penulis Bagi Jemaat Galatia Pada Zaman Itu
Tujuan utama Paulus menulis serta mengirimkan suratnya kepada jemaah Galatia ialah agar jemaah Galatia jangan cepat-cepat tergoda serta mau mengikuti ajaran dari para serigala yang berusaha untuk mengubah paradigma jemaah Galatia tentang ajaran Injil Kristus yang sudah disampaikan oleh Paulus kepada  jemaah asuhannya yang terpencar-pencar di Galatia ini. Paulus berjuang keras melakukan pembelaan terhadap Injil Kristus demi membawa kembali jemaah asuhannya itu agar bisa tetap teguh iman percaya mereka kepada Injil Kristus yang pernah Paulus sampaikan kepada jemaahnya waktu kedatangan Paulus yang pertama kali di Galatia. Dan Paulus menegur dengan tegas bahwa jemaahnya sepertinya sudah ada yang terpengaruh dengan ajaran para penyesat yang menjadi saingan Paulus, karena mereka memberikan pengajaran yang mengarah kepada ritual-riutal  atau tradisi seperti sunat dan Hukum Taurat, mereka sangat menekankan agar dengan melakukan sunat serta menaati Taurat Musa maka jemaah akan selamat semuanya. Makanya Paulus mengatakan kepada jemaah asuhannya agar mereka tetap kembali untuk memperjuangkan Injil Kristus.
 Bagi Kekristenan atau Orang Percaya atau Gereja Saat Ini.
Dalam Galatia 3:1-14 ini Paulus mau menunjukkan kepada kita sumber kehidupan dari orang yang benar, yang telah dibenarkan di dalam Kristus. Inilah yang mau disuarakan oleh Paulus lewat Galatia 3:1-14, menyuarakan kemerdekaan orang Kristen, ekspresi tertinggi dari kehidupan dan iman. Keselamatan oleh iman selalu merupakan anugerah oleh iman baik di Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Surat Galatia pasal 3 ini mau menjawab pertanyaan tentang seperti apakah kehidupan orang Kristen yang sesungguhnya, yang mana jawabannya ialah kemerdekaan di dalam iman percaya kepada ajaran Injil Yesus Kristus bukan kemerdekaan yang didasarkan kepada perbuatan baik yang sudah orang Kristen lakukan, dan bukan juga karena sudah menaati Hukum Taurat Musa. Di dalam Gal 3:1-14 ini dengan jelas mau memperingatkan semua orang Kristen agar tidak cepat tergoda atau mudah dipengaruhi oleh berbagai macam kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja datang untuk mencobai iman percaya kita pada ajaran Injil Kristus, tetapi Gal 3:1-14 mau memberikan pengertian yang sesungguhnya bahwa dengan mengandalkan iman percaya pada kuasa Injil Kristus itulah yang bisa menjadi jaminan keselamatan hidup kita orang Kristen. Dengan modal utama iman percaya serta adanya keyakinan dalam hati kita akan ajaran-ajaran kebenaran Injil Kristus yang kita jadikan sistem kontrol dalam kehidupan kita pasti kemungkinan yang bisa saja menggodai iman percaya kita kepada Injil Kristus tidak akan pernah berhasil untuk mengoyahkan kepercayaan iman orang Kristen pada kebenaran Injil Kristus, contoh nyatanya di Indonesia sendiri sudah ada serigala atau pengajar sesat yang berkeliaran di mana-mana misalnya saksi Yehova, pasti tidak sanggup untuk menggoyahkan iman percaya kita.
6.      Ilustrasi KJ 15:3 (BERHIMPUN SEMUA)
Berdoa dan jaga supaya jangan
penggoda merugikan jiwamu
Di dunia tegaklah kemenangan
dan dasarnya imanmu yang teguh

Kesimpulan
Dalam Galatia 3:1-14 ini intinya Paulus menunjukkan kepada kita bahwa Injil berbicara tentang keselamatan  oleh iman dan bukan oleh perbuatan atau dari Hukum Taurat

KEPUSTAKAAN
Stedman, Ray C. “Petualangan Menjelajah Perjanjian Baru” Panduan Membaca Alkitab dari
Matius hingga Wahyu. Jakarta: PT.Duta Harapan Dunia, 2009.
Jacobs,Tom. “Iman Agama” Kekhasan Agama Kristiani Menurut Santo Paulus Dalam Surat
Galatia dan Roma. Yogyakarta: Kanisius
Duyverman, M.E. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta:  BADAN  PENERBITAN KRISTEN,1966.
Drane,John . Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 2006.
OFM, C. Gronen . Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta:Kanisius, 2000.
Cole, R.Alan.  “Tyndale New Testament Commentaries”  Revised Edition Galatians.Michigan:Wiliam B. Eerdamans Publishing Company,1989.







Rabu, 21 November 2012

THE POWER (MIRACLE) OF GIVING


Di salah satu stasion TV swasta ada suatu acara dakwah Islami yang dibawakan dengan begitu ringan tapi cukup mengena, yang dibawakan oleh seorang da'i muda dengan judul acara chating bersama YM.
Sosok YM yang pada beberapa tahun ini belakangan ini cukup cemerlang dengan ceramahnya seputar isu berani memberi untuk mendapatkan berkat.
Dengan cukup berani sang uztad muda ini memparaktekkan prinsip-prinsip memberi, yang bahkan saya pernah mendengar bahwa dia 'meniru' dari orang nasrani soal semangat perpuluhan yang menjadi suatu contoh/praktek memberi bagi orang  Kristen

Point saya bukan untuk membahas topik perpuluhan, tetapi mengkritisi bahwa ajaran untuk memberi memang menjadi sesuaitu nilai yang tidak terpisahkan dalam hidup iman Kristen. Memberi bukan melulu karena kita berlebih, tetapi dalam beberapa kasus ekstrim Alkitab memberikan contoh bahwa memberi (persembahan) dari janda miskin yang mempersembahkan seluruh nafkah hidupnya pada hari itu ke bait Allah atau janda miskin di kota Sarfat yang memberikan nafkah terakhirnya kepada nabi Elia.

Saya mengkritisi apakah benar nilai-nilai memberi yang diajarkan uztad muda itu sama dengan yang prinsip memberi yang seharusnya dimiliki orang Kristen ?
Sebelum mengadakan komparasi lebih jauh, saya mencoba memahami konsep memberi yang diajarkan uztad muda itu sbb :

Dia mencontohkan dalam sebuah acara di TVRI beberapa waktu lalu dan menantang (volunteer) seseorang untuk mau memberikan zakat. Orang yang didaulat maju tsb memiliki uang di dompetnya sebesar Rp 1,2 juta. Lalu ketika ditanta berapa uang yang mau dia zakatkan ?
Sang volunteer itu mengikhlaskan Rp 20.000,- dan sisanya Rp 1.160.000,- dimasukkan kembali ke dompetnya. Tetapi sang uztad menantang, ...'lho mau dapat berkat sedikit atau banyak ?'
'mau dapat ganti dari Allah Rp 200.000,- atau Rp 11.160.000,-?'.
Akhirnya karena tertantang 'untuk mendapatkan rezeki' lebih besar, ia merelakan investasi Rp 1.160.000,- untuk zakat di jalan Allah, menurut uztad muda tsb.

Patut dihargai semangat memberi seperti yang diajarkan iman seberang tsb, tetapi marilah kita teliti lebih jauh tentang arti memberi sebetulnya.
  1. Pemberian atau persembahan semestinya dilandasi atas motivasi yang benar di hadapan Tuhan
  2. Persembahan diberikan dengan cara-cara yang benar
  3. Persembahan diberikan melampaui pertimbangan manusia
Motivasi memberi bukanlah semacam investasi untuk memperoleh 'gain' lebih. Kalau hal ini yang dijadikan dasar, maka kita akan terjebak dengan bisnis pelipatgandaan uang yang tidak benar. Iming-iming mendapat bunga besar atas investasi yang tidak jelas sudah menjadi penyakit masyarakat belakangan ini.
Apakah sebagai orang Kristen kita akan terjebak dengan semangat memberi yang dikamuflase dengan nilai-nilai yang salah ?

Motivasi kita dalam memberi adalah sebagai ucapan syukur atas pemberian tak ternilai yang Tuhan sudah lakukan di atas kayu salib untuk kita manusia berdosa. Ini bukan berarti kita membayar jasa Tuhan Yesus yang tak terbayarkan itu, tetapi sekali lagi bahwa ini adalah ungkapan bahwa kita menyadari apapun yang kita punya saat ini, entah kedudukan, kesehatan, keuangan yang baik...itu semua adalah milik dan pemberian Tuhan semata untuk hidup kita yang telah ditebus ini.

Ayat Alkitab yang mengemukakan 'Berilah maka kamu akan diberi' (Lukas 6:38), janganlah ditafsirkan bahwa motivasi memberi adalah supaya kita mendapatkan 'return' dari investasi, sebab sekalipun memang Tuhan akan memberi sebagai bukti kasih dan karunia pemeliharaan Allah atas hidup anak-anakNya, tetapi wujud pemberian di sini tidak harus melulu merupakan berkat jasmani, karena dalam aspek menyeluruh yang lebih dalam ternyata penderitaan adalah juga dapat merupakan karunia Allah (I Petrus 2: 19)

Semangat memberi haruslah menjadi bukti bahwa hidup orang Kristen adalah murni anugerah dan pemberian  Tuhan, sehingga sudah  selayaknyalah bila hidup Kristen diwarnai dengan kasih kepada sesama.
Kasih untuk memberi dengan tanpa syarat, tanpa menuntut balas,  tulus ikhlas dan tidak berdasar kemampuan manusiawi semata.  

Hukum Ekonomi memang menyatakan bahwa kita akan mendapatkan keuntungan lebih banyak, bila kita melakukan efisiensi dengan menekan pengeluaran (menahan untuk memberi) tidak selalu terwujud dalam kehidupan. Kehidupan di dunia ini tidak selalu berjalan menuruti hukum alam. Ada hal-hal yang bisa terjadi dalam kehidupan manusia yang tidak selalu bisa dimengerti dengan akal manusia. Kita harus menyadari bahwa Allah bisa melakukan intervensi (campur tangan) terhadap apa yang terjadi di dunia ini, sehingga orang yang memiliki kepedulian tinggi bisa mendapat berkat dan orang yang mementingkan diri sendiri justru mengalami kekurangan.  Inilah yang dimaksudkan bahwa persembahan yang diberikan melampaui pertimbangan manusia.

The power (miracle) of giving memang benar, tetapi harus dilakukan dengan motivasi, cara (metode) dan mutu (kwalitas) yang benar di mata Allah untuk sesama manusia.

Amsal 11 : 24 Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa , namun selalu berkekurangan.

Amien.  






Selasa, 13 November 2012


          Antikristus atau si Dajal merupakan satu dari sekian figur Alkitab yang paling populer dan banyak dibahas. Sosoknya begitu menarik sehingga keluar pagar kekristenan dan memasuki budaya umum secara keseluruhan. Alkitab membicarakannya, tetapi tetap saja ia menjadi sosok misterius. Bahkan sudah berabad-abad, tidak terhitung pribadi atau lembaga yang mendapat kehormatan menjadi antikristus. Mulai dari Sri Paus, Kaisar, tokoh reformasi sampai pada sistem kepercayaan, pemerintahan, penyakit, maupun karya seni. Bila mereka ternyata akhirnya mati atau tidak ada lagi, orang berpura-pura lupa. Bahkan kadang sekedar berkata, "Ternyata bukan dia" ketika orang yang mendapat tuduhan itu akhirnya mati di tiang gantungan.
Para ahli nubuatan berusaha keras memahami makhluk ini. Apa kemampuannya? Darimana datangnya? Bagaimana mengenalinya melalui tiga angka terkenal itu - 666? Bagaimana caranya ia naik tampuk kekuasaan dan menyatukan ekonomi global dengan satu sistem mata uang? Bagaimana satu orang bisa memimpin seluruh dunia dan membuat dunia menyembahnya sebagai Tuhan? Mereka akhirnya hanya bisa berkata, "Itu pertanyaan-pertanyaan yang hanya bisa bisa dijawab bila antikristus sudah datang."
Pada awalnya antikristus muncul sebagai tokoh kecil dari Eropa Tenggara. Kemudian ia menaklukan 3 kerajaan dan menjadi penguasa konfederasi 10 kerajaan di Eropa (Dan 7:24; 8:25; Wah 13:10), yang menjadikannya Diktator Eropa. Selanjutnya ia mengadakan perjanjian perdamaian dengan Israel selama 7 tahun termasuk ijin untuk mengadakan sistem persembahan kepadanya di bait Allah (Dan 9:27). Tetapi perjanjian selama 7 tahun ini tidak sepenuhnya dijalankan oleh antikristus. Dalam paruh 3½ tahun kedua antikristus menghianati perjanjian itu dengan alasan karena antikristus tidak memerlukan lagi bantuan Israel dalam menghadapi Rusia. Sistem penyembahan Israel yang baru dibangun akan dibasmi dan digantikan dengan sistem penyembahan binatang besar di dalam bait Allah (Dan 9:27; 2 Tes 2:24).
Antikristus menjadi musuh besar Israel, di mana ia kemudian mengejar dan menganiaya semua orang Yahudi yang menolak menyembah kepadanya. Dengan perantaraan mujizat Allah, rombongan Israel yang setia itu mengungsi ke padang belantara Edom, di mana mereka akan dipelihara selama 3½ tahun terakhir itu (Mat 24:24-25; Wah 12:14-16). Banyak yang lainnya akan mengalami penganiayaan hebat di dekat Yerusalem, karena penolakan penyembahan kepada binatang besar itu, namun mereka belum lagi rela menerima Yesus Kristus sebagai Mesias yang sesungguhnya (Zak 12).
****
Sebuah film yang pertama kali diproduksi tahun 1976 membuat tokoh ini makin terkenal. Bahkan pada tahun 2006, tepatnya tanggal 6 Juni 2006 jam 06:06:06 remake-nya yang berjudul "The Omen: 666" mulai dilepas di pasaran. Bercerita tentang Damien, seorang anak yang lahir sebagai putra diplomat. Banyak hal aneh terjadi dengan anak ini, termasuk pengasuh yang bunuh diri pada hari ulang tahunnya, sehingga pengasuh baru datang. Seorang yang ternyata dikirim untuk menjaga seorang anak setan. Seorang pastor mengungkapkan fakta anak setan ini kepada si ayah, tetapi ia menolak membunuh Damien. Walaupun demikian, setelah melihat tanda lahir berupa angka 666 di kepala anaknya, ia tidak punya pilihan selain membawa anaknya ke gereja untuk dibunuh. Sayangnya gagal karena pada saat mau melakukannya, ia tertembak seorang petugas. Damien selamat sehingga filmnya berakhir dengan senyuman anak setan yang sedang memegang tangan presiden Amerika Serikat.
Damien hanyalah seorang tokoh khayalan, tetapi dalam kehidupan nyata beberapa nama telah menjadi 666. Antara lain, Nero, Paus Benediktus XVI, Adolf Hitler, Henry Kissinger, Stalin, Roosevelt, Mussolini, Karl Von Habsburg, Saddam Hussein, Mikhail Gorbachev, dan masih banyak yang lain lagi, termasuk beberapa kandidat yang baru muncul, Bill Gates, George Bush dan Pangeran Charles.
Bill Gates, raja monopoli yang bernama asli William Henry Gates III, mendapat kehormatan ini karena jumlah namanya dalam kode ASCII (American Standard Code for Information Interchange), sebuah kode yang merepresentasikan setiap karakter A-Z dan seterusnya ke dalam angka yang bisa dimengerti komputer. Sebagai contoh, huruf A dalam ASCII berkode 65, huruf B berkode 66, dan seterusnya. Bila semua huruf dalam "William Gates III" dikonversikan ke ASCII lalu dijumlahkan, angka 666 akan muncul.
George Bush bernasib sama, gara-gara ASCII juga. Caranya sedikit lebih rumit, nama pertama, George menjadi 71+101+111+114+103+101; nama kedua, Walker menjadi 87+97+108+107+101+114; nama terakhir, Bush menjadi 66+117+115+104. Totalnya adalah 1617. Total ini setelah dijumlahkan dengan cara yang aneh, yaitu 1+6+1+7 = 15 = 1+5 = 6, maka orang bisa berkata, "Enam merupakan salah satu angka dalam 666."
Pangeran Charles tidak bernasib lebih baik, begitu menyakinkannya analisa hubungannya dengan antikristus, sehingga seseorang dengan penuh keyakinan menyimpulkan bahwa pangeran ini sebenarnya sadar siapa dirinya yang sesungguhnya, hanya saja ia menunggu saat yang tepat. Sama seperti Kristus menunggu saat-Nya, demikian pula calon raja Inggris menunggu janji bapa-nya, si setan.
Para Teolog yang mendalami kitab Wahyu berbeda pendapat secara luas mengenai apa sebetulnya tanda dari binatang itu. Selain pandangan tentang “kartu tanda pengenal”, yang lainnya berspekulasi bahwa itu adalah microchip, barcode yang ditatokan di kulit, atau sekedar tanda yang mengidentifikasikan seseorang sebagai seorang yang setia kepada kerajaan antikristus.
Pandangan terakhir ini adalah yang paling tidak berspekulasi, karena pandangan ini tidak menambahkan lebig banyak informasi dari apa yang diutarakan oleh Alkitab. Dengan kata lain semua ini mungkin, namun pada saat yang sama semuanya adalah spekulasi, sehingga kita hanya dapat menantikan nanti bagaimana hasilnya. Kita sebaiknya tidak menggunakan banyak waktu untuk berspekulasi mengenai detail yang melampaui apa yang telah ditulis oleh Alkitab.
Kata antikristus hanya muncul lima kali dalam Alkitab, walaupun demikian, konsepnya terpatri kuat dalam bagian Alkitab yang sering disebut literatur apokaliptik. Kata ini juga tidak bisa diabaikan begitu saja oleh buku-buku yang membahas masalah nubuatan atau apapun yang berhubungan dengan masa yang akan datang.
Sebuah kata yang berasal dari kata Yunani antichristos. Anti bisa perarti "pengganti" tetapi bisa juga berarti "melawan" atau "menentang." Hanya muncul di Perjanjian Baru, semuanya dalam tulisan Yohanes (1 Yoh 2:18,22; 4:3; 2 Yoh 1:7). Muncul baik dalam bentuk jamak maupun dalam bentuk tunggal, sehingga beberapa orang menyimpulkan bahwa Yohanes berbicara tentang dua antikristus. Antikristus yang banyak dan sudah datang serta antikristus yang hanya satu, yang akan datang.
Murid Yesus ini juga mengindentifikasikan apa yang telah dilakukan antikristus, yaitu memakan habis persekutuan antara orang percaya serta menyisipkan kebohongan kedalam kebenaran. Antikristus jenis ini dapat dilihat melalui penolakan terhadap Bapa dan Anak (Yoh 2:22); pengajaran doktrin palsu berupa penolakan Yesus sebagai Kristus, Anak Allah; serta penolakan terhadap doktrin reinkarnasi - "bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia" (2 Yoh 1:7).
Selain antikristus, ada pseudochristos yang hanya muncul dua kali dalam Injil, tetapi jelas memiliki hubungan dengan antikristus (Mat 24:24; Mark 13:22). Awalan pseudo berarti "palsu", "tipu daya", atau "pura-pura". Yesus sendiri yang mengucapkan kata ini dalam khobahnya yang merujuk nubuatan Daniel tentang akhir jaman (Mat. 24:15; Mark 13:14). Ia berkata, "Sebab Mesias-mesias palsu [pseudochristoi] dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga." (Mat 24:24).
Ada sebuah istilah yang sulit dipisahkan dalam pembahasan tentang antikristus,  yaitu apokaliptik. Sebuah kata Yunani yang berarti "menyingkapkan" atau "membukakan", merujuk sesuatu yang sebelumnya tersembunyi tetapi kini telah tersingkap. Sastra apokalipsis umumnya mengandung gambaran sebuah dunia khayalan atau mimpi gaib dan menakjubkan; berupa binatang-binatang dengan tanduk yang panjang-panjang, ular-ular naga yang menyembur-nyemburkan api, bisa juga berupa gambaran malapetaka yang akan datang. Beberapa bagian Alkitab, seperti kitab Daniel dan Wahyu termasuk dalam kategori ini.
Dalam literatur apokaliptik, terutama Daniel 11 dan Wahyu 13, jelas bahwa seorang pribadi akan muncul pada titik puncak sejarah. Ia mendapat kekuatan dari Setan untuk memimpin manusia kedalam penentangan terhadap Allah dan umat-Nya. Pribadi inilah yang nantinya terkenal sebagai antikristus.
