Minggu, 30 Desember 2012


Serahkan kekuatiranmu (1Ptr.5:6-7)

5:6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.

5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu 


PENDAHULUAN

Menutup tahun 2012 dan menatap tahun 2013, pastilah ada satu kata yang terselip dalam pemikiran kita. Kata yang begitu umum dan ditulis begitu sering dalam Alkitab, yaitu kata 'kuatir'. 

Kata ‘kuatir’ dari bahasa Yunani : merimnao yang artinya “hancur berkeping-keping”. Dengan kata lain, segala yang indah sekalipun bisa “hancur berkeping-keping” kalau ada kekhawatiran berlebih didalam hidup kita. Arti lain kekhawatiran dalam bahasa Yunani diatas adalah: ”mencengkram erat-erat”, ibarat kita sedang memegang selang yang sedang mengalirkan air, tiba-tiba karena khawatir, tangan kita secara otomatis mencengkram erat-erat selang tersebut,sehingga mengakibatkan airnya berhenti mengalir 

Ada banyak alasan mengapa orang kuatir. Pada Intinya, kita terbatas dalam banyak hal. Kita tidak tahu dan tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi di depan. Kalau pun kita tahu, kita tidak berkuasa mengubah sesuai dengan apa yang kita mau. Pengetahuan dan kemampuan kita terbatas, karena itulah kekuatiran sering kali menghantui kita. 

PEMBAHASAN
Dalam teks ini Petrus menasihatkan pembacanya untuk merendahkan diri di bawah tangan TUHAN yang kuat (5:6). Hal ini secara manusiawi jelas semakin menambah kekuatiran kita. Ketika kita tidak mengandalkan kekuatan kita (merendahkan hati) kita secara natural semakin tidak memiliki kekuatan apapun. Kalau memiliki kekuatan saja masih sering kuatir, bagaimana jika kita harus menyadari kelemahan kita? Ayat selanjutnya mengajarkan agar kita menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan (5:7). Ayat ini mengajarkan bahwa kita tidak boleh memegang satu kekuatiran pun. Kekuatiran harus diserahkan secara total dan menyeluruh. 

Point ini ditunjukkan melalui tiga hal dalam 
Ay 7: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu”.

1) “Serahkanlah segala kekuatiranmu”. 
 a) ‘Serahkanlah’.
Ini sebetulnya bukan kata perintah.
Vincent: “‘Casting’. EPIRIPSANTES. The aorist participle denoting an act once for all; throwing the whole life with its care on him” (= ‘Menyerahkan’. EPIRIPSANTES. Participle bentuk aorist / lampau menunjukkan suatu tindakan untuk selamanya; melemparkan seluruh kehidupan dengan kekuatirannya kepadaNya).
  b) Perhatikan kata ‘segala’ di sini.
Matthew Henry mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa kekuatiran orang Kristen itu banyak / bermacam-macam.

2)  “kepadaNya”.
Matthew Henry mengatakan bahwa obat yang terbaik terhadap kekuatiran yang melewati batas adalah menyerahkan kekuatiran kita kepada Allah, dan menyerahkan setiap peristiwa kepada penentuan yang bijaksana dan penuh kasih karunia. Suatu kepercayaan yang teguh tentang kebenaran / kelurusan dari kehendak dan rencana ilahi menenangkan roh manusia. Kita berhenti, dan berkata: ‘Jadilah kehendak Tuhan’, Kis 21:14).
Ilustrasi :
Emilie, istri seorang pendeta Jerman bernama Christoph Blumhardt yang hidup pada abad ke-19, heran melihat ketekunan suaminya dalam mendoakan jemaat. Suaminya bahkan tidak pernah tertidur saat mendoakan mereka. Suatu malam Emilie bertanya, "Apa rahasiamu sehingga dapat berdoa seperti itu?"
Suaminya menjawab, "Apakah Allah yang kita sembah begitu lemah, sehingga dengan mengkhawatirkan jemaat aku dapat mendukung kesejahteraan mereka?" Kemudian ia menambahkan, "Tidak! Setiap hari kita harus menanggalkan semua beban dan menyerahkannya kepada Allah."

3) “sebab Ia yang memelihara kamu”.
Matthew Henry juga melanjutkan tulisannya “Ia akan menghindarkan / mencegah apa yang kamu takuti, atau menopangmu di bawahnya”.
Merupakan satu dari sifat Allah yang benar, bahwa Ia bisa dan akan memperhatikan kebutuhan dari orang yang hina maupun orang yang kuat; dan salah satu penghiburan terkaya pada waktu kita menderita dan dihina oleh dunia, adalah pemikiran bahwa kita tidak dilupakan oleh Bapa surgawi kita. Ia yang mengingat burung pipit yang jatuh, dan yang mendengarkan burung gagak muda pada waktu mereka berteriak, tidak akan tidak mempedulikan kita. ‘Tetapi TUHAN memperhatikan aku’ merupakan penghiburan dari Daud pada waktu ia merasa ‘sengsara dan miskin’, (Maz 40:18). ‘Pada waktu ayahku dan ibuku meninggalkan aku, maka Tuhan akan mengambil / menerima aku’, (Maz 27:10). Bdk. Yes 49:15. Ingatlah, anak Allah yang malang, dihina, dan menderita, bahwa engkau tidak pernah akan dilupakan. Teman-teman di dunia, orang-orang yang besar, orang-orang yang remeh, orang-orang yang mulia, orang-orang kaya, bisa melupakan kamu, tetapi Allah tidak akan pernah. Kamu bisa menjadi miskin, dan mereka bisa melewati engkau; engkau bisa kehilangan jabatanmu, dan para penjilat tidak lagi memenuhi jalanmu; kecantikanmu bisa pudar, dan para pengagummu bisa meninggalkanmu; engkau bisa menjadi tua, dan menjadi lemah, dan kelihatannya tidak berguna dalam dunia ini, dan kelihatannya tidak seorangpun mempedulikanmu; tetapi tidak demikian dengan Allah yang kamu layani / sembah. Kalau Ia mengasihi, Ia selalu mengasihi; jika Ia baik kepadamu pada waktu kamu kaya, Ia tidak akan melupakanmu pada waktu kamu miskin; Ia yang menjagamu dengan kepedulian orang tua pada waktu kamu remaja, tidak akan membuangmu pada waktu kamu tua dan beruban (Maz 71:18). Jika kita adalah sebagaimana kita seharusnya, kita tidak akan pernah tanpa teman selama di sana ada Allah.

KESIMPULAN
Kekuatiran harus dilemparkan di atas Dia (upon Him), bukan di pundak kita. Allah paling berhak untuk menanggung kekuatiran kita. Ia memiliki tangan yang kuat (5:6). Ia memelihara kita (5:7). Tiga hal ini seharusnya cukup bagi kita untuk mengalahkan kekuatiran. Jangan pandang apa yang kita miliki atau apa yang kita bisa. Kita harus memandang pada Allah yang tangan kuat-Nya ada atas kita dan yang selalu memelihara kita tanpa henti.
Bagaimana dengan saudara ? Apakah saudara mau merendahkan diri dengan cara mengakui keterbatasan saudara dan menyerahkan semuanya kepada Allah? Ataukah saudara seperti penjual sayuran yang tetap menggendong barang dagangannya yang berat sekalipun ia sudah diberi tumpangan di sebuah mobil pick up? Mari belajar lebih rileks dan menikmati hidup dengan cara berserah. 

If we are not our own, but the Lord's, it is clear to what purpose all our deeds must be directed. 
We are not our own, therefore neither our reason nor our will should guide us in our thoughts and actions. 
We are not our own, therefore we should not seek what is only expedient to the flesh. 
We are not our own, therefore let us forget ourselves and our own interests as far as possible.
We are God's own; to Him, therefore, let us live and die. 
We are God's own; therefore let His wisdom and will dominate all our actions. 
We are God's own; therefore let every part of our existence be directed towards Him as our only legitimate goal.(John Calvin)

Cara untuk melepaskan kekhawatiran adalah dengan memusatkan pikiran kita pada kebaikan dan pemeliharaan Allah yang penuh kasih, bukan pada masalah yang menggelisahkan kita. Lalu kita pun dapat berkata sama seperti pemazmur, "Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku" (Mazmur 94:19

Amien.

Selamat meninggalkan tahun 2012 dan memasuki tahun 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar