Minggu, 30 Desember 2012


Serahkan kekuatiranmu (1Ptr.5:6-7)

5:6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.

5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu 


PENDAHULUAN

Menutup tahun 2012 dan menatap tahun 2013, pastilah ada satu kata yang terselip dalam pemikiran kita. Kata yang begitu umum dan ditulis begitu sering dalam Alkitab, yaitu kata 'kuatir'. 

Kata ‘kuatir’ dari bahasa Yunani : merimnao yang artinya “hancur berkeping-keping”. Dengan kata lain, segala yang indah sekalipun bisa “hancur berkeping-keping” kalau ada kekhawatiran berlebih didalam hidup kita. Arti lain kekhawatiran dalam bahasa Yunani diatas adalah: ”mencengkram erat-erat”, ibarat kita sedang memegang selang yang sedang mengalirkan air, tiba-tiba karena khawatir, tangan kita secara otomatis mencengkram erat-erat selang tersebut,sehingga mengakibatkan airnya berhenti mengalir 

Ada banyak alasan mengapa orang kuatir. Pada Intinya, kita terbatas dalam banyak hal. Kita tidak tahu dan tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi di depan. Kalau pun kita tahu, kita tidak berkuasa mengubah sesuai dengan apa yang kita mau. Pengetahuan dan kemampuan kita terbatas, karena itulah kekuatiran sering kali menghantui kita. 

PEMBAHASAN
Dalam teks ini Petrus menasihatkan pembacanya untuk merendahkan diri di bawah tangan TUHAN yang kuat (5:6). Hal ini secara manusiawi jelas semakin menambah kekuatiran kita. Ketika kita tidak mengandalkan kekuatan kita (merendahkan hati) kita secara natural semakin tidak memiliki kekuatan apapun. Kalau memiliki kekuatan saja masih sering kuatir, bagaimana jika kita harus menyadari kelemahan kita? Ayat selanjutnya mengajarkan agar kita menyerahkan kekuatiran kepada Tuhan (5:7). Ayat ini mengajarkan bahwa kita tidak boleh memegang satu kekuatiran pun. Kekuatiran harus diserahkan secara total dan menyeluruh. 

Point ini ditunjukkan melalui tiga hal dalam 
Ay 7: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu”.

1) “Serahkanlah segala kekuatiranmu”. 
 a) ‘Serahkanlah’.
Ini sebetulnya bukan kata perintah.
Vincent: “‘Casting’. EPIRIPSANTES. The aorist participle denoting an act once for all; throwing the whole life with its care on him” (= ‘Menyerahkan’. EPIRIPSANTES. Participle bentuk aorist / lampau menunjukkan suatu tindakan untuk selamanya; melemparkan seluruh kehidupan dengan kekuatirannya kepadaNya).
  b) Perhatikan kata ‘segala’ di sini.
Matthew Henry mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa kekuatiran orang Kristen itu banyak / bermacam-macam.

2)  “kepadaNya”.
Matthew Henry mengatakan bahwa obat yang terbaik terhadap kekuatiran yang melewati batas adalah menyerahkan kekuatiran kita kepada Allah, dan menyerahkan setiap peristiwa kepada penentuan yang bijaksana dan penuh kasih karunia. Suatu kepercayaan yang teguh tentang kebenaran / kelurusan dari kehendak dan rencana ilahi menenangkan roh manusia. Kita berhenti, dan berkata: ‘Jadilah kehendak Tuhan’, Kis 21:14).
Ilustrasi :
Emilie, istri seorang pendeta Jerman bernama Christoph Blumhardt yang hidup pada abad ke-19, heran melihat ketekunan suaminya dalam mendoakan jemaat. Suaminya bahkan tidak pernah tertidur saat mendoakan mereka. Suatu malam Emilie bertanya, "Apa rahasiamu sehingga dapat berdoa seperti itu?"
Suaminya menjawab, "Apakah Allah yang kita sembah begitu lemah, sehingga dengan mengkhawatirkan jemaat aku dapat mendukung kesejahteraan mereka?" Kemudian ia menambahkan, "Tidak! Setiap hari kita harus menanggalkan semua beban dan menyerahkannya kepada Allah."

