Kamis, 31 Januari 2019

APAKAH ORANG KRISTEN BOLEH MAKAN MAKANAN YANG DIPERSEMBAHKAN KEPADA BERHALA ??

Kalau ada makanan yang sudah dipersembahkan pada berhala di suguhkan pada kita, sebagai Orang Kristen...boleh nggak kita memakannya ?

Makan Persembahan Berhala boleh-boleh saja, karena:
Matius 15:11 "...bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."
--
namun tetap harus berhikmat, kalo pas ada orang2 yg lemah imannya & suka meributkan hal2 sepele seperti itu , ya lebih baik gak usah makan di-depan dia, supaya gak jadi batu sandungan, hehehe. Karena :

1Kor 8:8 "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan."
1Kor 8:9 Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.
--
Demikian juga kalo pas ada Imlek & anda diundang makan oleh tuan rumah yg keluarganya belum percaya Yesus, lalu mereka menyajikan makanan2 dari persembahan berhala, maka kita tidak perlu menolak sehingga membuat mereka malah sakit hati pada kita. So, makan aja, Nggak apa-apa kok. Firman Tuhan berkata :

1 Korintus 10:27 Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.
--
Tapi kalo lagi asyik makan makannan itu, tiba-tiba ada orang Kristen yang tidak setuju, lalu ngomel-ngomel & ngoceh gak karuan "Kamu gila ya ..., Jangan dimakan dunk, itu kan makanan persembahan berhala"... yach tersenyumlah, lalu cukup makan nasi putih aja, bilang aja ama tuan rumah kalo anda lagi mau diet atau lagi puasa mutih cuma makan nasi putih karena sedang cari wangsit....... (Lalu biarkan aja dia yang ribut sama tuan rumah & berkelahi di-taman depan. wkwkwkwk)

1 Kor 10:28 Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani.
--
Tapi kalo emang lagi anda lagi laper banget, dan yang ada cuman makanan persembahan berhala itu yg terdiri dari berbagai menu (Ada salad 7 rasa, ayam pengemis, ikan salmon jamur es, cumi goreng mentega dengan caviar, udang mabuk saus rum, steak lulur dalam, dsb huaaa...enyak, enyak, enyak...), tapi kamu masih aja sungkan-sungkan, maka silahkan menahan diri & telpon saya aja. Nanti saya pasti datang mewakilimu.

1 Kor 10:29 Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberata hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: "Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain?
--

Tapi kalau nggak mau diwakili, karena seumur-umur baru ketemu makanan senikmat itu, ya udah nikmati saja dengan ucapan syukur.

1Korintus 10:30 Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap syukur?"
--
Daripada anda kelaparan, lalu nyesel 7 keturunan dan mengeluh kenapa harus ada dia, dan ini malah nggak memuliakan Tuhan...ya udah, sikat aja bleeh......

1Korintus 10:31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
--
Jadi, kalo ada kasus kayak gitu, mending kita tetap makan persembahan berhala itu bersama tuan rumahnya. Soalnya, orang kristen yang protes itu, meskipun saya melanggar protesnya dia, toh dia akan tetap percaya Yesus. Sedangkan tuan rumah yg ngundang saya itu kan belom percaya Yesus, maka saya akan lebih memilih untuk makan makanan berhala itu bareng dengan dia, supaya saya punya kesempatan memberitakan injil keselamatan kepadanya.

1Korintus 10:32 Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.
1Korintus 10:33 Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.
--
Jadi kesimpulannya,
1 Korintus 10:23 "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.

1 Korintus 10:24 Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.

1 Korintus 10:25 Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.

1 Korintus 10:26 Karena: "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan."

Jadi, kalo mau tanya, makanan mana yang halal & yang haram ? Bukan berhala yang menentukan, karena berhala tuh nggak bisa makan. Pegang sendok, garpu atau sumpit saja nggak bisa...trus, mana yang halal dan mana yang haram ?

Ah..gitu aja kok repot. Pokoknya : "Makanan yg Enak itu Halal. Makanan yang nggak enak itu Haram"

wahahahahahaha

 Nyaam..Nyam..Nyaam.

TAFSIRAN FILIPI 4: 13Filipi 4:13, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Penafsiran Kontekstual
· Konteks dekat
Hal yang perlu diperhatikan dari nats yang ditafsirkan adalah kata “segala perkara”. Konteks dekatnya meliputi konteks sebelum dan sesudah dari nats yang ditafsirkan. 
Dalam Filipi 4:6, mengatakan supaya jangan kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Berdasarkan ayat ini, hal kekuatiran adalah bagian dari ungkapan ‘segala perkara’ yang dimaksudkan Paulus. Selain itu juga dalam Flp. 4:11, “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.” Dari ayat ini hal mengenai kekurangan juga dapat menjadi bagian dari ungkapan ‘segala perkara.’ Filipi 4:12 juga berkata, “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.” Dari ayat ini hal-hal mengenai apa itu kekurangan dan kelimpahan, juga mengenai hal makanan merupakan bagian dari ungkapan ‘segala perkara.’ Selain itu juga ada dalam Filipi 4 ayat (14), “...bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku,” dan juga dalam ayat (19), “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus.” Adapun bagian dari ungkapan ‘segala perkara’ dalam ayat ini adalah hal mengenai kesusahan dan juga segala keperluanmu.
· Konteks jauh
Dari konteks jauhnya, ungkapan ‘segala perkara’ dapat juga merupakan hal untuk seia sekata supaya tidak terjadi perpecahan, melainkan supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus (2:1-11). Selain itu juga perkara untuk tetap kerjakan keselamatan, seperti dalam Filipi 2:12-18.

Kesimpulan: Jadi ‘segala perkara’ yang dimaksud adalah hal-hal mengenai kekuatiran, kekurangan, kelimpahan, akan makanan, juga perkara untuk bersatu supaya tidak terjadi perpecahan dan perkara dalam mengerjakan keselamatan.

Penafsiran Literal
· Arti dari kamus
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Ø Segala : semua; sekalian (tidak ada kecualinya)
seluruh; segenap
Ø Perkara : masalah; persoalan; urusan
Ø Tanggung : menyangga; memikul
Ø Memberi : menyerahkan (membagikan, menyampaikan); menyediakan; mengizinkan; menjadikan
· Alkitab terjemahan lainnya
Ø Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS)
Filipi 3:14, “Dengan kuasa yang diberikan Kristus kepada saya, saya mempunyai kekuatan untuk menghadapi segala rupa keadaan.”
Ø Alkitab Terjemahan Lama (TL)
Filipi 4:13, “Segala sesuatu aku cakap menanggung di dalam Dia yang menguatkan aku.”
Ø New International Version (NIV)
Philippians 4:13, “I can do everything through him who gives me strength.”

Kesimpulan:
Dari terjemahan-terjemahan lainnya, arti kata ‘segala perkara’ memiliki beberapa pengertian, di antaranya: segala rupa keadaan; segala sesuatu; everything. Maksud dari beberapa pengertian ‘segala perkara’ dapat dilihat dari konteks sebelumnya.

Penafsiran Gramatikal
Secara gramatikal, kata-kata dalam nats yang ditafsirkan memiliki fungsinya sendiri. Aku sebagai subjek (pelaku); tanggung/menanggung sebagai predikat atau kata kerjanya; segala perkara adalah objeknya; di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku sebagai keterangannya. Jadi pengertiannya adalah bahwa aku dapat menanggung segala perkara di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Hal-hal apa saja yang dimaksud dalam ‘segala perkara’ ini dapat dilihat kaitan atau hubungannya dari konteks nats ini.

Kesimpulan
Jadi kata ‘segala perkara’ memiliki kedudukan sebagai objek dari suatu tindakan, di mana aku (subjeknya) akan menanggung segala perkara ini di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Penafsiran Historis
Dari penjara (Flp. 1:7, 13-14), Paulus menuliskan surat Filipi ini kepada orang-orang percaya di Filipi untuk mengucapkan terima kasih atas pemberian mereka kepadanya. Paulus juga menuliskan kalimat: bersukacitalah di dalam Tuhan (Flp. 4:4). Meskipun ia sendiri di dalam penjara, Paulus tetap menyampaikan pengajaran dalam suratnya supaya jemaat selalu bersukacita di dalam Tuhan, sebab dalam segala hal dan segala perkara tidak ada yang merupakan rahasia (Flp. 4:12). 
Selain itu juga Paulus mendengar berita mengenai jemaat Filipi dari rekan sekerjanya, yaitu tentang perpecahan di tengah-tengah anggota jemaat (Flp. 2:1-11). Dengan lembut Paulus menegur mereka karena hal ini, dan meminta mereka supaya seia sekata di dalam Tuhan.

Penafsiran berdasarkan tujuan penulis
Surat Filipi ini dikirimkan oleh Paulus, seorang hamba Tuhan, kepada orang-orang kudus yang ada di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken (Flp. 1:1). Tujuan Paulus dalam suratnya ini adalah ingin menyampaikan ucapan syukurnya kepada Allah karena persekutuan jemaat dalam Berita Injil dan atas pekerjaan baik yang dilakukan (1:5-6). Selain itu juga Paulus memberikan kesaksian dirinya di dalam penjara, dimana ia mengatakan meskipun keadaannya di dalam penjara, namun ia tetap bersukacita (1:18). Tujuan Paulus lainnya adalah menasihatkan jemaat supaya seia sekata untuk bersatu dengan merendahkan diri seperti Kristus. Hal ini perlu disampaikan Paulu sebab ia mendengar bahwa ada perpecahan di dalam jemaat. Tujuan Paulus lainnya dalam menuliskan surat ini adalah untuk mengucapkan terima kasih kepada jemaat atas pemberiannya dan juga memperhatikannya (4:10-20).

Penafsiran Teologis
· Dalam kitab yang sama
Flp. 3:19, “…aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.”
Flp. 4:12, “…Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku…”

Dalam Perjanjian Baru
Mat. 25:21, “…Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.”
Kolose 3:1, “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”
Luk. 16:10, “"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Roma 12:16, “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana...”

KESIMPULAN 
Dari Filipi 4:13, yang perlu ditafsirkan adalah ungkapan (kata) ‘segala perkara’. Hal ini telah dijawab juga secara kontekstual, dimana ‘segala perkara’ yang dimaksud ini adalah hal-hal mengenai kekuatiran, kekurangan, kelimpahan, akan makanan, juga perkara untuk bersatu supaya tidak terjadi perpecahan dan perkara dalam mengerjakan keselamatan. Dan Paulus mengatakan supaya segala perkara ini ditanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan.

Selasa, 29 Januari 2019


Hasil diskusi dengan teman HT tentang AHOK yang menikah lagi dengan Puput, 15 Feb 2019:
1.      Kontroversi mengenai apakah perceraian dan pernikahan kembali diizinkan oleh Alkitab mengacu pada kata-kata Yesus dalam Matius 5:32 dan 19:9. Frasa “kecuali karena zinah,” adalah satu-satunya alasan dalam Alkitab di mana Allah memberikan izin untuk perceraian dan pernikahan kembali.

Tetapi secara konteks dan memperhatikan ayat-ayat lain dalam kesatuan Alkitab seperti Maleakhi 2:16a: “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel.” , sebetulnya Tuhan Yesus tidak mengijinkan perceraian dengan alasan apapun.

2.      Peristiwa yang melatarbelakangi adalah ketika Tuhan Yesus lagi-lagi diperhadapkan dengan ketentuan hukum Musa…yg sebetulnya Musa juga tidak mengijinkan perceraian, tetapi karena ketegaran hati (baca : kedegilan hati) orang Israel, sehingga Musa ‘terpaksa’ mengijinkan.  Tuhan Yesus dengan tepat sebetulnya ingin menyampaikan bahwa Ia sendiripun tidak menyetujui perceraian. Jadi walaupun dalam Mat 19:9-10, khususnya di ayat 9 ada pernyataan Yesus yang seolah-olah mengijinkan perceraian.  "Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.", sebetulnya penafsiran secara konteks tidaklah demikian.

Lalu di ayat 10 dikatakan :  "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.". Artinya kalau begitu berat konsekuensi untuk ‘diijinkan’ bercerai, karena pasangan suami istri itu akan sama-sama berzinah bila menikah lagi, sehingga kalau demikian sulitnya, maka para murid berujar lebih baik tidak menikah.

3.      Jadi menurut saya kalimat Tuhan Yesus ini bukanlah mengijinkan perceraian, tetapi lebih kepada memberi solusi atas keputusan yang telah diberikan Musa terdahulu, yakni mengijinkan perceraian. Yesus ingin menyampaikan bahwa kalau pasutri bercerai yang sebenarnya tidak dijinkan Allah, maka mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan alasan yang dipakai untuk bercerai. Kalau cerai alasannya zinah, maka pihak yang merasa tidak berzinah, tapi kemudian kawin lagi akan tetap dimata Allah berzinah. Perempuan yang berbuat zinah tidak otomatis bisa diceraikan. Dosa perempuan tersebut adalah dosanya kepada Allah. Sedangkan suami kalaupun menceraikan dan kemudian kawin lagi, malah bisa dianggap zinah juga. Intinya tidak dibolehkan ada perceraian dengan alasan apapun.

4.      Menurut Alkitab, kehendak Allah terhadap pernikahan sebagai komitmen seumur hidup. “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Matius 19:6).