Minggu, 27 Mei 2018


KEPADA ALLAH YANG TIDAK DIKENAL

Kisah Rasul 17:16-34

23 Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. (Kis. Rasul 17:23 ITB)

Pendahuluan
Manusia yang berdosa tidak dapat mengenal Allah yang suci, bila Allah tidak terlebih dahulu menyatakan diri-Nya kepada manusia. Sejak kejatuhan manusia pertama di taman Eden, maka Allah yang berinisiatif mencari manusia, bukan manusia yang mencari Allah.

Bila manusia berusaha mencari Allah, maka ia tidak dapat menemukannya dengan benar. Hal ini terbukti ketika rasul Paulus dalam perjalanan misi penginjilannya ke kota Atena, dia menemukan bahwa manusia pintar (para filsuf) yang ada di kota itu berusaha memuja Allah lewat patung-patung yang begitu banyak yang mereka dirikan (Kis 17:16). Karena mereka sudah tidak tahu lagi jenis Allah mana lagi yang harus disembah, maka mereka mendirikan patung : Kepada Allah yang tidak dikenal. Nah, Allah yang tidak dikenal itulah yang sesungguhnya adalah Allah yang diberitakan oleh rasul Paulus.


Pembahasan
Rasul Paulus melanjutkan perjalanannya untuk memberikatakan Injil sejak dari kota Yerusalem, lalu ke Makedonia (lewat panggilan Tuhan: panggilan ke Makedonia) khususnya ke kota Filipi, lalu melanjutkan lagi ke Tesalonika, Berea dan sekarang tiba ke kota Atena (baca Kis Rasul 16 – 17:15).

Paulus jelas sekali dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi pemberita Injil, khususnya kepada orang-orang non Yahudi. Dan hal ini menggenapi Amanat Agung Kristus (Mat 28:19-20) agar Injil disebarluaskan mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria hingga ke ujung bumi. Hal ini membuktikan bahwa berita Injil Keselamatan untuk semua bangsa hingga ke ujung bumi. Pada konteks masa itu kota Roma adalah ‘ujung bumi’, sehingga nantinya rasul Paulus sampai ke Roma dan bahkan mati dipancung karena Injil di kota Roma tersebut.

Kita perhatikan bahwa perjalanan misi rasul Paulus dalam menggenapi panggilan Tuhan tidak diisi dengan hasil yang memuaskan dari sudut pandang manusia. Terlalu banyak kesulitan, tantangan dan tentangan. Hanya sedikit orang yang percaya karena pemberitaan Injil itu. Di Filipi rasul Paulus hanya berhasil membawa Lidia seorang pengusaha wanita penjual kain ungu dan di samping itu bertemu dengan perempuan lain yang adalah seorang petenung yang ditengking dari roh jahat yang merasuki diri perempuan itu. Setelah itu rasul Paulus dianiaya dan diusir dari kota itu, karena provokasi dari orang yang kehilangan penghasilannya, sejak perempuan petenung itu kehilangan kuasa magisnya.
Atas nasehat dari para jemaat, maka Paulus pergi ke Tesalonika. Ternyata di kota Tesalonika inipun tidak banyak orang yang dapat dimenangkan oleh berita Injil dan malah timbul keributan dari orang-orang Yahudi lain yang menolak pemberitaan Injil itu. Dan kembali oleh nasehat beberapa jemaat, Paulus pergi lagi ke Berea dan di sana tampaknya lebih kondusif keadaannya, karena penerimaan Injil yang lebih baik di kota itu.

Tetapi hal itu juga tidak berlangsung lama, karena terjadi pengejaran dari orang-orang Yahudi dari Tesalonika yang tidak suka dengan pemberitaan Injil oleh rasul Paulus (karena mengakibatkan pengikut mereka berkurang). Oleh karena itu rasul Paulus pergi ke Atena. Di Atenapun Paulus mendapat pertentangan pemikiran dari para filsuf golongan Epikuros dan Stoa yang tumbuh subur di kota itu (Kis Rasul 17:18).

Orang dari golongan Epikuros memiliki filsafat hidup bahwa kebahagiaan hidup ini sebetulnya sederhana. Nikmati saja hidup di dunia ini. Kalau standar hidup kita tidak tinggi, misalnya dalam konteks kekinian cukup makan 3X sehari dengan tempe, itulah kebahagiaan. Kalau kita ingin mendapatkan kepuasan dengan tubuh jasmani ini, nikmati saja sepuas-puasnya, karena itulah ‘kebahagiaan’ ketika kita masih hidup di dunia ini. Tidak ada kehidupan lain selain di dunia ini.

Orang golongan Stoa lain lagi. Mereka lebih menekankan bahwa etikalah penentu kebahagiaan dalam hidup di dunia ini. Oleh sebab itu ketika rasul Paulus mengajarkan kebenaran Injil dan adanya kebangkitan hidup bagi orang percaya Kristus, maka pengajaran baru ini dianggap aneh dan tidak masuk akal dalam pikiran para filsuf itu (Kis Rasul 17:18, 20, 32).
Oleh karena itu benarlah nats yang mengatakan bahwa : pemberitaan tentang Injil adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa (1 Kor 1:18a).

Walaupun demikian ternyata ada sebagian orang yang percaya Injil yaitu : beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka. (Kis Rasul 17:34).

