Serahkan kekuatiranmu (1Ptr.5:6-7)
5:6 Karena itu
rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu
ditinggikan-Nya pada waktunya.
5:7 Serahkanlah
segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu
PENDAHULUAN
Menutup tahun 2012 dan menatap tahun
2013, pastilah ada satu kata yang terselip dalam pemikiran kita. Kata yang begitu
umum dan ditulis begitu sering dalam Alkitab, yaitu kata 'kuatir'.
Kata ‘kuatir’ dari bahasa Yunani : merimnao yang artinya “hancur berkeping-keping”. Dengan kata lain, segala yang indah sekalipun bisa “hancur berkeping-keping” kalau ada kekhawatiran berlebih didalam hidup kita. Arti lain kekhawatiran dalam bahasa Yunani diatas adalah: ”mencengkram erat-erat”, ibarat kita sedang memegang selang yang sedang mengalirkan air, tiba-tiba karena khawatir, tangan kita secara otomatis mencengkram erat-erat selang tersebut,sehingga mengakibatkan airnya berhenti mengalir
Ada banyak alasan mengapa orang
kuatir. Pada Intinya, kita terbatas dalam banyak hal. Kita tidak tahu dan tidak bisa
memastikan apa yang akan terjadi di depan. Kalau pun kita tahu, kita tidak
berkuasa mengubah sesuai dengan apa yang kita mau. Pengetahuan dan kemampuan
kita terbatas, karena itulah kekuatiran sering kali menghantui kita.
PEMBAHASAN
Dalam teks ini Petrus menasihatkan
pembacanya untuk merendahkan diri di bawah tangan TUHAN yang kuat (5:6). Hal
ini secara manusiawi jelas semakin menambah kekuatiran kita. Ketika kita tidak
mengandalkan kekuatan kita (merendahkan hati) kita secara natural semakin tidak
memiliki kekuatan apapun. Kalau memiliki kekuatan saja masih sering kuatir,
bagaimana jika kita harus menyadari kelemahan kita? Ayat selanjutnya
mengajarkan agar kita menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan (5:7). Ayat ini
mengajarkan bahwa kita tidak boleh memegang satu kekuatiran pun. Kekuatiran
harus diserahkan secara total dan menyeluruh.
Point ini ditunjukkan melalui tiga
hal dalam
Ay 7: “Serahkanlah segala kekuatiranmu
kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu”.
1) “Serahkanlah segala kekuatiranmu”.
a) ‘Serahkanlah’.
Ini
sebetulnya bukan kata perintah.
Vincent: “‘Casting’. EPIRIPSANTES.
The aorist participle denoting an act once for all; throwing the whole life
with its care on him” (=
‘Menyerahkan’. EPIRIPSANTES. Participle bentuk aorist / lampau menunjukkan
suatu tindakan untuk selamanya; melemparkan seluruh kehidupan dengan
kekuatirannya kepadaNya).
b) Perhatikan kata ‘segala’ di sini.
Matthew
Henry mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa kekuatiran orang Kristen itu banyak
/ bermacam-macam.
2) “kepadaNya”.
Matthew
Henry mengatakan bahwa obat yang terbaik terhadap
kekuatiran yang melewati batas adalah menyerahkan kekuatiran kita kepada Allah,
dan menyerahkan setiap peristiwa kepada penentuan yang bijaksana dan penuh
kasih karunia. Suatu kepercayaan yang teguh tentang kebenaran / kelurusan dari
kehendak dan rencana ilahi menenangkan roh manusia. Kita berhenti, dan berkata:
‘Jadilah kehendak Tuhan’, Kis 21:14).
Ilustrasi :
Emilie, istri seorang pendeta Jerman
bernama Christoph Blumhardt yang hidup pada abad ke-19, heran melihat ketekunan
suaminya dalam mendoakan jemaat. Suaminya bahkan tidak pernah tertidur saat
mendoakan mereka. Suatu malam Emilie bertanya, "Apa rahasiamu sehingga
dapat berdoa seperti itu?"
Suaminya menjawab, "Apakah Allah
yang kita sembah begitu lemah, sehingga dengan mengkhawatirkan jemaat aku dapat
mendukung kesejahteraan mereka?" Kemudian ia menambahkan, "Tidak!
Setiap hari kita harus menanggalkan semua beban dan menyerahkannya kepada
Allah."
3) “sebab Ia yang memelihara kamu”.