3) “sebab Ia yang memelihara kamu”.
Matthew Henry juga melanjutkan tulisannya “Ia akan menghindarkan / mencegah apa yang kamu takuti, atau menopangmu di bawahnya”.
Merupakan satu dari sifat Allah yang benar, bahwa Ia bisa dan akan memperhatikan kebutuhan dari orang yang hina maupun orang yang kuat; dan salah satu penghiburan terkaya pada waktu kita menderita dan dihina oleh dunia, adalah pemikiran bahwa kita tidak dilupakan oleh Bapa surgawi kita. Ia yang mengingat burung pipit yang jatuh, dan yang mendengarkan burung gagak muda pada waktu mereka berteriak, tidak akan tidak mempedulikan kita. ‘Tetapi TUHAN memperhatikan aku’ merupakan penghiburan dari Daud pada waktu ia merasa ‘sengsara dan miskin’, (Maz 40:18). ‘Pada waktu ayahku dan ibuku meninggalkan aku, maka Tuhan akan mengambil / menerima aku’, (Maz 27:10). Bdk. Yes 49:15. Ingatlah, anak Allah yang malang, dihina, dan menderita, bahwa engkau tidak pernah akan dilupakan. Teman-teman di dunia, orang-orang yang besar, orang-orang yang remeh, orang-orang yang mulia, orang-orang kaya, bisa melupakan kamu, tetapi Allah tidak akan pernah. Kamu bisa menjadi miskin, dan mereka bisa melewati engkau; engkau bisa kehilangan jabatanmu, dan para penjilat tidak lagi memenuhi jalanmu; kecantikanmu bisa pudar, dan para pengagummu bisa meninggalkanmu; engkau bisa menjadi tua, dan menjadi lemah, dan kelihatannya tidak berguna dalam dunia ini, dan kelihatannya tidak seorangpun mempedulikanmu; tetapi tidak demikian dengan Allah yang kamu layani / sembah. Kalau Ia mengasihi, Ia selalu mengasihi; jika Ia baik kepadamu pada waktu kamu kaya, Ia tidak akan melupakanmu pada waktu kamu miskin; Ia yang menjagamu dengan kepedulian orang tua pada waktu kamu remaja, tidak akan membuangmu pada waktu kamu tua dan beruban (Maz 71:18). Jika kita adalah sebagaimana kita seharusnya, kita tidak akan pernah tanpa teman selama di sana ada Allah.

KESIMPULAN
Kekuatiran harus dilemparkan di atas Dia (upon Him), bukan di pundak kita. Allah paling berhak untuk menanggung kekuatiran kita. Ia memiliki tangan yang kuat (5:6). Ia memelihara kita (5:7). Tiga hal ini seharusnya cukup bagi kita untuk mengalahkan kekuatiran. Jangan pandang apa yang kita miliki atau apa yang kita bisa. Kita harus memandang pada Allah yang tangan kuat-Nya ada atas kita dan yang selalu memelihara kita tanpa henti.
Bagaimana dengan saudara ? Apakah saudara mau merendahkan diri dengan cara mengakui keterbatasan saudara dan menyerahkan semuanya kepada Allah? Ataukah saudara seperti penjual sayuran yang tetap menggendong barang dagangannya yang berat sekalipun ia sudah diberi tumpangan di sebuah mobil pick up? Mari belajar lebih rileks dan menikmati hidup dengan cara berserah. 

If we are not our own, but the Lord's, it is clear to what purpose all our deeds must be directed. 
We are not our own, therefore neither our reason nor our will should guide us in our thoughts and actions. 
We are not our own, therefore we should not seek what is only expedient to the flesh. 
We are not our own, therefore let us forget ourselves and our own interests as far as possible.
We are God's own; to Him, therefore, let us live and die. 
We are God's own; therefore let His wisdom and will dominate all our actions. 
We are God's own; therefore let every part of our existence be directed towards Him as our only legitimate goal.(John Calvin)

Cara untuk melepaskan kekhawatiran adalah dengan memusatkan pikiran kita pada kebaikan dan pemeliharaan Allah yang penuh kasih, bukan pada masalah yang menggelisahkan kita. Lalu kita pun dapat berkata sama seperti pemazmur, "Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku" (Mazmur 94:19

Amien.

Selamat meninggalkan tahun 2012 dan memasuki tahun 2013



Minggu, 23 Desember 2012


DIBENARKAN KARENA IMAN (PERCAYA)
Galatia 3 : 1 - 14

Kata "iman" dan  kata kerjanya "percaya" sering muncul dalam Al­kitab, dan memang merupakan istilah penting yang meng­gam­bar­kan hubungan antara umat  atau  seseorang  dengan Allah. Di bawah ini akan ditin­jau secara singkat  makna istilah itu dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru. Kata "iman" yang dipakai dalam Perjanjian Baru me­ru­pakan terjemahan dari kata Yunani πίστις (pistis), sedangkan kata kerja­nya "percaya" adalah terjemahan dari kata πιστεύω (pisteuoo).  Kata-kata ini sudah dipakai dalam Septuaginta, Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) dalam bahasa Yunani, sebagai terjemahan kata Ibrani ¤m' (aman), yang berarti keadaan yang benar dan dapat dipercayai/diandalkan. Kata ini dan kata-kata sekelompoknya dalam Alkitab Ibrani sering digunakan untuk me­nyatakan rasa percaya kepada Allah dan percaya kepada firman-Nya. Per­caya kepada Allah mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepa­da-Nya. Percaya pada firman-Nya berarti percaya dan menerima  apa yang sudah difirmankan-Nya itu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa istilah iman dan percaya dalam Alkitab sering mengandung komponen-komponen makna sebagai berikut:
  1. percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar,
  2. mengandalkan/mempercayakan diri
  3. setia, dan
  4. taat. 

