Rabu, 18 Juni 2014

Tinjauan Kritis atas Warta GBI PRJ (CK-7) 15 Juni 2014

BERJUANGLAH MEMASUKI PINTU YANG SESAK ITU

 

Pendahuluan

Dalam salah satu renungan warta gereja GBI CK7 di PRJ pada tanggal 15 Juni 2014 yang merupakan PESAN GEMBALA SIDANG yang diberi judul “BERJUANGLAH MEMASUKI PINTU SESAK ITU” yang tampaknya dikutip dari Matius 7:13 (parallel Luk 13:24),  yang merupakan rangkaian pengajaran Tuhan Yesus dalam serial KHOTBAH DI BUKIT (Mat 5-7).

Dalam Warta Jemaat tersebut ditekankan mengenai pengajaran doktrin keselamatan (sotereologi) yang pada intinya mengajarkan bahwa keselamatan bagi orang Kristen harus diusahakan, dikerjakan dan dijaga sedemikian, sebab tidak ada jaminan bahwa orang Kristen pasti selamat masuk Surga. Diberikan ilustrasi tentang seseorang yang akan bepergian dengan menggunakan kereta api dari Jakarta ke Surabaya, di mana dikatakan orang yang membeli tiket tersebut belum tentu sampai ke Surabaya seandainya dia memutuskan untuk turun di Semarang.

Artinya pengajaran (doktrin) yang ingin disampaikan ialah bahwa keselamatan bagi orang Kristen juga tidak pasti, bergantung pada dirinya sendiri, kemampuan dirinya untuk mengerjakan keselamatan itu (Filipi 2:12).

Tulisan ini berusaha untuk mengeksegesa ayat-ayat yang dipakai untuk menyokong ide yang ditulis dalam warta tersebut, bukan dengan maksud untuk menghakimi atau berdebat, tetapi biarlah secara kontekstual dan obyektif dengan menggunakan prinsip-prinsip hermeneutik secara alkitabiah,  kebenaran itu akan kita lihat bersama.

Pertama-tama akan dibahas dari teks yang dipakai dalam Matius 7:13 yang merupakan bagian dari rangkaian KHOTBAH DI BUKIT dengan paralelisasi dalam Lukas 13:24, lalu dilanjutkan dengan pembahasan dari Filipi 2:12-13.

 

Khotbah di Bukit

Khotbah di bukit yang merupakan rangkuman dari pelbagai khotbah Yesus. Demikian Matius menampilkan keseluruhan ajaran Yesus secara singkat dan menyeluruh, tetapi dengan tepat menunjukkan ciri khas ajaran "baru" dari Yesus. Ajaran "baru" itu merupakan "jalan hidup yang baru" pula (orang kristen perdana menyebut diri pengikut Jalan Tuhan, bdk. a.l. Kis Rasul 9,2; 19,23; 22,4). Mereka yang mengikuti Yesus memulai satu era baru hubungan manusia dengan Allah, mereka masuk ke dalam suatu cara hidup yang baru (baca: dalam Kerajaan Allah), yang dapat dibandingkan dengan permulaan hidup baru Israel di kala menerima aturan hidup baru di gunung Sinai (bdk. metafora "Yesus naik ke bukit", yang bagi telinga Yahudi berbunyi seperti "Musa naik ke bukit Sinai").

Khotbah di bukit dibuka dengan kedelapan Sabda Bahagia, yang bagi hidup kristiani sangat menentukan, sama seperti kesepuluh perintah Allah bagi orang Yahudi.

Tapi yang menarik dari "perintah baru" ini adalah: ia tidak mengatakan "apa yang harus dilakukan oleh orang Kristen", melainkan "apa yang akan terjadi bila mereka hidup dalam Kerajaan Allah". Mereka akan miskin, berhati murni, berbelaskasih, cinta akan damai dan kebenaran, dan karenanya akan dibenci dan dikejar orang. Kendati demikian "cara hidup" seperti ini mereka sebut "hidup yang berbahagia", sebab mereka hidup dalam Kerajaan Allah, memiliki hubungan yang khusus dengan-Nya, menjadi anak-anak-Nya, dan seluruh dunia adalah milik mereka. Itulah jalan baru, horizon atau suatu pandangan hidup yang baru!

