DIBENARKAN KARENA IMAN (PERCAYA)
Galatia 3 : 1 - 14
Kata
"iman" dan kata kerjanya "percaya" sering muncul
dalam Alkitab, dan memang merupakan istilah penting yang menggambarkan
hubungan antara umat atau seseorang dengan Allah. Di bawah
ini akan ditinjau secara singkat makna istilah itu dalam Alkitab,
khususnya dalam Perjanjian Baru. Kata "iman" yang dipakai dalam
Perjanjian Baru merupakan terjemahan dari kata Yunani πίστις (pistis),
sedangkan kata kerjanya "percaya" adalah terjemahan dari kata πιστεύω (pisteuoo).
Kata-kata ini sudah dipakai dalam Septuaginta, Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama)
dalam bahasa Yunani, sebagai terjemahan kata Ibrani ¤m' (aman), yang berarti keadaan yang benar dan dapat
dipercayai/diandalkan. Kata ini dan kata-kata sekelompoknya dalam Alkitab
Ibrani sering digunakan untuk menyatakan rasa percaya kepada Allah dan percaya
kepada firman-Nya. Percaya kepada Allah mencakup arti percaya bahwa Ia benar
dan dapat diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepada-Nya.
Percaya pada firman-Nya berarti percaya dan menerima apa yang sudah
difirmankan-Nya itu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
istilah iman dan percaya dalam Alkitab sering mengandung komponen-komponen
makna sebagai berikut:
- percaya dan
menerima bahwa sesuatu itu benar,
- mengandalkan/mempercayakan
diri
- setia, dan
- taat.
Latar Belakang Kitab Galatia
Kitab
Galatia adalah surat yang ditulis oleh Paulus untuk jemaat di Galatia.Nama
Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi tujuannya.Orang-orang Galatia adalah orang-orang yang berasal dari suku bangsa Keltik yang masa itu tinggal di Asia Kecil.
Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara
orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang
Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya
satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada
Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan
menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah
datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik
kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
Surat
Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh
ajaran-ajaran palsu. Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat
kepada ajaran yang benar. Paulus memulai suratnya ini dengan berkata
bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus. Paulus dengan tegas mengatakan
bahwa dia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul dan bukan dari manusia.
Dia juga mengatakan bahwa tugasnya ditujukan terutama untuk orang yang
bukan Yahudi (1-2). Setelah itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat
Galatia bahwa hubungan manusia dengan Tuhan diperbaharui atau menjadi baik
kembali hanya melalui percaya kepada Kristus (3-4). Di dalam
pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6), Paulus menjelaskan bahwa cinta kasih yang
timbul pada diri orang Kristen itu disebabkan karena iman percayanya kepada
Kristus. Iman percaya tersebut
akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan
Kristen, yaitu kasih.
Bagi
pandangan Paulus mengenai ciri khas agama Kristen menurut Paulus bahwa hidup
Kristiani itu sebetulnya bukan agama, setidak-tidaknya bukan agama dalam arti
yang biasa. Dalam konfrontasi dengan agama Yahudi dan kafir, Paulus mengritik
banyak aspek sosial dan yuridis dari agama. Walaupun Paulus tidak menyangkal
secara total segi lahiriah dan kultus hidup Kristinani, namun Paulus menekankan
sikap batin, yaitu iman. Paulus lebih suka membicarakan masalah iman daripada
membahas masalah agama, seperti yang dengan jelas dan tegas Paulus paparkan
dalam teks Gal 3:1-14.
Pembahasan
Ada tiga
hal penting yang dimuat oleh surat tersebut: (1) Dari sudut sejarah, Galatia
memuat pengakuan iman Kristen mula-mula yang dapat dijadikan dasar bagi
perkembangan teologi Kristen selanjutnya; (2) Dari sudut teologi, Galatia
menunjukkan rumusan teologi Paulus yang merupakan kunci dari penafsiran
terhadap pemahaman iman yang benar; (3)
Dari sudut agama, Galatia bermuatan tata-nilai moral dan etis dari pernyataan
Kristiani tentang kemerdekaan spiritual
yang benar. Surat Galatia mempunyai kedudukan yang sentral dalam Perjanjian
Baru karena sejarah dan pengajarannya. Perubahan hidup Paulus dapat dideteksi
secara jelas dalam surat Galatia. Surat ini dianggap sebagai surat yang paling
tua dari seluruh surat-surat Paulus dalam PB bahkan yang tertua dari semua
kitab yang ada dalam PB, dan surat ini ditulis di kota Korintus. Para ahli
menetapkan penulisan surat Galatia antara 48 sampai dengan 58. Waktu penulisan
surat Galatia sangat penting bagi para ahli Perjanjian Baru karena peranan
surat tersebut akan menentukan konsep teologi Perjanjian Baru secara
keseluruhan. Dan surat Galatia ini ditulis pada saat hangat-hangatnya sedang
terjadi adanya ajaran-ajaran sesat yang diajarkan oleh orang Kristen Yahudi
yang mengunjungi jemaat-jemaat di Galatia untuk menyebarkan kekristenan yang
bercorak Yahudi[2]. Surat Galatia sendiri bermuatan kontroversial antara
legalistik Yudaisme dan keselamatan hanya oleh anugerah karena iman.
Pembaca
Surat
keempat, karangan Paulus, seperti yang tercantum dalam PB dialamatkan kepada
sejumlah jemaat di daerah Galatia (Gal 1:1:2), jadi semacam surat edaran. Tidak
disebutkan nama kota-kota atau desa-desa tempat tinggal jemaat-jemaat itu,
surat Galatia ini langsung dialamatkan kepada beberapa jemaat sekaligus, yang
mungkin saja keberadaan mereka terpencar-pencar di desa-desa Galatia. Keanehan
alamat surat Galatia tersebut barang kali disebabkan oleh situasi setempat.
Mungkin sekali “jemaat-jemaat” di Galatia itu kelompok-kelompok kecil orang
Kristen yang hidup terpencar-pencar di
desa-desa Galatia. Paulus sendiri (Gal 3:1) menyapa sidang pembacanya sebagai
“orang-orang Galatia”
Tujuan
Penulisan
Paulus
menunjukkan keunggulan Injil atas Taurat:
1) Roh lebih
unggul daripada daging (3:3),
2) Iman
lebih unggul daripada melakukan hukum Taurat (3:2),
3) Dibenarkan
karena iman lebih unggul daripada karena melakukan hukum Taurat (3:8,11),
4) Diberkati
lebih unggul daripada terkutuk (3:9,10),
5) Berkat
dalam Abraham lebih unggul daripada perintah dalam Musa (3:12-14)
Kelima
hal inilah yang mau dijelaskan dengan tegas oleh Paulus kepada jemaat asuhannya
di Galatia dalam suratnya tersebut, dengan tujuan agar jemaatnya dapat kembali
berbalik kepada Injil Kristus yang sejati bukan tetap pada ajaran Injil plus
Taurat seperti yang diajarkan oleh para pengajar sesat yang sudah berusaha untuk
memutarbalikan kebenaran ajaran Injil Kristus yang sudah diajarkan Paulus
kepada seluruh jemaat asuhannya di Galatia tersebut.
Konteks
Konteks
politik
Para
pengajar sesat yang menyeludup masuk ke dalam jemaah Galatia, ternyata
mempunyai misi untuk menerapkan Injil plus Taurat itu hanya semata-mata untuk
menyudutkan posisi Paulus sebagai seorang rasul Allah, dan dalam misi mereka
juga bertujuan untuk mempengaruhi jemaat asuhan Paulus yang telah mengenal
ajaran Injil Kristus yang telah diajarkan oleh Paulus kepada orang Kristen di
Galatia. Tetapi setelah para pengajar sesat ini masuk ke dalam jemaat Galatia
mereka memfitnah Paulus dengan memfitnahnya dengan jalan menyebarkan isu bahwa
Paulus dalam pewartaan Injil menyeleweng inilah upaya para pengajar sesat itu
ingin mempengaruhi kehidupan iman jemaat Galatia yang sudah menerima ajaran
Injil Kristus dari Paulus. Dan dari upaya mereka dengan hal-hal yang di atas
mereka lakukan mempunyai tujuan politik agar jemaat asuhan Paulus tidak percaya
lagi kepada ajaran Paulus.
Konteks
sosial
Dalam
kehidupan jemaat Galatia sesuatu telah terjadi, orang-orang tertentu yang
dijuluki dengan “serigala-serigala” oleh Paulus (lih Kis 20:29), telah masuk ke
tengah-tengah jemaah Galatia. Siapakah serigala-serigala ini? Mereka ialah
kelompok yang menyebarkan Yudaisme para penganut legalisme garis keras,yang
telah datang dari Yerusalem sambil membawa apa yang disebut Paulus “Injil
asing”, yaitu campuran antara kekristenan dengan praktik-praktik Yudaisme.
Mereka melakukan penyimpangan dari Injil
yang sejati, Kepada orang-orang percaya non Yahudi ini, yang baru saja menerima
Injil Yesus Kristus yang memerdekakan
dari Paulus, para serigala ini memberitakan suatu Injil perbudakan,
suatu Injil yang penuh hukum, aturan dan ritual. Mereka menyatakan bahwa untuk
menjadi orang-orang Kristen yang sejati, orang-orang non Yahudi itu harus
disunat, menaati Taurat Musa dan menaati segala peraturan PL. Kaum
legalis ini sedang berusaha untuk memberlakukan secara paksa segala batasan dan
kewajiban ritual dari Taurat Musa.
Injil palsu para penyebar Yudaisme ini mempertahankan cangkang luar dari
kekristenan. Namun, inti dari injil palsu ini bukanlah anugerah dan iman
melainkan perbuatan. Tuhan Yesus ditempatkan pada posisi sekunder dalam injil
ini. Ketaatan kepada semua aturan dan ritual dari Taurat Musa yang lama menjadi
hal paling utama. Para penyebar Yudaisme ini menantang otoritas kerasulan
Paulus. Oleh karena itu mereka sedang berusaha untuk membuat orang Galatia
menolak otoritas Paulus sebagai seorang rasul.
Konteks
keagamaan
Permasalahan
yang dipersengketakan oleh Paulus dengan Jemaat Galatia ialah mengenai Injil
plus Taurat atau Injil palsu karena dalam kehidupan Jemaah Galatia ada
pengajar-pengajar sesat yang berusaha untuk memutarbalikkan Injil Kristus, yang
diajarkan oleh Paulus. Keberadaan keberagamaan dari jemaat Galatia sedang
digoncangkan dengan adanya kehadiran para pengajar sesat yang sangat menyerang
ajaran Injil Kristus yang telah dikenal oleh jemaat Galatia terlebih dahulu.
Inilah yang menjadi sumber kekacauan yang berusaha meracuni iman percaya jemaat
Galatia akan Injil Kristus yang tadinya sudah mereka terima dan imani
sebagai satu-satunya kebenaran. Dengan
adanya ajaran Injil plus tersebutlah yang pada akhirnya menyesatkan iman
percaya jemaat Galatia.
Konteks
kebudayaan
Budaya
dan tradisi Yahudi seperti sunat, hal ini yang sangat mempengaruhi kehidupan
dan keberadaan budaya jemaat Galatia, dalam banyak hal mereka masih mengikuti
adat-istiadat orang Yahudi, yang menganggap sunat itu sebagai adat keagamaan.
Sunat sebetulnya bukan adat keagamaan,melainkan sebagai tradisi kebudayaan.
Struktur
Galatia
3:1-5 Pemahaman tentang kehadiran Roh Kudus
Galatia
3:6-9 Berkat Iman Abraham
Galatia
3:10-14 Siapa yang ada di bawah kutuk itu?
Tafsiran
Galatia
3:1-5 Paulus langsung menyapa dengan
cara yang penuh kasih yaitu dengan menggunakan kata “bodoh” yang mana dalam
konteks ini bukanlah menunjuk kepada kata makian, (bdg Luk 24:25) kata “bodoh”
menunjuk kepada sikap. Sikap orang Galatia yang telah mengetahui suatu ajaran
yang benar, tetapi mereka dengan cepat juga dipengaruhi, di mana mereka
menerima pengajaran yang tidak ada artinya, seolah-olah mereka cepat terpesona.
Paulus hendak mengatakan bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu dilukiskan
terang di depanmu? Menurut Paulus tidak
masuk akal bahwa jemaah Galatia lekas meninggalkan Injil Kristus itu,
tersirat makna bahwa Paulus merasa sangat heran dengan kejadian yang sedang
dialami oleh jemaah Galatia yang cepat tergoda dan terpengaruh serta kembali
berubah haluan melakukan Taurat, dengan begitu memungkiri disalibnya Yesus
Kristus lagi. Sebenarnya orang Galatia sendiri harus mengakui hal ini karena
permulaan iman mereka, yaitu penerimaan Roh, terjadi sebagai akibat dari
pemberitan Iman bukan karena mereka melakukan hukum Taurat. Kehidupan rohani ialah sesuatu atau yang
diterima orang-orang Galatia dari Allah dengan cara mereka mendengarkan serta
menerima ajaran Injil Kristus. Orang-orang Galatia tidak dapat menyangkal bahwa
mereka sebagai orang Kristen memulai dengan Roh. Paulus dengan tegas memberikan
teguran dan peringatan kepada jemaah Galatia yang sebenarnya mereka sudah
menjadi Kristen dan memulai iman kepercayaan mereka dengan Roh Allah, tetapi
ketika para pangajar sesat datang masuk ke dalam jemaah Galatia mereka cepat
sekali meninggalkan Iman percaya mereka pada ajaran Injil Kristus dan berpindah
kembali melakukan hukum Taurat dalam hidup mereka, inilah yang Paulus maksudkan
dengan mengakhirinya di dalam daging. Jadi, kalau begitu mereka memulai dengan
Roh dan berakhir dengan daging, maka segala sesuatu yang mereka alami, adalah
sia-sia baik itu pengalaman indah yang menyertai Roh Kudus. Jikalau orang-orang
Galatia tidak percaya sepenuhnya kepada Yesus Kristus yang disalibkan itu maka
sia-sia semuanya pengalaman indah mereka tersebut. Masakan sia-sia kata Paulus,
maksudnya ialah penerimaan Roh itu mustahil ditiadakan seluruhnya oleh manusia.
Dalam
ayat 5 Paulus mengulangi pertanyaan yang sudah diucapkannya pada ayat 2 dan 4,
tetapi pada ayat 5 ini dilihat dari sudut lain. Jemaat-jemaat Galatia sudah
menerima Roh dan telah mengalami kekuatan secara rohani, jadi pemberian Roh
ialah sumber hidup baru dalam kehidupan jemaah Galatia, karena Allah yang
memberikan Roh itu. Dengan demikian persoalan hukum Taurat pada hakikatnya
adalah mengenai pandangan kita tentang Allah: apakah Allah bagi kita seorang
hakim, yang dari jauh menghakimi kita dan yang harus kita perdamaikan dengan
perbuatan-perbuatan baik, ataukah Allah bagi kita seorang Bapak yang memulihkan
hubungan-hubungan dengan anak-anak-Nya.
Galatia
3:6-9 Dalam ayat 6-9 Paulus
menjelaskan bahwa secara positif kebenaran oleh iman adalah sesuai dengan
Perjanjian Lama. Dalam ayat 10-12 Paulus menegaskan bahwa segi negatif yakni
dengan hukum Taurat, manusia tidak dapat dibenarkan adalah sesuai dengan
Perjanjian Lama juga. Bahwa dalam
seluruh bagian ini (ayat 6-14) tema-tema yang muncul ialah mengenai berkat iman
Abraham serta kutuk hukum Taurat. Orang-orang Galatia, sebagai anak-anak
Abraham mengambil bagian dalam berkat
iman kepercayaan Abraham. Tetapi kalau mereka mengikuti orang-orang Yudais,
mereka akan kembali takluk ke bawah hukum Taurat. Bagi Paulus hanya
kepercayaanlah yang menentukan, dan Abraham menjadi bapak orang-orang percaya
Kepercayaan itu diperhitungkan sebagai kebenaran. Artinya bukan seolah-olah
kepercayaan itu kebenaran, melainkan bahwa bagi Allah kepercayaan itu ialah
sungguh-sungguh kebenaran. Orang percaya ialah orang benar, dalam pandangan ini
kepercayaan tidak dilihat sebagai prestasi, tetapi sebagai jawaban atas janji
Allah kepada Abraham. Oleh karena itu bahwa Allah memperhitungkan kepercayaan
itu sebagai kebenaran bukanlah berdasarkan hak manusia, melainkan berdasarkan
anugerah Allah sendiri (Rm 4:4,5), Dalam hal ini orang benar ialah orang yang
diterima Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang Kristen berasal
dari kepercayaan. Mereka hidup dari iman kepada Allah, sama seperti Abraham,
begitulah ada persekutuan hakiki antara Abraham dan dengan mereka yang percaya
oleh karena itu mereka disebut, yaitu anak-anak menurut Roh seperti yang dengan
jelas dikatakan dalam ayat kunci pasal 3 ini yaitu ayat 7 “Jadi kamu lihat,
bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham”.