Penutup
Dari kisah ini ada beberapa hal yang dapat kita pelajari :
1.  Iman kekristenan mengajarkan bahwa Allah yang tidak dikenal itulah yang sesungguhnya dicari manusia. Manusia seringkali berusaha menemukan Allah dalam pemikiran manusia sendiri yang sudah terdistorsi oleh dosa. Tetapi dalam relung hati manusia yang paling dalam, sesungguhnya manusia menyadari bahwa ada Allah yang manusia butuhkan sesungguhnya. Allah yang tidak dikenal itulah, yang menembus pemikiran manusia yang terbatas yaitu Allah yang mau menjadi manusia dan mati bagi manusia berdosa. Sudahkah kita memberitakan Allah yang tidak dikenal tetapi sangat dibutuhkan oleh dunia yang semakin jauh dari Allah ?

2.   Seringkali kita berpikir bahwa menjalani kehendak Tuhan itu pasti mudah dan lancar serta menghasilkan banyak hal secara cepat. Ternyata yang dialami rasul Paulus tidak demikian. Minimal pada saat dia baru menjalani panggilan perintisan itu. Tidak otomatis seperti rasul Petrus yang sekali berkhotbah 3.000 orang bertobat, tetapi rasul Paulus dipakai Tuhan tidak secara jumlah petobat yang fantastis. Jumlah atau hasil bukan satu-satunya ukuran keberhasilan panggilan dan pelayanan. Proses dan hasil adalah dua hal yang berjalan beriringan, oleh sebab itu tidak boleh menggunakan segala cara untuk hanya mencapai hasil pada satu sisi. Bagaimanapun pasti ada hasil bila kita mengerjakannya dengan proses yang benar untuk Tuhan. Dan hasil itu tidak diukur secara instan sekarang menurut pemikiran manusia, tetapi oleh Tuhan sendiri. Tidak ada ayat di Alkitab yang mengatakan bahwa pelayanan nabi atau rasul A lebih hebat secara jumlah dan Tuhan lebih berkenan dari pada nabi atau rasul B yang lebih sedikit hasilnya. Dalam perumpamaan telenta sekalipun Tuhan tidak mengatakan bahwa orang yang menghasilkan peningkatan jumlah 2 talenta lebih malas dari pada yang menghasilkan 5 talenta. Oleh karena itu marilah dengan setia kita mengerjakan panggilan Injil itu sebagai bagian menggenapi kehendak dan panggilan Tuhan dalam hidup kita masing-masing.



Tuhan menolong dan memberkati kita.

  



Senin, 07 Mei 2018

KENAIKKAN TUHAN YESUS KE SURGA (Kisah Para Rasul 1:1-14)



Peristiwa Kenaikkan Tuhan Yesus adalah memang suatu peristiwa nyata yang membedakan dengan sangat tajam Kekristenan dengan agama-agama lain di dunia. Mungkin para tokoh pendiri agama itu merasa diutus oleh Tuhan, tetapi tidak pernah ada yang berani mengaku bahwa ia berasal dari Surga dan kembali ke Surga. Hanya Tuhan Yesus yang secara pasti dan meyakinkan mengatakan bahwa "Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini." (Yoh 8:23).

Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. (Yoh 13:3).


Dibandingkan dengan berita Injil tentang kematian-penguburan-kebangkitan Yesus Kristus yang mendominasi kitab-kitab Injil, kisah kenaikkan Tuhan Yesus ke Surga memang cuma seperti cuplikan kisah kecil. Matius tidak menuliskannya, Markus cuma 1 ayat di Mark 16:19 yang itupun diragukan salinan teks aslinya, Lukas juga cuma 1 ayat dan begitu juga dengan Yohanes.

Mengapa narasi kitab-kitab Injil menempatkan peristiwa historis yang merupakan salah satu pilar penting dari kekristenan  ini dalam porsi yang sedikit ?
  1. Para penulis Injil merasa bahwa kisah ini "tidak terlalu" memberikan kontribusi langsung terhadap pesan utama berita Injil. Isu penting dari peristiwa salib yang sudah selesai itu (tetelestai) adalah bukan kepergian Tuhan Yesus ke Surga, tetapi kedatangan Roh Kudus (Pentakosta) sebagai era baru dimulainya zaman gereja. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. " (Kis Rasul 1:8).
  2. Latar belakang kisah ini adalah ketakutan para murid ketika akan ditinggal oleh Tuhan Yesus setelah bersama-sama secara fisik di bumi selama 3,5 tahun.  Peristiwa Kenaikkan Yesus ke Surga sepertinya tidak menyajikan konklusi kehidupan dan pelayanan Yesus. Sebaliknya seperti menjadi anti klimaks dari terang peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus. Cenderung kepada rasa sedih karena keterpisahan daripada sukacita dan kemenangan dari sisi pandang para murid. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. (1 Yoh 1:3).

Kalau begitu mengapa peristiwa ini tercatat sebagai kalendar gerejawi dan layak kita peringati setiap tahun ?

  1. Peristiwa ini meyakinkan sekali lagi tentang peristiwa kebangkitan fisik Tuhan Yesus. Latar belakang pemikiran orang Yahudi tentang kebangkitan adalah kebangkitan fisik yang sama dengan fisik manusia sekarang (Ayub 19:25-27). Lain lagi dengan orang Yunani yang punya pemikiran bahwa saat manusia mati, maka tubuh jasmani selesai, lalu dimulailah era rohani yang imortalitas selamanya. Kedua pendapat ini dipatahkan dalam kekristenan. Tubuh yang dibangkitkan adalah tubuh kebangkitan seperti yang dimiliki Tuhan Yesus, yang berbeda kualitasnya dengan tubuh manusia sekarang ini. 
  2. Tujuan perintah Yesus supaya tidak meninggalkan Yerusalem
  3. Mengoreksi kesalahan kosep para murid mengenai pemulihan kerajaan Israel pada konteks masa itu.
Tuhan Memberkati.