Latar Belakang Kitab Galatia
Kitab Galatia adalah surat yang ditulis oleh Paulus untuk jemaat di Galatia.Nama Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi tujuannya.Orang-orang Galatia adalah orang-orang yang berasal dari suku bangsa Keltik yang masa itu tinggal di Asia Kecil.
Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
Surat Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu. Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus memulai suratnya ini dengan berkata bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul dan bukan dari manusia. Dia juga mengatakan bahwa tugasnya ditujukan terutama untuk orang yang bukan Yahudi (1-2). Setelah itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa hubungan manusia dengan Tuhan diperbaharui atau menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Kristus (3-4). Di dalam pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6), Paulus menjelaskan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen itu disebabkan karena iman percayanya kepada Kristus. Iman percaya tersebut akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan Kristen, yaitu kasih.
Bagi pandangan Paulus mengenai ciri khas agama Kristen menurut Paulus bahwa hidup Kristiani itu sebetulnya bukan agama, setidak-tidaknya bukan agama dalam arti yang biasa. Dalam konfrontasi dengan agama Yahudi dan kafir, Paulus mengritik banyak aspek sosial dan yuridis dari agama. Walaupun Paulus tidak menyangkal secara total segi lahiriah dan kultus hidup Kristinani, namun Paulus menekankan sikap batin, yaitu iman. Paulus lebih suka membicarakan masalah iman daripada membahas masalah agama, seperti yang dengan jelas dan tegas Paulus paparkan dalam teks Gal 3:1-14.

Pembahasan
Ada tiga hal penting yang dimuat oleh surat tersebut: (1) Dari sudut sejarah, Galatia memuat pengakuan iman Kristen mula-mula yang dapat dijadikan dasar bagi perkembangan teologi Kristen selanjutnya; (2) Dari sudut teologi, Galatia menunjukkan rumusan teologi Paulus yang merupakan kunci dari penafsiran terhadap   pemahaman iman yang benar; (3) Dari sudut agama, Galatia bermuatan tata-nilai moral dan etis dari pernyataan Kristiani tentang  kemerdekaan spiritual yang benar. Surat Galatia mempunyai kedudukan yang sentral dalam Perjanjian Baru karena sejarah dan pengajarannya. Perubahan hidup Paulus dapat dideteksi secara jelas dalam surat Galatia. Surat ini dianggap sebagai surat yang paling tua dari seluruh surat-surat Paulus dalam PB bahkan yang tertua dari semua kitab yang ada dalam PB, dan surat ini ditulis di kota Korintus. Para ahli menetapkan penulisan surat Galatia antara 48 sampai dengan 58. Waktu penulisan surat Galatia sangat penting bagi para ahli Perjanjian Baru karena peranan surat tersebut akan menentukan konsep teologi Perjanjian Baru secara keseluruhan. Dan surat Galatia ini ditulis pada saat hangat-hangatnya sedang terjadi adanya ajaran-ajaran sesat yang diajarkan oleh orang Kristen Yahudi yang mengunjungi jemaat-jemaat di Galatia untuk menyebarkan kekristenan yang bercorak Yahudi[2]. Surat Galatia sendiri bermuatan kontroversial antara legalistik Yudaisme dan keselamatan hanya oleh anugerah karena iman.

Pembaca
Surat keempat, karangan Paulus, seperti yang tercantum dalam PB dialamatkan kepada sejumlah jemaat di daerah Galatia (Gal 1:1:2), jadi semacam surat edaran. Tidak disebutkan nama kota-kota atau desa-desa tempat tinggal jemaat-jemaat itu, surat Galatia ini langsung dialamatkan kepada beberapa jemaat sekaligus, yang mungkin saja keberadaan mereka terpencar-pencar di desa-desa Galatia. Keanehan alamat surat Galatia tersebut barang kali disebabkan oleh situasi setempat. Mungkin sekali “jemaat-jemaat” di Galatia itu kelompok-kelompok kecil orang Kristen  yang hidup terpencar-pencar di desa-desa Galatia. Paulus sendiri (Gal 3:1) menyapa sidang pembacanya sebagai “orang-orang Galatia”