Dalam
kitab Kejadian kita baca bahwa dalam Abraham segala bangsa akan diberkati (Kej
12:3 18:18; 12:18; 26:4;
28:14; Kis 3:25; Rm 4:13). Cukup jelas bahwa pengaruh dari
bangsa Israel adalah jauh lebih luas. Pilihan Allah, Perjanjian-Nya, mengangkat
bangsa Israel untuk menjadi berkat bagi seluruh dunia. Dalam Perjanjian Lama
sendiri ada pandangan-pandangan yang berbeda-beda tentang peranan Israel dalam
sejarah. Paulus menafsirkan Kej 12:3 dari segi kepercayaan kepada Yesus Kristus
dengan jalan menghubungkan Kej 12:3 dengan Kej 15:6. Artinya berkat iman
Abraham (Kej 12:3) sebagai janji yang akan digenapi dalam Yesus Kristus
ditafsirkannya sebagai kebenaran oleh iman (Kej 15:6). Dengan demikian
persekutuan iman antara Abraham dengan bangsa-bangsa diartikan sebagai
penggenapan dari perjanjian yang disebut dalam Kej 12:3.
Galatia
3:10-14 Iman itu megesampingkan
Hukum Taurat. Hukum Taurat mengerjakan justru kebalikan dari berkat iman
Abraham (ayat 8). Kepada mereka yang mencari kehidupan dalam hukum Taurat harus
dikatakan: kamu berada di bawah kutuk. Dalam Ul 27:26 terkutuklah setiap orang
yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam hukum Taurat. Ul
27:26 ini dimaksudkan pada mulanya, sebagai peringatan kepada umat Israel, agar
mereka menaati hukum Taurat itu dengan sebaik-baiknya. Ada kemungkinan kecil
bahwa Paulus bermaksud mengatakan dalam
ayat 10 ini: tidak ada orang yang melakukan hukum Taurat, maka semua orang
terkutuk atau lebih jelas lagi menurut Ul 27:26, selalu ada ancaman. Jadi
walaupun kita melakukan segala sesuatu yang tertulis di dalam kitab hukum
Taurat sampai saat ini, kita belum aman terhadap waktu yang akan datang, kutuk
itu tetap mengancam, kita takkan bebas dari kutuk itu. Tetapi maksud dari
kutipan-kutipan Paulus itu bukanlah untuk memberikan bukti yang menentukan
agaknya lebih tepat bahwa kita meganggap kutipan-kutipan ini sebagai bahan
pembantu bagi argumentasi Paulus. Dalam hubungan kutipan dari Ul 27:26 ini
dipakai untuk menjelaskan dari mana kutuk itu, dan kepada siapa kutuk itu akan
ditujukan. Sebaliknya hukum Taurat harus dilakukan, siapa yang melakukannya
akan hidup (Im 18:5; bdg Rm 10:5). Tetapi kepercayaan itu bukanlah melakukan
sesuatu, melainkan menerima sesuatu. Jadi hukum Taurat itu bukan dari iman,
artinya titik tolak dari Taurat tidaklah terletak dalam kepercayaan. Mereka
yang mau hidup dari melakukan hukum Taurat, berusaha mendirikan kebenaran
mereka sendiri (Rm 10:3), hanya bila kita percaya, maka kita menyerahkan diri
kepada Allah, kita mengharapkan hidup itu dari pada-Nya, kita takluk kepada
kebenaran Allah (Rm 10:3). Demikianlah
kita dapat mengerti pertukaran luar biasa yang dilukiskan Paulus: mereka yang
mencari berkat dari melakukan hukum Taurat akan memperoleh kutuk, tetapi mereka
yang mengakui bahwa jalan melakukan hukum Taurat itu berakhir pada kutuk,