Walaupun kata antikristus hanya muncul dalam surat Yohanes, tetapi Paulus dengan jelas menggambarkan sosok ini dalam surat yang dikirimnya kepada jemaat di Tesalonika. Sebuah surat yang mengoreksi kesalahpengertian jemaat di sana tentang masa yang akan datang. Paulus, seperti juga Yesus, merujuk penglihatan apokaliptik Daniel serta menyebut antikristus sebagai "murtad" dan "manusia durhaka, yang harus binasa," (2 Tes 2:3). Menggambarkan sosok ini sebagai "lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Serta duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah." (2 Tes 2:4)
Sepertinya sosok antikristus memang tidak bisa dipisahkan dengan angka 666. Dalam Wahyu 13:18 tertulis:
Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.
Wahyu 13 berbicara tentang dua binatang yang keluar dari laut dan bumi. Binatang pertama dikenal sebagai antikristus yang akan muncul sebagai pemimpin untuk melawan Allah di akhir jaman. Binatang kedua akan muncul untuk mengadakan tanda-tanda mujizat sehingga seluruh bumi menyembah binatang pertama. Kutipan ayat di atas merupakan ayat terakhirnya, berbicara tentang identitas binatang tersebut, bilangan 666.
Jadi, 666 merupakan konsep yang diambil dari kitab Wahyu. Masalahnya memang dalam kebanyakan manuskrip tertulis 666, tetapi sekarang ada keraguan tentang angka aslinya. Penyelidikan modern menunjukkan manuskrip awal yang diketahui tentang kitab Wahyu menggunakan angka 616, sedangkan salah satu manuskrip abad ke sebelas menunjukkan menggunakan angka 665. Akhirnya sampai sekarang angka-angka ini masih menjadi bahan perdebatan antar gereja dan antar teolog.
Akhir-akhir ini beberapa orang berteriak-teriak di internet tentang antikristus, seolah-olah bisa melakukan sesuatu untuk mencegah kedatangannya, layaknya seorang ayah yang berusaha membunuh Damien dalam film "The Omen: 666".
****
Kesimpulan
Mempelajari kitab Wahyu sebagai literatur untuk memahami peristiwa-peristiwa masa depan mempunyai efek untuk kita berhati-hati dalam memahami kitab yang tidak mudah ini. Banyak orang Kristen terjebak untuk memahami peristiwa-peristiwa masa kini sebagai penggenapan dari nubuatan kitab Wahyu. Pengertian nubuat (prophecy) itu sendiri juga harus dibereskan di mana nubuat yang merujuk kepada peristiwa-peristiwa masa depan sebetulnya hanya 2 % dari seluruh kitab PL dan PB (termasuk dalam kitab Wahyu). Nubuat lebih berbicara pada penyampaian firman Tuhan dari nabi kepada pergumulan umat/jemaat pada kontekstual permasalahan masa itu.     
Salah satu pergumulan ketujuh jemaat di Asia Kecil (Wahyu 2) adalah tatkala mengalami masa-masa penderitaan sebagai gereja yang teraniaya yang membuat kitab ini ditulis untuk menunjukkan cara pandang baru dari memaknai penderitaan itu sendiri. Oleh sebab itu kitab Wahyu ditulis dengan berbagai perlambangan dalam kontekstual pergumulan masa itu yang dimengerti oleh kaum insiders (orang dalam) yang dimaksudkan oleh Yohanes ketika surat ini ditulis.
Menjadi ‘bahaya besar’ ketika orang Kristen masa kini menghadapi dan menganalisa fenomena-fenomena bencana alam, temuan teknologi mutakhir, jatuhnya para pemimpin garis keras sebagai kemenangan negara yang berdemokrasi,  semangat orang Israel untuk mendirikan bait suci ke III di Yerusalem, dll sebagai tanda-tanda akhir zaman seperti yang dimaksudkan kitab Wahyu. Mungkin ya, tetapi besar kemungkinan juga tidak,  ketika kita memahami untuk siapa sebetulnya kitab ini ditulis pada awalnya dan bagaimana pemaknaan yang tepat untuk konteks pergumulan orang Kristen pada saat itu dan masa sekarang adalah dua hal yang seharusnya berbeda.
Sebagai penutup sebaiknya kita menyimak pernyataan Lawrence O. Richard dalam bukunya "Expository Dictionary of Bible Words", Zondervan Publishing House: Grand Rapids, Michigan 1985 sebagai berikut :
Kita bisa membiarkan Allah membereskan masalah akhir jaman dengan antikristus di masa yang akan datang. Bagian kita sekarang adalah melawan antikristus-antikristus yang sekarang sudah ada di antara kita dengan tetap setia pada Yesus, anak Allah, Juruselamat kita.
Marilah kita menjadi orang Kristen zaman akhir yang bijaksana menyikapi peristiwa-peristiwa akhir zaman, sehingga tidak terjebak menjadi orang Kristen yang “maniak” terhadap peristiwa-peristiwa akhir zaman (Eschatomania) dan  berspekulasi dengan “tanda tanda” yang terlalu mengaitkannya. Tetapi pada sisi lain Alkitab juga memperingatkan kita untuk berjaga-jagalah.
Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.(Mat 24 : 36)
Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. (Mat 24:42).


Amin

Tuhan memberkati.