Tujuan Penulisan
Paulus menunjukkan keunggulan Injil atas Taurat:
1)      Roh lebih unggul daripada daging (3:3),
2)      Iman lebih unggul daripada melakukan hukum Taurat (3:2),
3)      Dibenarkan karena iman lebih unggul daripada karena melakukan hukum Taurat (3:8,11),
4)      Diberkati lebih unggul daripada  terkutuk (3:9,10),
5)      Berkat dalam Abraham lebih unggul daripada perintah dalam Musa (3:12-14)
Kelima hal inilah yang mau dijelaskan dengan tegas oleh Paulus kepada jemaat asuhannya di Galatia dalam suratnya tersebut, dengan tujuan agar jemaatnya dapat kembali berbalik kepada Injil Kristus yang sejati bukan tetap pada ajaran Injil plus Taurat seperti yang diajarkan oleh para pengajar sesat yang sudah berusaha untuk memutarbalikan kebenaran ajaran Injil Kristus yang sudah diajarkan Paulus kepada seluruh jemaat asuhannya di Galatia tersebut.
Konteks
Konteks politik
Para pengajar sesat yang menyeludup masuk ke dalam jemaah Galatia, ternyata mempunyai misi untuk menerapkan Injil plus Taurat itu hanya semata-mata untuk menyudutkan posisi Paulus sebagai seorang rasul Allah, dan dalam misi mereka juga bertujuan untuk mempengaruhi jemaat asuhan Paulus yang telah mengenal ajaran Injil Kristus yang telah diajarkan oleh Paulus kepada orang Kristen di Galatia. Tetapi setelah para pengajar sesat ini masuk ke dalam jemaat Galatia mereka memfitnah Paulus dengan memfitnahnya dengan jalan menyebarkan isu bahwa Paulus dalam pewartaan Injil menyeleweng inilah upaya para pengajar sesat itu ingin mempengaruhi kehidupan iman jemaat Galatia yang sudah menerima ajaran Injil Kristus dari Paulus. Dan dari upaya mereka dengan hal-hal yang di atas mereka lakukan mempunyai tujuan politik agar jemaat asuhan Paulus tidak percaya lagi kepada ajaran Paulus.
Konteks sosial
Dalam kehidupan jemaat Galatia sesuatu telah terjadi, orang-orang tertentu yang dijuluki dengan “serigala-serigala” oleh Paulus (lih Kis 20:29), telah masuk ke tengah-tengah jemaah Galatia. Siapakah serigala-serigala ini? Mereka ialah kelompok yang menyebarkan Yudaisme para penganut legalisme garis keras,yang telah datang dari Yerusalem sambil membawa apa yang disebut Paulus “Injil asing”, yaitu campuran antara kekristenan dengan praktik-praktik Yudaisme. Mereka melakukan penyimpangan  dari Injil yang sejati, Kepada orang-orang percaya non Yahudi ini, yang baru saja menerima Injil Yesus Kristus yang memerdekakan  dari Paulus, para serigala ini memberitakan suatu Injil perbudakan, suatu Injil yang penuh hukum, aturan dan ritual. Mereka menyatakan bahwa untuk menjadi orang-orang Kristen yang sejati, orang-orang non Yahudi  itu harus  disunat, menaati Taurat Musa dan menaati segala peraturan PL. Kaum legalis ini sedang berusaha untuk memberlakukan secara paksa segala batasan dan kewajiban ritual   dari Taurat Musa. Injil palsu para penyebar Yudaisme ini mempertahankan cangkang luar dari kekristenan. Namun, inti dari injil palsu ini bukanlah anugerah dan iman melainkan perbuatan. Tuhan Yesus ditempatkan pada posisi sekunder dalam injil ini. Ketaatan kepada semua aturan dan ritual dari Taurat Musa yang lama menjadi hal paling utama. Para penyebar Yudaisme ini menantang otoritas kerasulan Paulus. Oleh karena itu mereka sedang berusaha untuk membuat orang Galatia menolak otoritas Paulus sebagai seorang rasul.
Konteks keagamaan
Permasalahan yang dipersengketakan oleh Paulus dengan Jemaat Galatia ialah mengenai Injil plus Taurat atau Injil palsu karena dalam kehidupan Jemaah Galatia ada pengajar-pengajar sesat yang berusaha untuk memutarbalikkan Injil Kristus, yang diajarkan oleh Paulus. Keberadaan keberagamaan dari jemaat Galatia sedang digoncangkan dengan adanya kehadiran para pengajar sesat yang sangat menyerang ajaran Injil Kristus yang telah dikenal oleh jemaat Galatia terlebih dahulu. Inilah yang menjadi sumber kekacauan yang berusaha meracuni iman percaya jemaat Galatia akan Injil Kristus yang tadinya sudah mereka terima dan imani sebagai  satu-satunya kebenaran. Dengan adanya ajaran Injil plus tersebutlah yang pada akhirnya menyesatkan iman percaya jemaat Galatia.
Konteks kebudayaan
Budaya dan tradisi Yahudi seperti sunat, hal ini yang sangat mempengaruhi kehidupan dan keberadaan budaya jemaat Galatia, dalam banyak hal mereka masih mengikuti adat-istiadat orang Yahudi, yang menganggap sunat itu sebagai adat keagamaan. Sunat sebetulnya bukan adat keagamaan,melainkan sebagai tradisi kebudayaan.  
Struktur
Galatia 3:1-5 Pemahaman tentang kehadiran Roh Kudus
Galatia 3:6-9 Berkat Iman  Abraham
Galatia 3:10-14 Siapa yang ada di bawah kutuk itu?