sebenarnya sudah siap untuk menerima berkat. Jadi hukum Taurat tidak
mempersiapkan seseorang untuk menerima berkat. Barulah dengan kemungkinan baru
yang diberikan dalam Injil itu, seseorang dapat menjadi merdeka. Dalam PL pada
umumnya dan Hab 2:4 khususnya istilah orang benar menunjuk kepada orang-orang
yang hidup menurut kehendak Allah, sedangkan kata ibrani “emet” dalam TB-LAI
biasanya iman berarti keteguhan, kesetiaan. Jadi Hab 2:4 kira-kira sebagai
berikut: orang baik akan tetap hidup karena kesetiaannya. Mungkin yang
dimaksudkan dengan orang baik bukanlah seseorang tetapi bangsa Israel. Paulus
sakan-akan memperdalam ucapan Habakuk ini. Orang baik, orang benar itu adalah,
menurut Paulus orang yang dibenarkan, yang menerima kebenarannya dari Allah.
Ayat
13-14 merupakan penutup dari ayat 6-14 temanya tetap berkat dan kutuk. Kutuk
itu berlaku untuk seluruh umat manusia (ayat 10), berkat adalah bagi setiap
yang hidup dari iman (ayat 7). Sudah jelas bagi Paulus iman itu adalah
kepercayaan kepada Yesus Kristus. Yesus dijadikan di bawah hukum Taurat (4:4)
dan kutuk hukum Taurat menimpa Dia, dengan demikian Ia menjadi kutuk karena
kita. Dengan jalan ini Ia melepaskan kita dari kutuk. Paulus mempergunakan
gambaran penebusan budak-budak, tetapi dalam pandangan Paulus apa yang
diperbuat oleh Kristus itulah yang diperbuat oleh Allah sendiri ( 2 Kor
5:18-21), karena itu jalan iman merupakan kebalikan dari jalan melakukan hukum
Taurat. Yesus Kristus manusia bebas itu, menebus kita, budak belian (Rm 7:14
bdg 1 Kor 6:20). Paulus berkata: Kristus menebus kita, menjadi kutuk karena
kita. Jadi bagi Paulus kutuk hukum Taurat itu bukanlah terbatas pada umat
Israel (bdg Rm 3:19, 20). Seluruh sejarah umat Israel, mulai dari perjanjian
kepada Abraham, mempunyai makna universal atau mengenai seluruh umat manusia.
Makna universal itu diwujudkan dalam Yesus Kristus (Gal 3:28). Seperti seluruh
bagian ini (ayat 6-14), Paulus memperkuat argumentasinya dengan suatu kutipan
dari hukum Taurat (Ul 21:23). Waktu
Yesus tergantung di kayu salib, Ia termasuk dalam golongan orang-orang
terkutuk, dan dengan demikian di dalam Dia berkat sampai kepada bangsa-bangsa. Di
dalam Yesus Berkat dan kutuk bertemu. Manusia tidak mau mengakui dosanya: ia
mau melarikan diri dari kutuk (Kej 3:8-18). Kristus tidak melarikan diri,
tetapi mengangkat di atas bahu-Nya (Yoh 1:29) dosa dan kutuk itu. Di dalam Dia
kutuk hukum Taurat diakui sebagai hukuman yang tepat dan syah, sehingga di
dalam Kristus hukum Taurat telah mencapai tujuannya dan kutuk telah kehilangan
ancamannya (bdg Rm 8:4: tuntutan hukum Taurat digenapi). Ayat 14b menjelaskan maksud ayat 14, berkat
itu terdiri atas penerimaan Roh yang dijanjikan, yaitu Roh Kristus (2 Kor
3:17), yang menjadikan kita anak-anak Allah (Gal 4:6).
