Penafsiran Ayat Ibrani 13:8
Teks tanpa konteks, hanyalah alat bagimu untuk membuatnya berarti apa saja sesuai keinginanmu! Ini adalah adagium penting dalam eksegesis Alkitab, bahkan dalam membaca literatur mana pun. Begitu Anda mencomot sebuah teks keluar dari konteksnya, Anda dapat memberinya arti apa saja yang sebenarnya tidak dimaksudkan sama sekali di dalam konteksnya.
Salah satu teks Alkitab yang paling sering disalahgunakan (misused) adalah Ibrani 13:8, “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini sampai selama-lamanya.” Teks ini sangat sering dicomot keluar dari konteksnya oleh para pengkhotbah Injil Kemakmuran (the posperity Gospel), termasuk para pengkhotbah yang getol mengkhotbahkan mukjizat yang menghubungkan proposisi dari teks tersebut dengan berbagai mukjizat yang dilakukan Yesus. Intinya, mereka menyerukan, karena Yesus tetap sama baik kemarin maupun hari ini, maka jika dulu Ia melakukan berbagai mukjizat, maka sekarang pun Ia akan melakukan hal yang sama!
Penarikan inferensi logis seperti di atas, pada kesempatan pertama, langsung dapat direduksi menjadi sebuah absurditas. Misalnya, Yesus dulu mati, namun karena Ia tetap sama baik kemarin maupun hari ini, maka sekarang Ia tetap mati. Absurd, bukan?
Kita akan terhindar dari absurditas seperti di atas kalau kita sadar akan salah satu hal penting dalam eksegesis, yaitu bahwa makna teks ditentukan oleh konteksnya. Dan konteks di sini adalah konteks dekatnya (immediate context), konteks kitab (book context), dan konteks keseluruhan Alkitab (canonical context). Jika kita membaca Ibrani 13:8 dengan memperhatikan lapisan-lapisan konteks ini, kita mendapati arti yang sama sekali berbeda dari cara membaca absurd di atas.
Sebelum Ibrani 13:8, ada Ibrani 13:7 yang menyatakan, “Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.” Di sini, penulis Surat Ibrani menasihati para pembacanya untuk memperhatikan bagaimana para pemberita firman bertekun dengan tetap percaya kepada Tuhan bahkan ketika mereka harus membayar itu dengan nyawa mereka (bnd. Ibr. 11).
Di dalam keseluruhan konteks Surat Ibrani, penulisnya menasihati para pembacanya untuk mengimitasi para pahlawan iman tersebut, yang bertekun memberitakan Injil hingga menghadapi maut.
Di dalam konteks kanonikalnya, Yesus pun memberikan teladan serupa. Dia yang adalah Allah, menjadi Manusia, bertekun menghadapi penderitaan bahkan mengalami cara kematian yang paling hina pada masa itu, disalibkan. Dan inilah Injil yang diberitakan oleh para rasul (1Kor. 15:3-5) yang harus mereka proklamasikan dengan menanggung banyak penderitaan bahkan menjadi martir. Mereka bertekun karena Kristus menjadi teladan mereka dan karena Kristus menyertai serta menolong mereka untuk bertekun.
Dengan menasihati para pembacanya untuk mengimitasi para pemberita firman tersebut, penulis Surat Ibrani hendak menyatakan bahwa Yesus yang telah menolong mereka untuk bertekun hingga akhir, akan menolong para pembaca surat itu juga untuk bertekun meski mereka harus menghadapi bermacam-macam penderitaan bahkan mengalami maut karena Injil Kristus. Yesus Kristus tetap sama baik kemarin maupun hari ini, dalam konteks ini! (Disalin dari situs Verbum Veritatis).