Jadi tidak ada kaitannya dengan cara hidup supaya masuk Surga (karena masuk Surga tidak mudah), yaitu dengan kewajiban melakukan 4 hal penting (Warta alinea pertama) yaitu :

1.      Harus hidup sesuai kebenaran

2.      Akan mengalami aniaya sebagai bukti tidak kompromi dengan dunia

3.      Harus mengasihi musuh

4.      Menyangkal diri

Dikatakan secara eksplisit dalam alinea kedua warta tesebut sbb :

Masuk Surga itu tidak mudah ! Sekarang banyak pengajaran-pengajaran yang berkata, “Masuk Surga itu gampang, tetapi ke luar Surga itu susah!” Tetapi saya mau memberitahu saudara, “Masuk Surga itu tidak mudah!” Karena itu saudara harus berjuang melalui pintu yang sempit itu. Saya harus meng-counter banyak pengajaran yang berkata, “Tuhan Yesus sudah membayar begitu mahal dengan darahNya, masa Saudara tidak masuk Surga ? Meskipun engkau jatuh bangun dalam dosa dan hidupmu kacau!” Itu omong kosong ! Saudara harus berhati-hati dengan pengajaran seperti ini.    

Jadi kesan utama yang diajarkan dalam warta tersebut adalah menghantam teologi yang mengajarkan bahwa keselamatan hanya melalui anugerah (saved by grace alone) semata, tidak ada andil manusia di dalamnya dan yang kedua adalah menghantam pengajaran bahwa “sekali selamat tetap selamat”. Masalahnya adalah tepatkah penafsiran yang dibangun atas ayat-ayat yang dipilih tersebut ?

Patut dipahami bersama bahwa ketika Tuhan Yesus mengatakan : Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; (Mat 7:13 ), sebetulnya dalam konteks ini Tuhan Yesus sedang mengoreksi pandangan teologis orang Yahudi yang merasa bahwa karena mereka keturunan lahiriah Abraham, sehingga secara otomatis akan diberkati dan masuk Surga. Jadi tidak ada urusannya bila kritik itu ditujukan kepada orang Kristen tertentu yang memegang doktrin keselamatan yang merupakan anugerah dan tidak perlu kita kerjakan lagi. Adalah sangat tidak tepat dan naif bila ingin menyamakan ajaran Kristen tersebut dengan orang Yahudi yang mendasarkan ajaran keselamatan Yudaisme sebagai keturunan Abraham. 

 

Tuhan Yesus memakai metafora yang umum diterima oleh budaya filosofis masyarakat bahwa jalan yang benar adalah jalan yang susah yang membuat orang harus berjuang di dalamnya. Jadi sekali lagi bahwa dalam hal ini Tuhan Yesus tidak sedang mengajarkan keselamatan melalui cara-cara atau perbuatan yang harus diperjuangkan sedemikian sulitnya (saved by works), tetapi untuk mengoreksi pandangan keselamatan otomatis karena keturunan, atau pada konteks masa kini bahwa seseorang yang dilahirkan dari keluarga atau keturunan suku yang mayoritas sudah Kristen, maka orang tersebut sudah pasti diselamatkan.

Lalu dalam ayat paralelisasinya ketika Tuhan Yesus menjawab : "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. (Luk 13:24) atas pertanyaan di ayat 23 Tuhan sedikit sajakah orang diselamatkan ?” (Luk 13:23) 

Pertanyaan ini dilatarbelakangi oleh salah satu dari 2 hal di bawah ini:

1.      Hanya sedikit orang yang ikut Yesus.

2.      Pandangan orang Yahudi pada jaman itu bahwa orang Yahudi akan selamat secara otomatis, sedangkan bangsa-bangsa lain tidak akan bisa selamat.

Yesus menjawab dengan memberikan suatu perintah (ay 24a).

Ada beberapa hal yang bisa kita bahas dari ay 24a ini: Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!

1)      Dengan kata-kata dalam ay 24a itu Yesus sebetulnya bukan menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya dalam ay 23 itu, tetapi Ia menjawab seolah-olah pertanyaannya adalah: ‘Bagaimana caranya supaya selamat?’

 

2)      ‘Pintu yang sesak’ (bdk. Mat 7:13-14).

Ini menggambarkan bahwa hidup kristen itu bukanlah hidup yang mulus dan enak, tetapi sebaliknya sangat berat dan penuh dengan kesukaran! Alangkah berbedanya ajaran Yesus ini dengan ajaran populer jaman ini yang mengatakan bahwa kalau ikut Yesus pasti akan kaya, sembuh dari semua penyakit, bebas dari semua problem dsb!

3) ‘Berjuanglah!’

a.       Kalau ini merupakan cara untuk mendapat keselamatan, apakah itu berarti bahwa Yesus mengajarkan doktrin sesat ‘Salvation by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik)? Tentu saja tidak, karena pada ayat-ayat yang lain, Yesus mengatakan bahwa kita dapat selamat karena iman / percaya (Yoh 3:15,16,18,36 Yoh 6:47 dsb).

Lalu mengapa di sini Ia berkata bahwa untuk selamat kita harus berjuang?

o   Mengoreksi pandangan teologis orang Yahudi yang bisa selamat secara otomatis.

o   Karena iman yang benar pasti akan menyebabkan orangnya berjuang. Orang yang hanya mengaku sebagai orang percaya, tetapi tidak mau berjuang, jelas sebetulnya bukanlah orang percaya (bdk. Fil 2:12) yang akan dibahas selanjutnya.

 

b.      Kata ‘berjuanglah’ diterjemahkan dari kata bahasa Yunani γωνζεσθε  baca :agonizeste.

Ini adalah suatu istilah yang diambil dari gelanggang gulat dalam Grecian Games (= pesta olah raga Yunani), sehingga jelas bahwa kata itu mencakup arti ‘bergumul / bergulat’.

Disamping itu, dari kata agonizeste itu diturunkan kata bahasa Inggris agony (= penderitaan yang hebat) atau to agonize (= menderita sekali). Dan secara implisit ini menunjukkan bahwa dalam perjuangan yang diwajibkan Yesus itu, kita pasti akan meng-alami banyak penderitaan, termasuk penderitaan yang sangat hebat sekalipun!

c.       Selanjutnya kata agonizeste itu adalah suatu kata perintah yang ditujukan kepada ‘orang kedua bentuk jamak’. Perhatikan juga ay 24a: ‘Jawab Yesus kepada orang-orang di situ‘. Semua ini jelas menunjukkan bahwa perintah ini ditujukan bukan hanya kepada si penanya, tetapi kepada semua yang hadir saat itu, dan tentu saja juga kepada kita.

 

d.      Hal penting lainnya adalah bahwa kata agonizeste itu ada dalam bentuk present imperative (= kata perintah dalam bentuk present / sekarang). Berbeda dengan aorist imperative (= kata perintah dalam bentuk aorist / lampau) yang digunakan bila orang yang memberi perintah itu menghendaki supaya perintahnya dilakukan hanya 1 x saja, maka present imperative digunakan kalau orang yang memberikan perintah itu menghendaki supaya perintahnya dilakukan terus-menerus. Jadi dari bentuk present imperative ini bisa kita dapatkan bahwa Yesus bukan hanya menghendaki kita berjuang satu kali saja, atau kadang-kadang saja berjuang, tetapi terus menerus berjuang!

 

Kerjakan keselamatanmu

ITB  Philippians 2:12-13 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,

karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

 

KJV  Philippians 2:12-13 Wherefore, my beloved, as ye have always obeyed, not as in my presence only, but now much more in my absence, work out your own salvation with fear and trembling.

For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure.

 

NAU  Philippians 2:12-13 So then, my beloved, just as you have always obeyed, not as in my presence only, but now much more in my absence, work out your salvation with fear and trembling;

for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure.