Out Line
Khotbah: Tema : PERCAYA PADA KRISTUS
1. Apa arti percaya pada ajaran-Nya
Percaya
pada ajaran-Nya, artinya ialah agar semua orang yang sudah mengenal dan
menerima ajaran kebenaran Injil Kristus harus tetap setia dan teguh pendirian
iman percayanya kepada semua ajaran-ajaran fiman Tuhan Yesus walaupun banyak godaan, ataupun ajaran-ajaran
lain yang mungkin saja berusaha untuk menggeser arti sejati dari iman percaya
kita kepada kebenaran ajaran Injil Kristus yang sangat mulia, dan sebagai
satu-satunya ajaran keselamatan yang harus dituruti dan diterapkan dalam
tindakan kehidupan nyata kita sebagai pengikut-Nya. Jangan menduakan ajaran Kristus, tetapi
pegang dengan keteguhan hati dan iman percaya kita hanya ajaran Kristuslah yang
bisa menjadi pelita dalam langkah kehidupan kita di dunia ini.
2. Siapa yang harus percaya pada ajaran-Nya
Yang
harus percaya kepada ajaranNya adalah kita semua orang percaya yang telah
ditebus oleh pengorbanan Kritus, haruslah percaya kepada ajaranNya, walaupun
terdapat ajaran yang lain dari pengajaran Kristus yang telah kita terima.
3. Bagaimana bentuk sikap percaya pada
ajaran-Nya
Bentuk
dari sikap kepercayaan kita adalah dengan tetap melihat kepada iman kita kepada
Yesus. Di mana Tetap percaya ketika ada penggodaan artinya adalah kita yang
sudah menerima Kristus secara pribadi, sudah dibaptis, sudah disidi dan
berjanji akan terus tetap untuk mengikuti Yesus dan semua ajaran-Nya, meskipun
ada di depan mata kita dan meskipun ada berbagai godaan yang berusaha untuk
menyimpangkan iman percaya kita pada Tuhan, misalnya untuk konteks Indonesia
sekarang ini seperti kita ketahui bersama bahwa di samping ada ajaran
kekristenan yang sejati, tetapi ada juga para saksi Yehova yang berusaha keras
untuk mempengaruhi ajaran iman Kristen yang sejati dan mereka melakukan
penyimpangan pada ajaran Kristen, yaitu mereka tidak percaya bahwa Yesus
sebagai manusia sejati. Dalam kondisi seperti inilah kita sebagai orang Kristen
yang benar-benar percaya pada Yesus Kristus yang 100% manusia dan 100% Allah,
kita benar-benar dituntut oleh iman percaya kita masing-masing pada kesasihan kebaradaan Yesus yang 100% manusia
dan 100% Allah harus tetap teguh kita pertahankan jangan sampai tergoyahkan
oleh godaan dari ajaran menyimpang para saksi Yehova.
4. Mengapa harus percaya kepada ajaran-Nya
Kita
sebagai orang yang mempunyai identitas sebagai orang percaya harus mempunyai
keyakinan dalam iman kita bahwa kita harus percaya kepada ajaranNyalah yang
hanya menuntun kita ke dalam jalan yang benar dan dengan kepercayaan kepada
ajaranNyalah kita akan diselamatkan.
5. Pesan dan Relevansi:
Tujuan
Penulis Bagi Jemaat Galatia Pada Zaman Itu
Tujuan
utama Paulus menulis serta mengirimkan suratnya kepada jemaah Galatia ialah
agar jemaah Galatia jangan cepat-cepat tergoda serta mau mengikuti ajaran dari
para serigala yang berusaha untuk mengubah paradigma jemaah Galatia tentang
ajaran Injil Kristus yang sudah disampaikan oleh Paulus kepada jemaah asuhannya yang terpencar-pencar di
Galatia ini. Paulus berjuang keras melakukan pembelaan terhadap Injil Kristus
demi membawa kembali jemaah asuhannya itu agar bisa tetap teguh iman percaya
mereka kepada Injil Kristus yang pernah Paulus sampaikan kepada jemaahnya waktu
kedatangan Paulus yang pertama kali di Galatia. Dan Paulus menegur dengan tegas
bahwa jemaahnya sepertinya sudah ada yang terpengaruh dengan ajaran para
penyesat yang menjadi saingan Paulus, karena mereka memberikan pengajaran yang
mengarah kepada ritual-riutal atau
tradisi seperti sunat dan Hukum Taurat, mereka sangat menekankan agar dengan
melakukan sunat serta menaati Taurat Musa maka jemaah akan selamat semuanya.
