ALLAH TRITUNGGAL
(bagian dua-habis)Apakah Tuhan Yesus kontradiktif dengan diriNya sendiri ketika berkata kepada para penentangnya, "Aku dan Bapa adalah satu (Yoh 10:30), lalu pada kesempatan lain berkata kepada murid-muridnya, "BapaKu lebih besar dari padaKu: (Yoh 14:28) ?
Jawabannya adalah tidak ada pertentangan dan kedua pernyataan paradoks tersebut adalah benar.
Boettner menjelaskan : "Penundukkan (subordinasi) Anak kepada Bapa, dan Roh kepada Bapa dan Anak, tidak berhubungan dengan esensi keallahan, tetapi hanya berkenaan dengan pembagian kerja dalam karya penciptaan dan penebusan". Perbedaan ini disebut sebagai perbedaan di antara the ontological trinity dan the economical trinity. Allah Bapa dan Allah Anak memiliki esensi yang sama, tetapi Allah Bapa mengutus AnakNya. Allah Bapa dan Allah Anak mengutus Allah Roh Kudus (Yoh 14:26; 15:26).
Paulus menulis : "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah" (I Kor 11:3). Ini adalah masalah fungsional bukan masalah esensi posisi. Dalam Kristus, "tidak ada perbedaan laki-laki atau perempuan" (Gal 3:28). Kedua pembedaan itu adalah satu di dalam Allah adalah sejajar dalam esensi pembenaran, pengudusan dan pemuliaan (justification, sanctification, glorification). Posisi laki-laki tidak lebih tinggi dari perempuan dalam hal karya penyelamatan Allah. Walaupun dalam keluarga ada pengaturan otorisasi tugas tanpa ada konflik di antaranya. Ide yang hampir sama berlaku juga untuk Tritunggal. Ada kesejajaran dari Pribadi Pribadi Allah itu; salah satu Pribadi tidak lebih "bernatur Allah" dari yang lain, tetapi dalam rencana keselamatan, ada pembagian peran otoritatif sesuai dengan tujuan pencapaian masing-masing dalam acuan satu kerangka rencana yang sama.
Penolakkan Tritunggal
Salah satu bagian dari gerakan Pantekosta kontemporer mengacu kepada modalistic trinitarianism. Biasanya mereka menamakan dirinya sebagai kelompok "Jesus Only", yang mengklaim bahwa Tuhan tidak hanya satu dalam esensinya tetapi juga satu dalam PribadiNya. Pada suatu saat Allah mewahyukan diriNya sebagai Pribadi Allah Bapa pada 2000 tahun; lalu Ia memanifestasikan diriNya menjadi Allah Anak; dan sekarang dalam model sebagai Allah Roh Kudus. Oleh sebab itu penamaan "Bapa, Anak dan Roh Kudus" diberikan kepada tiga model manifestasi Allah dalam pewahyuan diriNya. Pandangan ini tidak dapat secara tepat menjelaskan ayat dalam Yoh 15:26 : " Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku". Bagaimana tiga model Allah berada dalam eksistensi pada saat yang sama dan menunjukkan kepada Pribadi yang sama ?
Penolakkan terbesar dari konsep Tritunggal ini datang dari sekte Saksi saksi Yehovah. Mereka menyangkal bahwa Allah Anak sejajar dengan Allah Bapa. Akar dari ajaran mereka adalah aliran Arianisme yang menyangkal keillahian Anak dan Roh Kudus. Anak adalah ciptaan yang pertama
dari Bapa, jadi Anak mempunyai awal, berbeda hakekat dengan Bapa dan lebih
rendah tingkatnya daripada Bapa (dalam hal hakekatnya). Roh
Kudus adalah ciptaan yang pertama dari Anak dan lebih rendah tingkatnya
daripada Anak.
