Rabu, 30 April 2014

Allah Tritunggal (bagian 1 dari 2 tulisan)

ALLAH TRITUNGGAL
(bagian satu)

Perintah untuk berbakti kepada satu-satunya  Allah disampaikan dengan gamblang oleh Alkitab dalam salah satu dari dasa titah Allah di Keluaran 20:3  "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku".  Lebih lanjut Musa mengatakan dalam Ulangan 6:4-5 sebagai berikut :

Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Kita tidak dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan bila Allah yang kita sembah itu tidak esa. Mungkin kita bisa mengasihi 'salah satu' Allah pada suatu saat dan mengasihi Allah yang satu lagi pada saat yang lain, tetapi tidak dapat mengasihi Allah yang lebih dari satu pada saat yang bersamaan. Itulah sebabnya konsep keesaan Allah sangat ditekankan untuk membedakan Allah orang Israel dengan Alalh bangsa-bangsa lain yang bersifat Politheisme (banyak Allah).

Para nabi secara konsisten dan terus menerus selalu mengingatkan kemurtadan orang-orang Israel (Yesaya 43:10-11; 44:6; 45:5) yang menyembah berhala dan tidak menyembah kepada Allah Yehovah yang Esa itu (  אֶחָד : baca ´eHäd ).
Tuhan Yesus mendeklarasikan Allah yang esa dalam Markus 10:18; 12:29). Rasul Paulus juga menolak konsep Allah berhala-berhala dan menegaskan keesaan Allah dalam 1 Kor 8:4-6; 1 Ti, 2:5).
Jadi tidak ada indikasi yang merubah (evolusi) konsep keesaan Allah dari Perjanjian Lama (PL) ke Perjanjian Baru (PB). Allah yang disembah oleh Adam, Abraham, Daud dan semua tokoh PL adalah Allah yang sama yang disembah Paulus, Petrus dalam PB dan semua orang Kristen sampai sekarang. Konsep Allah yang Esa (Monoteisme) adalah esensi dasar dari Allah Tritunggal dan proses inkarnasi Allah menjadi manusia.

Jadi kalau Allah adalah Esa (satu) dalam esensi dasarnya, bagaimana Ia juga dapat disebut sebagai tiga (Allah Tritunggal) ? Pertama-tama harus diperhatikan bahwa istilah "satu" dan "tiga" tidak digunakan dalam arti yang sama. Kata "satu" dipakai hanya ditujukan kepada natur dari keberadaannya (the nature of the devine Being); bahwa hanya ada satu Allah. Kata "tiga" mengacu kepada Pribadi atau perbedaan personal dalam kesatuanNya. Tetapi tidak dapat dikatakan bahwa Allah adalah satu Pribadi yang terdiri dari tiga Allah.

Dalam diri Allah hanya ada 1 hakekat yang tidak terbagi-bagi (one indivisible essence), tetapi ada 3 pribadi yaitu Bapa, Anak & Roh Kudus.
  1. Adanya tiga Pribadi tidak berarti bahwa orang Kristen mempercayai 3 Allah. Calvin berkata :"Tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah" - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.
  2. Tetapi orang Kristen juga tidak mempercayai Allah itu tunggal secara mutlak. Orang kristen mempercayai Allah Tritunggal. Calvin mengutip kata-kata Gregory Nazianzus sebagai berikut : "Saya tidak dapat memikirkan yang satu tanpa dengan cepat dilingkupi oleh kemegahan dari yang tiga; juga saya tidak bisa melihat yang tiga tanpa segera dibawa kembali kepada yang satu" - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 17.
  3. Allah menyatakan diriNya dalam 3 pribadi bukan karena Ia memilih / menghendaki hal itu, tetapi karena memang Ia adalah demikian. Louis Berkhof : "Keberadaan yang bersifat tiga pribadi ini adalah suatu keharusan dalam diri Allah, dan sama sekali bukanlah hasil dari pilihan Allah. Ia tidak bisa berada dalam sesuatu yang lain dari pada bentuk tiga pribadi" - ‘Systematic Theology’, hal 84.
Perjanjian Lama (PL) memakai istilah  אֱלֹהִ֑ים (baca : ´élöhîm) seperti tertulis dalam Kej 1: 1, yang digunakan sebanyak lebih dari 2.500 kali. Kata "im" dalam kata "Elohim" menunjukkan akhiran jamak yang ditambahkan kepada kata berbentuk tunggal El (Elloah). Kata yang menunjukkan jamak (plural) ini juga dipakai ketika setan mencobai manusia (Hawa), ketika dikatakan bahwa "kamu akan menjadi seperti Allah-Allah (Gods)" dalam Kej 3:5. Juga kata ganti (pronoun) Allah yang berarti jamak dipakai saat penciptaan dalam Kej 1:26, juga dipakai di bagian lain (Kej 3:22; 11:7; Yes 6:8).

Penggunaan kata "satu" (Ul 6:4) dipakai dalam dua pengertian : satu orang atau satu grup, misalnya person atau people dalam bahasa Inggris, jadi maksudnya adalah ada lebih dari satu orang dalam satu grup tunggal. Lihat ayat-ayat Kej 2:24; Kel 24:3; 26:11; Hakim 6:16). Jumlah pribadi dalam satu kesatuan tersebut tidak dapat dibatasi hanya dalam tiga pribadi. Yang sudah pasti jamak atau bisa lebih dari tiga.

Selama ini orang Kristen selalu terpaku dengan mengatakan hanya tiga pribadi dalam Tritunggal ? Mengapa demikian ? Mungkin hal ini diambil karena unsur penafsiran dari hal-hal sebagai berikut :
  1. Tuhan memerintahkan Harun melalui Musa untuk mengucapkan berkat dalam 3 hal : Tuhan memberkati dan melindungi, Tuhan menyinari Engkau dengan wajahNya dan memberi kasih karunia, Tuhan memberikan damai sejahtera (Bil 6:24-26)
  2. Yesaya mendengar seruan Serafim : Kudus, kudus, kudus Tuhan semesta alam (Yes 6:3)

Doktrin Tritunggal adalah suatu misteri dan kebenaran yang tidak dapat dimengerti sepenuhnya dari logika manusia yang terbatas (beyond the human rational powers that such a God could exist). 
Gereja mula-mula mencoba menghadapi kesulitan ini dengan menerbit kredo-kredo seperti :
Kredo Athanasius (abad ke 4) : "Kami menyembah satu Tuhan dalam Tritunggal, dan Tritunggal dalam kesatuan; tanpa pencampuran Pribadi dan tanpa pemisahan dalam substansi mereka".
Bapa-bapa gereja memakai kata-kata "satu", "kesatuan", dan "substansi" untuk menekankan kepercayaan dalam keesaan Allah (monoteisme). Juga mereka menekankan kata-kata "tritunggal" dan "pribadi-pribadi" sebagai indikasi kepercayaan kepada trinitas (trinitarianisme). Kredo Nicea  (325 M) secara lebih eksplisit mengatakan : " Kami percaya kepada satu Tuhan-dan dalam satu Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan..."

Ketika masa Reformasi pecah di Eropa pada abad ke 16, dirasakan ada suatu kebutuhan untuk memunculkan pandangan dari suatu kelompok denominasi mengenai Allah. Pengakuan iman Augsburg (1530 M) merefleksikan iman gereja Lutheran sebagai berikut : "Adalah Tuhan dalam satu esensi, kekal, tidak berbentuk, tidak kelihatan, memiliki kuasa tak terbatas, bijaksana, penuh kebaikan, Pencipta dan Pemelihara, tiga pribadi dalam satu esensi, yang ketiganya kekal sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus". 
Lalu, ada 39 Artikel (1571 M) yang dipublikasikan oleh Gereja Inggris (Church of England) sebagai pernyataan iman mereka. Digunakan juga oleh Gereja Episkopal Protestan di Amerika, dengan satu kalimat relevan : "Hanya ada satu Tuhan yang hidup dan benar. Dan Tuhan yang satu dalam tiga pribadi, dari satu substansi, kuasa dan kekekalan, Bapa, Anak dan Roh Kudus.   
Loraine Boetner menulis dalam nuansa teologi kontemporer : "Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dapat dibedakan satu sama lain, tetapi tidak dapat dipisahkan; karena dalam kesatuan, saling meresap dan menyelami (permeate, interpenetrate), tetapi tidak bercampur, saling beriringan dalam satu harmonisasi. Ia menambahkan : "Apa saja yang diketahui satu pribadi, pribadi-pribadi lainnya pasti mengetahuinya juga. Indepedensi dan egoisme eksistensi diri sendiri bukan atribut dari Pribadi-Pribadi yang individual dari Allah Tritunggal". 

Tentang kontradiksi, subordinasi berdasarkan posisi dalam Tritunggal dalam ayat-ayat Alkitab, penolakkan dan pandangan yang tidak tepat tentang Tritunggal akan dibahas berikutnya ..........



Jumat, 18 April 2014

Paskah

SEKEDAR MENGETAHUI LATAR BELAKANG ISTILAH PASKAH ATAU EASTER ?



“Happy Easter!” atau Easter awalnya dipakai untuk merayakan hari raya paganisme dewi Easter, dewi kesuburan orang Jerman. Oleh karena itu ada yang mengusulkan untuk menggunakan istilah “Passover”  ketimbang “Easter” untuk menunjuk peringatan Paskah.


APA SESUNGGUHNYA “PERAYAAN EASTER” ?

Easter Festival atau Perayaan Easter adalah perayaan pagan (agama penyembah dewa-dewa) yang merayakan penyembahan kepada “Easter” atau “Eostre”, dewi kesuburan orang Jerman. Di Eropa utara perayaan “Easter” melibatkan wujud “kelinci” mengikuti budaya rakyat Leicestershire di Inggris. Pada akhir abad 19, sarjana Charles Isaac Elton menyimpulkan kaitan figur kelinci dan perayaan “Easter” dengan penyembahan kepada dewi “Eostre”. (sumber http://en.wikipedia.org/wiki/%C4%92ostre#Hares_and_Freyja


Goddess Eostre dan figur kelinci “Easter bunny”

Para penganut agama Wicca merayakan Easter atau Ostara setiap tahunnya menyambut datangnya musim semi yang diyakini sebagai bersatunya kembali dewi Eostre dengan anaknya (sekaligus kekasihnya) setelah selama musim dingin berdiam di dunia orang mati.
(sumber http://en.wikipedia.org/wiki/Ostara_(Wicca)#Vernal_Equinox)

Di Eropa dan Asia ada banyak versi nama bagi dewi kesuburan, seperti di seluruh Mediterania Timur dari Zaman Perunggu ke zaman Klasik orang mengenal dewi Astarte, orang Babilonia dan Asyur menyebut dewi Ishtar yang juga disembah orang Mesir dengan nama Ishtar dan juga Isis. Alkitab menyebutkan nama dewi sembahan orang Tirus dan Sidon (Lebanon): Asytoret (Ashtoret).


SALAH KAPRAH DI HARI RAYA PASKAH ?

Bagaimana yang benar mengucapkan selamat di Hari Peringatan Kematian Tuhan ? Ada yang mengusulkan bahwa yang benar kita harus mengucapkan “Selamat Paskah Anak Domba” atau “Selamat Mengenang Pengorbanan Tuhan Yesus” atau “Remembering The Passover” atau “Blessing Passover” dll. Karena Paskah itu sesungguhnya terjadi pada hari pengorbanan yaitu sesuai dengan Hari Raya Pesach (Paskah Yahudi) adalah mengenai korban penghapus dosa. Dan pada saat mengenang Kematian Tuhan di atas kayu salib itulah kita memperingati Paskah Anak Domba Allah. Jadi Hari Paskah adalah hari kematian Tuhan Yesus bukan hari kebangkitan-Nya.

Lalu bagaimana yang benar mengucapkan selamat di Hari kebangkitan Tuhan ? Seharusnya orang percaya mengucapkan “Selamat Hari Kebangkitan” atau “Selamat Hari Raya Buah Sulung!” atau “Happy First Fruit”. Karena sesuai nubuat Hari Raya Buah Sulung Yahudi pada hari itu Tuhan Yesus menggenapi menjadi yang sulung (yang pertama) bangkit dan mengenakan tubuh baru dan kita pantas bergembira karena kelak kita akan menjadi sama seperti Dia (Rom 8:29, 1Kor 15:2)

Bagi penulis hal senada terjadi dengan peringatan Natal yang berlatar belakang paganisme, tetapi dengan semangat baru telah berubah maknanya (pemahaman baru), Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak kaku, lebih menekankan yang tersirat dari pada legalistis tersurat. Justru lewat budaya paganisme yang salah, Tuhan ingin merubah dan memberikan nilai baru untuk membedakan antara orang berdosa dan orang bertobat sekarang.