Makanya Paulus mengatakan kepada jemaah asuhannya agar mereka tetap kembali
untuk memperjuangkan Injil Kristus.
Bagi
Kekristenan atau Orang Percaya atau Gereja Saat Ini.
Dalam
Galatia 3:1-14 ini Paulus mau menunjukkan kepada kita sumber kehidupan dari
orang yang benar, yang telah dibenarkan di dalam Kristus. Inilah yang mau
disuarakan oleh Paulus lewat Galatia 3:1-14, menyuarakan kemerdekaan orang
Kristen, ekspresi tertinggi dari kehidupan dan iman. Keselamatan oleh iman
selalu merupakan anugerah oleh iman baik di Perjanjian Lama maupun dalam
Perjanjian Baru. Surat Galatia pasal 3 ini mau menjawab pertanyaan tentang
seperti apakah kehidupan orang Kristen yang sesungguhnya, yang mana jawabannya
ialah kemerdekaan di dalam iman percaya kepada ajaran Injil Yesus Kristus bukan
kemerdekaan yang didasarkan kepada perbuatan baik yang sudah orang Kristen
lakukan, dan bukan juga karena sudah menaati Hukum Taurat Musa. Di dalam Gal
3:1-14 ini dengan jelas mau memperingatkan semua orang Kristen agar tidak cepat
tergoda atau mudah dipengaruhi oleh berbagai macam kemungkinan-kemungkinan yang
bisa saja datang untuk mencobai iman percaya kita pada ajaran Injil Kristus,
tetapi Gal 3:1-14 mau memberikan pengertian yang sesungguhnya bahwa dengan
mengandalkan iman percaya pada kuasa Injil Kristus itulah yang bisa menjadi
jaminan keselamatan hidup kita orang Kristen. Dengan modal utama iman percaya
serta adanya keyakinan dalam hati kita akan ajaran-ajaran kebenaran Injil
Kristus yang kita jadikan sistem kontrol dalam kehidupan kita pasti kemungkinan
yang bisa saja menggodai iman percaya kita kepada Injil Kristus tidak akan
pernah berhasil untuk mengoyahkan kepercayaan iman orang Kristen pada kebenaran
Injil Kristus, contoh nyatanya di Indonesia sendiri sudah ada serigala atau
pengajar sesat yang berkeliaran di mana-mana misalnya saksi Yehova, pasti tidak
sanggup untuk menggoyahkan iman percaya kita.
6. Ilustrasi KJ 15:3 (BERHIMPUN SEMUA)
Berdoa
dan jaga supaya jangan
penggoda
merugikan jiwamu
Di dunia
tegaklah kemenangan
dan
dasarnya imanmu yang teguh
Kesimpulan
Dalam
Galatia 3:1-14 ini intinya Paulus menunjukkan kepada kita bahwa Injil berbicara
tentang keselamatan oleh iman dan bukan
oleh perbuatan atau dari Hukum Taurat
KEPUSTAKAAN
Stedman, Ray C.
“Petualangan Menjelajah Perjanjian Baru” Panduan Membaca Alkitab dari
Matius hingga Wahyu.
Jakarta: PT.Duta Harapan Dunia, 2009.
Jacobs,Tom. “Iman
Agama” Kekhasan Agama Kristiani Menurut Santo Paulus Dalam Surat
Galatia dan Roma.
Yogyakarta: Kanisius
Duyverman, M.E.
Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta:
BADAN PENERBITAN KRISTEN,1966.
Drane,John . Memahami
Perjanjian Baru. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia, 2006.
OFM, C. Gronen .
Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta:Kanisius, 2000.
Cole, R.Alan. “Tyndale New Testament Commentaries” Revised Edition Galatians.Michigan:Wiliam B.
Eerdamans Publishing Company,1989.