Penafsiran mereka berangkat dari teks Yohanes 1:1 yang menyatakan bahwa bahasa aslinya tidak menunjukkan bahwa Yesus ("Sang Firman") adalah "Allah", tetapi bahwa ia "seperti Allah" atau "ilahi" atau "suatu allah". Beberapa pakar menyatakan bahwa "suatu Allah" adalah suatu terjemahan harafiah yang mungkin atas nas ini, meskipun bukan terjemahan yang lebih disukai orang. Sebagian pakar juga menyatakan bahwa suatu terjemahan yang harafiah tidak menyamakan pribadi-pribadinya, melainkan memberikan suatu kualitas (sifat atau hakikat seperti Allah) kepada Yesus.
Mereka menggunakan Yoh 1:1 dalam bahasa Inggris (NAU) yang berbunyi sebagai berikut: “In the beginning was the Word, and the Word was with (the) God, and the Word was God”.
Penafsiran mereka berangkat dari teks Yohanes 1:1 yang menyatakan bahwa bahasa aslinya tidak menunjukkan bahwa Yesus ("Sang Firman") adalah "Allah", tetapi bahwa ia "seperti Allah" atau "ilahi" atau "suatu allah". Beberapa pakar menyatakan bahwa "suatu Allah" adalah suatu terjemahan harafiah yang mungkin atas nas ini, meskipun bukan terjemahan yang lebih disukai orang. Sebagian pakar juga menyatakan bahwa suatu terjemahan yang harafiah tidak menyamakan pribadi-pribadinya, melainkan memberikan suatu kualitas (sifat atau hakikat seperti Allah) kepada Yesus.
Mereka menggunakan Yoh 1:1 dalam bahasa Inggris (NAU) yang berbunyi sebagai berikut: “In the beginning was the Word, and the Word was with (the) God, and the Word was God”.
Mereka mengatakan bahwa kata ‘God’ yang pertama mempunyai definite article (dalam bahasa Inggris biasanya diterjemahkan sebagai ‘the’), dan ini menurut mereka betul-betul menunjuk kepada Allah / Yehovah. Tetapi kata ‘God’ yang kedua tidak mempunyai definite article (kata sandang tertentu) dan karena itu seharusnya diterjemahkan sebagai ‘a god’ (= suatu allah), dan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah allah kecil atau dianggap "seperti Allah".
Walaupun terjemahan yang benar memang adalah ‘the Word was God’ (= Firman itu adalah Allah), tetapi Dalam Tit 2:13 dan Ibr 1:8, Yesus disebut Allah dan dalam kedua ayat itu dalam bahasa Yunaninya kata ‘Allah’ itu menggunakan kata sandang tertentu (Tit 2:13 - τοῦ μεγάλου θεου (baca : tou megalou teou) ; Ibr 1:8 - ὁ θεὸς (baca : ho teos); dimana kata τοῦ dan ὁ adalah definite article). Karena itu jelaslah bahwa kata itu tidak boleh diterjemahkan a god. Kalau Yoh 1:1 ini diterjemahkan "the Word was a god" , maka ini akan bertentangan dengan Tit 2:13 dan Ibr 1:8.
Lagi pula bahasa asli dari Yohanes 1:1 : Ἐν ἀρχῇ ἦν ὁ λόγος, καὶ ὁ λόγος ἦν πρὸς τὸν θεόν, καὶ θεὸς ἦν ὁ λόγος. Dari sini pun sudah jelas bahwa Yesus adalah Firman itu ( ὁ λόγος ) : memakai kata sandang tertentu.
Kesimpulan
Kepastian eksistensi Tuhan dalam tiga pribadi membawa akibat signifikansi keajegan (validitas) proses inkarnasi (penjelmaan) Allah menjadi manusia. Konsep inkarnasi menjadi hal yang lebih memungkinkan untuk dapat diterima.
Kalau Yesus Kristus sunggguh-sungguh adalah Allah, maka konsep virginitas (kelahiran anak dara) terjadi; maka konsep inkarnasi adalah nyata; maka natur Allah adalah Allah Tiritunggal. Ini adalah logika yang terjadi secara berurutan (logical sequence).
Oleh sebab itu tepatlah apa yang dikatakan oleh Mikolaski bahwa : "Hence Christians test the truth of the doctrine of the Trinity by the truth of the doctrine of the Incarnation, and not vice versa." (The Triune God. Wahington: Christianity Today).