Matthew
Henry juga melanjutkan tulisannya “Ia akan
menghindarkan / mencegah apa yang kamu takuti, atau menopangmu di bawahnya”.
Merupakan
satu dari sifat Allah yang benar, bahwa Ia bisa dan akan memperhatikan
kebutuhan dari orang yang hina maupun orang yang kuat; dan salah satu
penghiburan terkaya pada waktu kita menderita dan dihina oleh dunia, adalah
pemikiran bahwa kita tidak dilupakan oleh Bapa surgawi kita. Ia yang mengingat
burung pipit yang jatuh, dan yang mendengarkan burung gagak muda pada waktu
mereka berteriak, tidak akan tidak mempedulikan kita. ‘Tetapi TUHAN
memperhatikan aku’ merupakan penghiburan dari Daud pada waktu ia merasa
‘sengsara dan miskin’, (Maz 40:18). ‘Pada waktu ayahku dan ibuku meninggalkan
aku, maka Tuhan akan mengambil / menerima aku’, (Maz 27:10). Bdk. Yes 49:15.
Ingatlah, anak Allah yang malang, dihina, dan menderita, bahwa engkau tidak
pernah akan dilupakan. Teman-teman di dunia, orang-orang yang besar,
orang-orang yang remeh, orang-orang yang mulia, orang-orang kaya, bisa
melupakan kamu, tetapi Allah tidak akan pernah. Kamu bisa menjadi miskin, dan
mereka bisa melewati engkau; engkau bisa kehilangan jabatanmu, dan para
penjilat tidak lagi memenuhi jalanmu; kecantikanmu bisa pudar, dan para
pengagummu bisa meninggalkanmu; engkau bisa menjadi tua, dan menjadi lemah, dan
kelihatannya tidak berguna dalam dunia ini, dan kelihatannya tidak seorangpun
mempedulikanmu; tetapi tidak demikian dengan Allah yang kamu layani / sembah.
Kalau Ia mengasihi, Ia selalu mengasihi; jika Ia baik kepadamu pada waktu kamu
kaya, Ia tidak akan melupakanmu pada waktu kamu miskin; Ia yang menjagamu
dengan kepedulian orang tua pada waktu kamu remaja, tidak akan membuangmu pada
waktu kamu tua dan beruban (Maz 71:18). Jika kita adalah sebagaimana kita
seharusnya, kita tidak akan pernah tanpa teman selama di sana ada Allah.
KESIMPULAN
Kekuatiran harus dilemparkan di atas
Dia (upon Him), bukan di pundak kita. Allah paling berhak untuk menanggung
kekuatiran kita. Ia memiliki tangan yang kuat (5:6). Ia memelihara kita (5:7).
Tiga hal ini seharusnya cukup bagi kita untuk mengalahkan kekuatiran. Jangan
pandang apa yang kita miliki atau apa yang kita bisa. Kita harus memandang pada
Allah yang tangan kuat-Nya ada atas kita dan yang selalu memelihara kita tanpa
henti.
Bagaimana dengan saudara ? Apakah
saudara mau merendahkan diri dengan cara mengakui keterbatasan saudara dan
menyerahkan semuanya kepada Allah? Ataukah saudara seperti penjual sayuran yang
tetap menggendong barang dagangannya yang berat sekalipun ia sudah diberi
tumpangan di sebuah mobil pick up? Mari belajar lebih rileks dan menikmati
hidup dengan cara berserah.
If we are not our own, but the Lord's, it is clear to what purpose all our deeds must be directed.
We are not our own, therefore neither our reason nor our will should guide us in our thoughts and actions.
We are not our own, therefore we should not seek what is only expedient to the flesh.
We are not our own, therefore let us forget ourselves and our own interests as far as possible.
We are God's own; to Him, therefore, let us live and die.
We are God's own; therefore let His wisdom and will dominate all our actions.
We are God's own; therefore let every part of our existence be directed towards Him as our only legitimate goal.(John Calvin)
Cara untuk melepaskan kekhawatiran adalah dengan memusatkan
pikiran kita pada kebaikan dan pemeliharaan Allah yang penuh kasih, bukan pada
masalah yang menggelisahkan kita. Lalu kita pun dapat berkata sama seperti
pemazmur, "Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu
menyenangkan jiwaku" (Mazmur 94:19)
Amien.
Selamat meninggalkan tahun 2012 dan memasuki tahun 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar