KEPADA ALLAH YANG TIDAK DIKENAL
Kisah Rasul 17:16-34
23 Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan
melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan
tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa
mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. (Kis. Rasul 17:23 ITB)
Pendahuluan
Manusia
yang berdosa tidak dapat mengenal Allah yang suci, bila Allah tidak terlebih
dahulu menyatakan diri-Nya kepada manusia. Sejak kejatuhan manusia pertama di
taman Eden, maka Allah yang berinisiatif mencari manusia, bukan manusia yang
mencari Allah.
Bila
manusia berusaha mencari Allah, maka ia tidak dapat menemukannya dengan benar.
Hal ini terbukti ketika rasul Paulus dalam perjalanan misi penginjilannya ke kota
Atena, dia menemukan bahwa manusia pintar (para filsuf) yang ada di kota itu
berusaha memuja Allah lewat patung-patung yang begitu banyak yang mereka
dirikan (Kis 17:16). Karena mereka sudah tidak tahu lagi jenis Allah mana lagi
yang harus disembah, maka mereka mendirikan patung : Kepada Allah yang tidak
dikenal. Nah, Allah yang tidak dikenal itulah yang sesungguhnya adalah Allah
yang diberitakan oleh rasul Paulus.
Pembahasan
Rasul
Paulus melanjutkan perjalanannya untuk memberikatakan Injil sejak dari kota
Yerusalem, lalu ke Makedonia (lewat panggilan Tuhan: panggilan ke Makedonia)
khususnya ke kota Filipi, lalu melanjutkan lagi ke Tesalonika, Berea dan
sekarang tiba ke kota Atena (baca Kis Rasul 16 – 17:15).
Paulus
jelas sekali dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi pemberita Injil, khususnya
kepada orang-orang non Yahudi. Dan hal ini menggenapi Amanat Agung Kristus (Mat
28:19-20) agar Injil disebarluaskan mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria hingga
ke ujung bumi. Hal ini membuktikan bahwa berita Injil Keselamatan untuk semua bangsa hingga ke ujung bumi. Pada
konteks masa itu kota Roma adalah ‘ujung bumi’, sehingga nantinya rasul Paulus
sampai ke Roma dan bahkan mati dipancung karena Injil di kota Roma tersebut.
Kita
perhatikan bahwa perjalanan misi rasul Paulus dalam menggenapi panggilan Tuhan
tidak diisi dengan hasil yang memuaskan dari sudut pandang manusia. Terlalu
banyak kesulitan, tantangan dan tentangan. Hanya sedikit orang yang percaya
karena pemberitaan Injil itu. Di Filipi rasul Paulus hanya berhasil membawa
Lidia seorang pengusaha wanita penjual kain ungu dan di samping itu bertemu
dengan perempuan lain yang adalah seorang petenung yang ditengking dari roh
jahat yang merasuki diri perempuan itu. Setelah itu rasul Paulus dianiaya dan
diusir dari kota itu, karena provokasi dari orang yang kehilangan
penghasilannya, sejak perempuan petenung itu kehilangan kuasa magisnya.
Atas
nasehat dari para jemaat, maka Paulus pergi ke Tesalonika. Ternyata di kota
Tesalonika inipun tidak banyak orang yang dapat dimenangkan oleh berita Injil
dan malah timbul keributan dari orang-orang Yahudi lain yang menolak
pemberitaan Injil itu. Dan kembali oleh nasehat beberapa jemaat, Paulus pergi
lagi ke Berea dan di sana tampaknya lebih kondusif keadaannya, karena
penerimaan Injil yang lebih baik di kota itu.
Tetapi
hal itu juga tidak berlangsung lama, karena terjadi pengejaran dari orang-orang
Yahudi dari Tesalonika yang tidak suka dengan pemberitaan Injil oleh rasul
Paulus (karena mengakibatkan pengikut mereka berkurang). Oleh karena itu rasul
Paulus pergi ke Atena. Di Atenapun Paulus mendapat pertentangan pemikiran dari
para filsuf golongan Epikuros dan Stoa yang tumbuh subur di kota itu (Kis Rasul
17:18).
Orang
dari golongan Epikuros memiliki filsafat hidup bahwa kebahagiaan hidup ini
sebetulnya sederhana. Nikmati saja hidup di dunia ini. Kalau standar hidup kita
tidak tinggi, misalnya dalam konteks kekinian cukup makan 3X sehari dengan
tempe, itulah kebahagiaan. Kalau kita ingin mendapatkan kepuasan dengan tubuh
jasmani ini, nikmati saja sepuas-puasnya, karena itulah ‘kebahagiaan’ ketika
kita masih hidup di dunia ini. Tidak ada kehidupan lain selain di dunia ini.
Orang
golongan Stoa lain lagi. Mereka lebih menekankan bahwa etikalah penentu
kebahagiaan dalam hidup di dunia ini. Oleh sebab itu ketika rasul Paulus mengajarkan
kebenaran Injil dan adanya kebangkitan hidup bagi orang percaya Kristus, maka
pengajaran baru ini dianggap aneh dan tidak masuk akal dalam pikiran para
filsuf itu (Kis Rasul 17:18, 20, 32).
Oleh
karena itu benarlah nats yang mengatakan bahwa : pemberitaan tentang Injil adalah
kebodohan bagi mereka yang akan binasa (1 Kor 1:18a).
Walaupun
demikian ternyata ada sebagian orang yang percaya Injil yaitu : beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia
dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus,
dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama
dengan mereka. (Kis Rasul 17:34).
Penutup
Dari
kisah ini ada beberapa hal yang dapat kita pelajari :
1. Iman kekristenan
mengajarkan bahwa Allah yang tidak dikenal itulah yang sesungguhnya dicari
manusia. Manusia seringkali berusaha menemukan Allah dalam pemikiran manusia
sendiri yang sudah terdistorsi oleh dosa. Tetapi dalam relung hati manusia yang
paling dalam, sesungguhnya manusia menyadari bahwa ada Allah yang manusia
butuhkan sesungguhnya. Allah yang tidak dikenal itulah, yang menembus pemikiran
manusia yang terbatas yaitu Allah yang mau menjadi manusia dan mati bagi
manusia berdosa. Sudahkah kita memberitakan Allah yang tidak dikenal tetapi
sangat dibutuhkan oleh dunia yang semakin jauh dari Allah ?
2. Seringkali kita
berpikir bahwa menjalani kehendak Tuhan itu pasti mudah dan lancar serta menghasilkan banyak hal secara cepat.
Ternyata yang dialami rasul Paulus tidak demikian. Minimal pada saat dia baru
menjalani panggilan perintisan itu. Tidak otomatis seperti rasul Petrus yang
sekali berkhotbah 3.000 orang bertobat, tetapi rasul Paulus dipakai Tuhan tidak
secara jumlah petobat yang fantastis. Jumlah atau hasil bukan satu-satunya
ukuran keberhasilan panggilan dan pelayanan. Proses dan hasil adalah dua hal
yang berjalan beriringan, oleh sebab itu tidak boleh menggunakan segala cara
untuk hanya mencapai hasil pada satu sisi. Bagaimanapun pasti ada hasil bila kita
mengerjakannya dengan proses yang benar untuk Tuhan. Dan hasil itu tidak diukur
secara instan sekarang menurut pemikiran manusia, tetapi oleh Tuhan sendiri.
Tidak ada ayat di Alkitab yang mengatakan bahwa pelayanan nabi atau rasul A
lebih hebat secara jumlah dan Tuhan lebih berkenan dari pada nabi atau rasul B
yang lebih sedikit hasilnya. Dalam perumpamaan telenta sekalipun Tuhan tidak
mengatakan bahwa orang yang menghasilkan peningkatan jumlah 2 talenta lebih
malas dari pada yang menghasilkan 5 talenta. Oleh karena itu marilah dengan
setia kita mengerjakan panggilan Injil itu sebagai bagian menggenapi kehendak
dan panggilan Tuhan dalam hidup kita masing-masing.
Tuhan
menolong dan memberkati kita.