 

BGT  Philippians 2:12-13 στε, γαπητο μου, καθς πντοτε πηκοσατε, μ ς ν τ παρουσίᾳ μου μνον λλ νν πολλ μλλον ν τ πουσίᾳ μου, μετ φβου κα τρμου τν αυτν σωτηραν κατεργζεσθε·

θες γρ στιν νεργν ν μν κα τ θλειν κα τ νεργεν πρ τς εδοκας.

 

Jika kita melihat ayat 12-13 secara sekilas pun kita dengan mudah akan menemukan bahwa inti dari bagian ini terletak pada kalimat perintah di ayat 12, yaitu kerjakanlah keselamatanmu. Bagian lain dari ayat 12-13 hanya menjelaskan inti tersebut. Apa yang dimaksud dengan perintah ini? Apakah perintah ini tidak bertentangan dengan ajaran Paulus yang lain tentang keselamatan adalah anugerah (Rom 3:28; Ef 2:8-9)?

 

Penyelidikan yang lebih teliti menunjukkan bahwa nasehat ini tidak bertentangan dengan doktrin anugerah. Pertama, kata kerja κατεργζomai  baca : katergazomai (“kerjakanlah”) sebenarnya lebih bermakna “menyelesaikan” (Ef 6:13), bukan menghasilkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Ayat ini berarti “work out your salvation” (mayoritas versi Inggris), bukan “work for your salvation”.

 

Kedua, kata “mu” dalam frase “keselamatanmu” dalam bahasa Yunani berbentuk jamak. Pemakaian bentuk jamak ini menunjukkan bahwa Paulus tidak sedang membicarakan keselamatan pribadi-pribadi. Ia sedang membahas keselamatan secara komunal. Ia sebenarnya menasehatkan jemaat di Filipi sebagai sebuah komunitas untuk menunjukkan pola hidup tertentu yang membuktikan bahwa mereka memang sudah diselamatkan. Dalam konteks pasal 2, hal ini berhubungan dengan kasih sesama orang percaya (2:1-4, 14-15; 4:2). Nasehat yang hampir serupa dengan ayat ini terdapat di Filipi 1:27 “hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus”. Dengan menunjukkan diri sebagai komunitas yang punya gaya hidup sesuai Injil, jemaat Filipi akan mampu menjadi teladan bagi orang-orang luar yang memusuhi mereka (1:27-28; 2:15).

 

Dari pembahasan di atas terlihat bahwa nasehat untuk mengerjakan keselamatan sebenarnya sama dengan nasehat untuk hidup sesuai dengan status yang sudah diselamatkan. Dalam istilah yang lebih sederhana, mengerjakan keselamatan sebenarnya sama dengan hidup sesuai firman Tuhan (ketaatan). Hal ini juga terlihat dari kalimat di ayat 12 “kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu”. 

Jadi Filipi 2:12-13 bukanlah berbicara keselamatan itu harus dikerjakan, karena keselamatan itu dapat hilang. Kalau demikian apa yang dimaksud dengan “kerjakanlah keselamatanmu?”

 

Bentuk ketaatan (pengerjaaan keselamatan), ayat 12 

 

Dalam bagian ini kita akan melihat 3 macam ketaatan yang dituntut Allah dari kita.

 

1.      Harus konsisten.

Di awal ayat 12 Paulus mengatakan “kamu senantiasa taat, karena itu...”. Hal ini jelas merujuk pada konsistensi ketaatan yang sudah ditunjukkan jemaat Filipi mulai dari awal pelayanan Paulus di sana (Kisah Rasul 16) sampai waktu Paulus menulis surat. Ketika ia mulai memberitakan Injil di Filipi, beberapa orang langsung menerima firman itu (Kis 16:14, 32-33). Ketika ia berada di tempat lain, jemaat Filipi tetap mendukung pemberitaan Injil (Flp 4:10, 15-16). Mereka tetap bertahan dengan penganiayaan yang terus-menerus mereka alami (Flp 1:28-30). Ketika Paulus menulis surat ini pun jemaat Filipi telah memberikan bantuan untuk pekerjaan misi (Flp 2:25). Paulus tidak puas hanya pada ketaatan mereka dari dulu sampai sekarang. Ia ingin agar mereka terus mengerjakan keselamatan mereka (taat).