Tafsiran
Galatia 3:1-5    Paulus langsung menyapa dengan cara yang penuh kasih yaitu dengan menggunakan kata “bodoh” yang mana dalam konteks ini bukanlah menunjuk kepada kata makian, (bdg Luk 24:25) kata “bodoh” menunjuk kepada sikap. Sikap orang Galatia yang telah mengetahui suatu ajaran yang benar, tetapi mereka dengan cepat juga dipengaruhi, di mana mereka menerima pengajaran yang tidak ada artinya, seolah-olah mereka cepat terpesona. Paulus hendak mengatakan bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu dilukiskan terang di depanmu? Menurut Paulus tidak  masuk akal bahwa jemaah Galatia lekas meninggalkan Injil Kristus itu, tersirat makna bahwa Paulus merasa sangat heran dengan kejadian yang sedang dialami oleh jemaah Galatia yang cepat tergoda dan terpengaruh serta kembali berubah haluan melakukan Taurat, dengan begitu memungkiri disalibnya Yesus Kristus lagi. Sebenarnya orang Galatia sendiri harus mengakui hal ini karena permulaan iman mereka, yaitu penerimaan Roh, terjadi sebagai akibat dari pemberitan Iman bukan karena mereka melakukan hukum Taurat.  Kehidupan rohani ialah sesuatu atau yang diterima orang-orang Galatia dari Allah dengan cara mereka mendengarkan serta menerima ajaran Injil Kristus. Orang-orang Galatia tidak dapat menyangkal bahwa mereka sebagai orang Kristen memulai dengan Roh. Paulus dengan tegas memberikan teguran dan peringatan kepada jemaah Galatia yang sebenarnya mereka sudah menjadi Kristen dan memulai iman kepercayaan mereka dengan Roh Allah, tetapi ketika para pangajar sesat datang masuk ke dalam jemaah Galatia mereka cepat sekali meninggalkan Iman percaya mereka pada ajaran Injil Kristus dan berpindah kembali melakukan hukum Taurat dalam hidup mereka, inilah yang Paulus maksudkan dengan mengakhirinya di dalam daging. Jadi, kalau begitu mereka memulai dengan Roh dan berakhir dengan daging, maka segala sesuatu yang mereka alami, adalah sia-sia baik itu pengalaman indah yang menyertai Roh Kudus. Jikalau orang-orang Galatia tidak percaya sepenuhnya kepada Yesus Kristus yang disalibkan itu maka sia-sia semuanya pengalaman indah mereka tersebut. Masakan sia-sia kata Paulus, maksudnya ialah penerimaan Roh itu mustahil ditiadakan seluruhnya oleh manusia.
Dalam ayat 5 Paulus mengulangi pertanyaan yang sudah diucapkannya pada ayat 2 dan 4, tetapi pada ayat 5 ini dilihat dari sudut lain. Jemaat-jemaat Galatia sudah menerima Roh dan telah mengalami kekuatan secara rohani, jadi pemberian Roh ialah sumber hidup baru dalam kehidupan jemaah Galatia, karena Allah yang memberikan Roh itu. Dengan demikian persoalan hukum Taurat pada hakikatnya adalah mengenai pandangan kita tentang Allah: apakah Allah bagi kita seorang hakim, yang dari jauh menghakimi kita dan yang harus kita perdamaikan dengan perbuatan-perbuatan baik, ataukah Allah bagi kita seorang Bapak yang memulihkan hubungan-hubungan dengan anak-anak-Nya.
Galatia 3:6-9       Dalam ayat 6-9 Paulus menjelaskan bahwa secara positif kebenaran oleh iman adalah sesuai dengan Perjanjian Lama. Dalam ayat 10-12 Paulus menegaskan bahwa segi negatif yakni dengan hukum Taurat, manusia tidak dapat dibenarkan adalah sesuai dengan Perjanjian Lama juga.  Bahwa dalam seluruh bagian ini (ayat 6-14) tema-tema yang muncul ialah mengenai berkat iman Abraham serta kutuk hukum Taurat. Orang-orang Galatia, sebagai anak-anak Abraham  mengambil bagian dalam berkat iman kepercayaan Abraham. Tetapi kalau mereka mengikuti orang-orang Yudais, mereka akan kembali takluk ke bawah hukum Taurat. Bagi Paulus hanya kepercayaanlah yang menentukan, dan Abraham menjadi bapak orang-orang percaya Kepercayaan itu diperhitungkan sebagai kebenaran. Artinya bukan seolah-olah kepercayaan itu kebenaran, melainkan bahwa bagi Allah kepercayaan itu ialah sungguh-sungguh kebenaran. Orang percaya ialah orang benar, dalam pandangan ini kepercayaan tidak dilihat sebagai prestasi, tetapi sebagai jawaban atas janji Allah kepada Abraham. Oleh karena itu bahwa Allah memperhitungkan kepercayaan itu sebagai kebenaran bukanlah berdasarkan hak manusia, melainkan berdasarkan anugerah Allah sendiri (Rm 4:4,5), Dalam hal ini orang benar ialah orang yang diterima Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang Kristen berasal dari kepercayaan. Mereka hidup dari iman kepada Allah, sama seperti Abraham, begitulah ada persekutuan hakiki antara Abraham dan dengan mereka yang percaya oleh karena itu mereka disebut, yaitu anak-anak menurut Roh seperti yang dengan jelas dikatakan dalam ayat kunci pasal 3 ini yaitu ayat 7 “Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham”.
Dalam kitab Kejadian kita baca bahwa dalam Abraham segala bangsa akan diberkati (Kej 12:3 18:18;  12:18;  26:4;  28:14;  Kis 3:25;  Rm 4:13). Cukup jelas bahwa pengaruh dari bangsa Israel adalah jauh lebih luas. Pilihan Allah, Perjanjian-Nya, mengangkat bangsa Israel untuk menjadi berkat bagi seluruh dunia. Dalam Perjanjian Lama sendiri ada pandangan-pandangan yang berbeda-beda tentang peranan Israel dalam sejarah. Paulus menafsirkan Kej 12:3 dari segi kepercayaan kepada Yesus Kristus dengan jalan menghubungkan Kej 12:3 dengan Kej 15:6. Artinya berkat iman Abraham (Kej 12:3) sebagai janji yang akan digenapi dalam Yesus Kristus ditafsirkannya sebagai kebenaran oleh iman (Kej 15:6). Dengan demikian persekutuan iman antara Abraham dengan bangsa-bangsa diartikan sebagai penggenapan dari perjanjian yang disebut dalam Kej 12:3.
Galatia 3:10-14      Iman itu megesampingkan Hukum Taurat. Hukum Taurat mengerjakan justru kebalikan dari berkat iman Abraham (ayat 8). Kepada mereka yang mencari kehidupan dalam hukum Taurat harus dikatakan: kamu berada di bawah kutuk. Dalam Ul 27:26 terkutuklah setiap orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam hukum Taurat. Ul 27:26 ini dimaksudkan pada mulanya, sebagai peringatan kepada umat Israel, agar mereka menaati hukum Taurat itu dengan sebaik-baiknya. Ada kemungkinan kecil bahwa Paulus bermaksud mengatakan  dalam ayat 10 ini: tidak ada orang yang melakukan hukum Taurat, maka semua orang terkutuk atau lebih jelas lagi menurut Ul 27:26, selalu ada ancaman. Jadi walaupun kita melakukan segala sesuatu yang tertulis di dalam kitab hukum Taurat sampai saat ini, kita belum aman terhadap waktu yang akan datang, kutuk itu tetap mengancam, kita takkan bebas dari kutuk itu. Tetapi maksud dari kutipan-kutipan Paulus itu bukanlah untuk memberikan bukti yang menentukan agaknya lebih tepat bahwa kita meganggap kutipan-kutipan ini sebagai bahan pembantu bagi argumentasi Paulus. Dalam hubungan kutipan dari Ul 27:26 ini dipakai untuk menjelaskan dari mana kutuk itu, dan kepada siapa kutuk itu akan ditujukan. Sebaliknya hukum Taurat harus dilakukan, siapa yang melakukannya akan hidup (Im 18:5; bdg Rm 10:5). Tetapi kepercayaan itu bukanlah melakukan sesuatu, melainkan menerima sesuatu. Jadi hukum Taurat itu bukan dari iman, artinya titik tolak dari Taurat tidaklah terletak dalam kepercayaan. Mereka yang mau hidup dari melakukan hukum Taurat, berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri (Rm 10:3), hanya bila kita percaya, maka kita menyerahkan diri kepada Allah, kita mengharapkan hidup itu dari pada-Nya, kita takluk kepada kebenaran Allah (Rm 10:3).  Demikianlah kita dapat mengerti pertukaran luar biasa yang dilukiskan Paulus: mereka yang mencari berkat dari melakukan hukum Taurat akan memperoleh kutuk, tetapi mereka yang mengakui bahwa jalan melakukan hukum Taurat itu berakhir pada kutuk, sebenarnya sudah siap untuk menerima berkat. Jadi hukum Taurat tidak mempersiapkan seseorang untuk menerima berkat. Barulah dengan kemungkinan baru yang diberikan dalam Injil itu, seseorang dapat menjadi merdeka. Dalam PL pada umumnya dan Hab 2:4 khususnya istilah orang benar menunjuk kepada orang-orang yang hidup menurut kehendak Allah, sedangkan kata ibrani “emet” dalam TB-LAI biasanya iman berarti keteguhan, kesetiaan. Jadi Hab 2:4 kira-kira sebagai berikut: orang baik akan tetap hidup karena kesetiaannya. Mungkin yang dimaksudkan dengan orang baik bukanlah seseorang tetapi bangsa Israel. Paulus sakan-akan memperdalam ucapan Habakuk ini. Orang baik, orang benar itu adalah, menurut Paulus orang yang dibenarkan, yang menerima kebenarannya dari Allah.
Ayat 13-14 merupakan penutup dari ayat 6-14 temanya tetap berkat dan kutuk. Kutuk itu berlaku untuk seluruh umat manusia (ayat 10), berkat adalah bagi setiap yang hidup dari iman (ayat 7). Sudah jelas bagi Paulus iman itu adalah kepercayaan kepada Yesus Kristus. Yesus dijadikan di bawah hukum Taurat (4:4) dan kutuk hukum Taurat menimpa Dia, dengan demikian Ia menjadi kutuk karena kita. Dengan jalan ini Ia melepaskan kita dari kutuk. Paulus mempergunakan gambaran penebusan budak-budak, tetapi dalam pandangan Paulus apa yang diperbuat oleh Kristus itulah yang diperbuat oleh Allah sendiri ( 2 Kor 5:18-21), karena itu jalan iman merupakan kebalikan dari jalan melakukan hukum Taurat. Yesus Kristus manusia bebas itu, menebus kita, budak belian (Rm 7:14 bdg 1 Kor 6:20). Paulus berkata: Kristus menebus kita, menjadi kutuk karena kita. Jadi bagi Paulus kutuk hukum Taurat itu bukanlah terbatas pada umat Israel (bdg Rm 3:19, 20). Seluruh sejarah umat Israel, mulai dari perjanjian kepada Abraham, mempunyai makna universal atau mengenai seluruh umat manusia. Makna universal itu diwujudkan dalam Yesus Kristus (Gal 3:28). Seperti seluruh bagian ini (ayat 6-14), Paulus memperkuat argumentasinya dengan suatu kutipan dari  hukum Taurat (Ul 21:23). Waktu Yesus tergantung di kayu salib, Ia termasuk dalam golongan orang-orang terkutuk, dan dengan demikian di dalam Dia berkat sampai kepada bangsa-bangsa. Di dalam Yesus Berkat dan kutuk bertemu. Manusia tidak mau mengakui dosanya: ia mau melarikan diri dari kutuk (Kej 3:8-18). Kristus tidak melarikan diri, tetapi mengangkat di atas bahu-Nya (Yoh 1:29) dosa dan kutuk itu. Di dalam Dia kutuk hukum Taurat diakui sebagai hukuman yang tepat dan syah, sehingga di dalam Kristus hukum Taurat telah mencapai tujuannya dan kutuk telah kehilangan ancamannya (bdg Rm 8:4: tuntutan hukum Taurat digenapi).  Ayat 14b menjelaskan maksud ayat 14, berkat itu terdiri atas penerimaan Roh yang dijanjikan, yaitu Roh Kristus (2 Kor 3:17), yang menjadikan kita anak-anak Allah (Gal 4:6).