 

2.      Tidak dibatasi situasi apapun.

Paulus menambahkan bahwa ketaatan jemaat Filipi harus dilakukan “bukan hanya waktu aku hadir, tetapi terlebih waktu aku tidak hadir”. Dalam sebagian versi Inggris, frase ini dihubungkan dengan “kamu senantiasa taat”, bukan “kerjakan keselamatanmu”. Dari sisi tata bahasa dan konteks surat Filipi, frase tersebut sebaiknya dihubungkan dengan “kerjakan keselamatanmu” (LAI:TB). Pertama, kata Yunani me (baca : “me” artinya “bukan”) seringkali dipakai untuk menerangkan kalimat perintah. Dalam ayat ini “kerjakan keselamatanmu” berbentuk kalimat perintah (imperatif), sedangkan “kamu senantiasa taat” merupakan kalimat pernyataan (indikatif). Kedua, ide tentang kedatangan Paulus dalam surat Filipi bukan merujuk pada kedatangannya yang dulu (Kis 16). Kedatangan ini bersifat futuris, seandainya Paulus berhasil bebas dari penjara (1:26 dan 2:23-24). Ia belum tahu apakah ia akan bebas atau dihukum mati (1:20-26), karena itu berpesan pada jemaat Filipi untuk tetap mengerjakan keselamatan (taat) baik ia ada atau tidak ada. Tambahan ini perlu ditegaskan Paulus, karena jemaat Filipi sangat dekat dan mengasihi dia. Mereka bisa terjebak pada ketaatan yang semu, yaitu taat hanya karena faktor Paulus (hamba Tuhan) saja. Ketaatan seperti ini jelas tidak tepat. Hamba Tuhan memang harus menjadi teladan bagi jemaat (1Kor 11:1; 1Tim 4:12), tetapi jemaat harus berfokus pada Tuhan (Mat 11:29). Intinya, ketaatan kita tidak boleh dipengaruhi oleh situasi tertentu.

 

3.      Didasari hormat pada Allah.

Paulus menasehatkan agar jemaat Filipi tetap mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Sekilas konsep ini terkesan aneh, karena dasar ketaatan seharusnya adalah kasih (Mat 22:37-40), bukan ketakutan. Kesan ini akan hilang apabila kita ingat bahwa Allah memang seringkali menghukum umat-Nya agar mereka takut dan taat kepada-Nya. Takut di sini dimaksudkan agar mereka lebih hormat pada kekudusan Allah. Dalam tulisan Paulus, ungkapan “dengan takut dan gentar” muncul beberapa kali dengan makna “hormat”, tanpa selalu melibatkan unsur hukuman. 2 Korintus 7:15 mencatat bahwa Titus diterima jemaat Korintus dengan takut dan gentar. Maksudnya, ia diterima dengan penuh hormat, karena ia mewakili Paulus. Dalam Efesus 6:5 Paulus menasehati para budak agar taat kepada tuan mereka dengan takut dan gentar. Tidak ada ketakutan karena hukuman yang diindikasikan di Efesus 6:5-8. Takut dan gentar berarti dengan sikap hormat. Begitu pula ketaatan kita kepada Allah harus didasarkan pada rasa hormat terhadap kekudusan Allah. Kita taat bukan karena sungkan terhadap orang lain, tuntutan sosial, takut kalau berdosa nanti ketahuan, dan sebagainya. Kita taat karena kita menghormati kekudusan Allah.

 

 

Kekuatan untuk taat (pengerjaaan keselamatan), ayat 13

Jenis ketaatan yang dituntut di ayat 12 tampaknya sangat sulit untuk dilakukan, karena itu Paulus menjelaskan rahasia kita bisa melakukan itu (band. kata sambung “karena” di awal ayat 13). Rahasianya terletak pada diri Allah. Allah yang mengerjakan kekuatan dari dalam diri kita νεργεw (baca : energeo). Kata νεργεw (baca : energeo) muncul 20 kali dalam PB, 18 di antaranya dipakai oleh Paulus. Arti yang terkandung di dalam kata ini adalah “bekerja dengan penuh kekuatan” (Gal 2:8; 3:5; 5:6; Ef 2:2).

Allah memampukan kita untuk mau (θλo baca : telo) dan mampu (νεργεw baca : energeo) untuk  menaati Dia. Natur kita yang tercemar oleh dosa cenderung tidak bisa konsisten dalam menaati Allah. Kita seringkali taat dalam situasi-situasi tertentu saja. Kita juga tidak jarang menaati Allah tapi dengan motivasi/dasar yang salah. Melalui intervensi Allah dalam diri kita, kita diberi kemauan dan kemampuan. Tugas kita adalah berserah pada pimpinan Allah. 

 

Kesimpulan

1.      Berjuanglah melalui pintu yang sesak itu (dikutip dari Matius 7:13), bukanlah berbicara bahwa setiap orang Kristen harus berjuang supaya pada akhirnya selamat. Justru sebaliknya bahwa karena sudah dalam status yang baru (selamat), maka perlu tuntunan cara hidup yang baru dan dengan sudut pandang yang baru tentang hidup berbahagia (konteks Khotbah di Bukit).

2.      Kerjakan keselamatanmu (Fil 2:12) juga bukan berbicara bahwa karya Kristus di Salib harus dilengkapi, sehingga setiap orang Kristen harus mengerjakan keselamatan itu. Mengerjakan keselamatan (work out bukan work for) adalah juga gaya hidup yang baru yang harus dikerjakan secara terus menerus, supaya sesuai (sepadan) dengan panggilan keselamatan yang sudah diterima oleh setiap orang percaya. 

3.      Pemakaian ayat-ayat dalam Alkitab haruslah cermat sesuai konteks dan kontentnya yang didukung dengan prinsip-prinsip penafsiran secara bertanggung jawab dan dibuktikan secara biblika untuk mendukung suatu ide dan pengajaran yang akan disampaikan.

4.      Pendapat yang dibangun dari nuansa ayat-ayat Matius 7:13  dan Filipi 2:12 tidak dapat dipakai untuk mendukung pengajaran bahwa keselamatan harus dikerjakan secara sulit (baca : melalui pintu yang sesak), apalagi untuk melawan pengajaran keselamatan tidak dapat hilang (sekali selamat tetap selamat = once saved always saves) atau keselamatan yang sudah pasti  merupakan jaminan kekal / masuk Surga.

 

Penutup

Dari semua penjelasan tersebut jelaslah bahwa ayat-ayat yang dipakai bukanlah melemahkan pengajaran bahwa keselamatan itu benar-benar anugerah yang dikerjakan oleh Allah semata untuk kita manusia berdosa, tetapi sebaliknya malah menguatkannya. Bahkan untuk berperilaku (baca : mengerjakan) sesuai dengan panggilan keselamatan itupun kita tetap membutuhkan anugerah Allah untuk mengerjakannya.  Karena itulah mungkin saja kita dapat jatuh bangun di dalamnya, tetapi hal itu bukan dikerjakan supaya kita selamat, tetapi sebagai bukti bahwa kita telah diselamatkan, sehingga kita harus ‘menghidupi’ keselamatan yang kita telah terima secara cuma-cuma. Karya penebusan Kristus di atas kayu Salib menghasilkan keselamatan untuk semua orang yang percaya, sehingga memastikan kita untuk masuk ke Surga.

Kekristenan berbeda secara esensi dengan iman kepercayaan lain yang bersifat "orthopraxy" atau "right practice", yang mengajarkan bahwa untuk memperoleh keselamatan, yang perlu dilakukan adalah berlaku baik dan hidup menurut jalan yang telah ditentukan dalam doktrin, syari'ah dan fikih-nya. Sebaliknya, kepercayaan Kristen lebih menekankan pada "orthodoxy" atau "right belief" (Anis A. Bether)

Dikompilasi dari berbagai sumber