Out Line Khotbah: Tema : PERCAYA PADA KRISTUS
1.               Apa arti percaya pada  ajaran-Nya
Percaya pada ajaran-Nya, artinya ialah agar semua orang yang sudah mengenal dan menerima ajaran kebenaran Injil Kristus harus tetap setia dan teguh pendirian iman percayanya kepada semua ajaran-ajaran fiman Tuhan Yesus  walaupun banyak godaan, ataupun ajaran-ajaran lain yang mungkin saja berusaha untuk menggeser arti sejati dari iman percaya kita kepada kebenaran ajaran Injil Kristus yang sangat mulia, dan sebagai satu-satunya ajaran keselamatan yang harus dituruti dan diterapkan dalam tindakan kehidupan nyata kita sebagai pengikut-Nya.  Jangan menduakan ajaran Kristus, tetapi pegang dengan keteguhan hati dan iman percaya kita hanya ajaran Kristuslah yang bisa menjadi pelita dalam langkah kehidupan kita di dunia ini.
2.   Siapa yang harus percaya pada ajaran-Nya
Yang harus percaya kepada ajaranNya adalah kita semua orang percaya yang telah ditebus oleh pengorbanan Kritus, haruslah percaya kepada ajaranNya, walaupun terdapat ajaran yang lain dari pengajaran Kristus yang telah kita terima.
3.      Bagaimana bentuk sikap percaya pada ajaran-Nya
Bentuk dari sikap kepercayaan kita adalah dengan tetap melihat kepada iman kita kepada Yesus. Di mana Tetap percaya ketika ada penggodaan artinya adalah kita yang sudah menerima Kristus secara pribadi, sudah dibaptis, sudah disidi dan berjanji akan terus tetap untuk mengikuti Yesus dan semua ajaran-Nya, meskipun ada di depan mata kita dan meskipun ada berbagai godaan yang berusaha untuk menyimpangkan iman percaya kita pada Tuhan, misalnya untuk konteks Indonesia sekarang ini seperti kita ketahui bersama bahwa di samping ada ajaran kekristenan yang sejati, tetapi ada juga para saksi Yehova yang berusaha keras untuk mempengaruhi ajaran iman Kristen yang sejati dan mereka melakukan penyimpangan pada ajaran Kristen, yaitu mereka tidak percaya bahwa Yesus sebagai manusia sejati. Dalam kondisi seperti inilah kita sebagai orang Kristen yang benar-benar percaya pada Yesus Kristus yang 100% manusia dan 100% Allah, kita benar-benar dituntut oleh iman percaya kita masing-masing pada  kesasihan kebaradaan Yesus yang 100% manusia dan 100% Allah harus tetap teguh kita pertahankan jangan sampai tergoyahkan oleh godaan dari ajaran menyimpang para saksi Yehova.
4.   Mengapa harus percaya kepada ajaran-Nya
Kita sebagai orang yang mempunyai identitas sebagai orang percaya harus mempunyai keyakinan dalam iman kita bahwa kita harus percaya kepada ajaranNyalah yang hanya menuntun kita ke dalam jalan yang benar dan dengan kepercayaan kepada ajaranNyalah kita akan diselamatkan.
5.   Pesan dan Relevansi:
 Tujuan Penulis Bagi Jemaat Galatia Pada Zaman Itu
Tujuan utama Paulus menulis serta mengirimkan suratnya kepada jemaah Galatia ialah agar jemaah Galatia jangan cepat-cepat tergoda serta mau mengikuti ajaran dari para serigala yang berusaha untuk mengubah paradigma jemaah Galatia tentang ajaran Injil Kristus yang sudah disampaikan oleh Paulus kepada  jemaah asuhannya yang terpencar-pencar di Galatia ini. Paulus berjuang keras melakukan pembelaan terhadap Injil Kristus demi membawa kembali jemaah asuhannya itu agar bisa tetap teguh iman percaya mereka kepada Injil Kristus yang pernah Paulus sampaikan kepada jemaahnya waktu kedatangan Paulus yang pertama kali di Galatia. Dan Paulus menegur dengan tegas bahwa jemaahnya sepertinya sudah ada yang terpengaruh dengan ajaran para penyesat yang menjadi saingan Paulus, karena mereka memberikan pengajaran yang mengarah kepada ritual-riutal  atau tradisi seperti sunat dan Hukum Taurat, mereka sangat menekankan agar dengan melakukan sunat serta menaati Taurat Musa maka jemaah akan selamat semuanya. Makanya Paulus mengatakan kepada jemaah asuhannya agar mereka tetap kembali untuk memperjuangkan Injil Kristus.
 Bagi Kekristenan atau Orang Percaya atau Gereja Saat Ini.
Dalam Galatia 3:1-14 ini Paulus mau menunjukkan kepada kita sumber kehidupan dari orang yang benar, yang telah dibenarkan di dalam Kristus. Inilah yang mau disuarakan oleh Paulus lewat Galatia 3:1-14, menyuarakan kemerdekaan orang Kristen, ekspresi tertinggi dari kehidupan dan iman. Keselamatan oleh iman selalu merupakan anugerah oleh iman baik di Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Surat Galatia pasal 3 ini mau menjawab pertanyaan tentang seperti apakah kehidupan orang Kristen yang sesungguhnya, yang mana jawabannya ialah kemerdekaan di dalam iman percaya kepada ajaran Injil Yesus Kristus bukan kemerdekaan yang didasarkan kepada perbuatan baik yang sudah orang Kristen lakukan, dan bukan juga karena sudah menaati Hukum Taurat Musa. Di dalam Gal 3:1-14 ini dengan jelas mau memperingatkan semua orang Kristen agar tidak cepat tergoda atau mudah dipengaruhi oleh berbagai macam kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja datang untuk mencobai iman percaya kita pada ajaran Injil Kristus, tetapi Gal 3:1-14 mau memberikan pengertian yang sesungguhnya bahwa dengan mengandalkan iman percaya pada kuasa Injil Kristus itulah yang bisa menjadi jaminan keselamatan hidup kita orang Kristen. Dengan modal utama iman percaya serta adanya keyakinan dalam hati kita akan ajaran-ajaran kebenaran Injil Kristus yang kita jadikan sistem kontrol dalam kehidupan kita pasti kemungkinan yang bisa saja menggodai iman percaya kita kepada Injil Kristus tidak akan pernah berhasil untuk mengoyahkan kepercayaan iman orang Kristen pada kebenaran Injil Kristus, contoh nyatanya di Indonesia sendiri sudah ada serigala atau pengajar sesat yang berkeliaran di mana-mana misalnya saksi Yehova, pasti tidak sanggup untuk menggoyahkan iman percaya kita.
6.      Ilustrasi KJ 15:3 (BERHIMPUN SEMUA)
Berdoa dan jaga supaya jangan
penggoda merugikan jiwamu
Di dunia tegaklah kemenangan
dan dasarnya imanmu yang teguh

Kesimpulan
Dalam Galatia 3:1-14 ini intinya Paulus menunjukkan kepada kita bahwa Injil berbicara tentang keselamatan  oleh iman dan bukan oleh perbuatan atau dari Hukum Taurat

KEPUSTAKAAN
Stedman, Ray C. “Petualangan Menjelajah Perjanjian Baru” Panduan Membaca Alkitab dari
Matius hingga Wahyu. Jakarta: PT.Duta Harapan Dunia, 2009.
Jacobs,Tom. “Iman Agama” Kekhasan Agama Kristiani Menurut Santo Paulus Dalam Surat
Galatia dan Roma. Yogyakarta: Kanisius
Duyverman, M.E. Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta:  BADAN  PENERBITAN KRISTEN,1966.
Drane,John . Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 2006.
OFM, C. Gronen . Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta:Kanisius, 2000.
Cole, R.Alan.  “Tyndale New Testament Commentaries”  Revised Edition Galatians.Michigan:Wiliam B. Eerdamans Publishing Company,1989.