Kelahiran
Yohanes Pembaptis (Luk 1 :5-25)
|
Kelahiran Yesus
Kristus
(Luk 1:26-38)
|
|
Tokoh
Profesi Tokoh
Masalah
Kejadian
Peran sang anak
Tanggapan
Akibat
|
Zakaria,
Elisabeth
Imam
(Pemimpin agama)
Sudah
tua, belum punya anak
Zakaria didatangi Gabriel
Pembuka
jalan sang Mesias
Tidak
percaya (Luk 1:20b)
Bisu
sementara
|
Maria
Orang
biasa (rakyat jelata)
Muda,
baru tunangan
Maria didatangi
Gabriel
Sang
Mesias itu sendiri
Menerima
(Luk 1:38)
Diberkati
Tuhan
|
Rabu, 17 Desember 2014
Natal 2014
Rabu, 18 Juni 2014
Tinjauan Kritis atas Warta GBI PRJ (CK-7) 15 Juni 2014
BERJUANGLAH
MEMASUKI PINTU YANG SESAK ITU
Pendahuluan
Dalam salah satu
renungan warta gereja GBI CK7 di PRJ pada tanggal 15 Juni 2014 yang merupakan
PESAN GEMBALA SIDANG yang diberi judul “BERJUANGLAH MEMASUKI PINTU SESAK ITU”
yang tampaknya dikutip dari Matius 7:13 (parallel Luk 13:24), yang merupakan rangkaian pengajaran Tuhan
Yesus dalam serial KHOTBAH DI BUKIT (Mat 5-7).
Dalam Warta Jemaat
tersebut ditekankan mengenai pengajaran doktrin keselamatan (sotereologi) yang
pada intinya mengajarkan bahwa keselamatan bagi orang Kristen harus diusahakan,
dikerjakan dan dijaga sedemikian, sebab tidak ada jaminan bahwa orang Kristen
pasti selamat masuk Surga. Diberikan ilustrasi tentang seseorang yang akan
bepergian dengan menggunakan kereta api dari Jakarta ke Surabaya, di mana
dikatakan orang yang membeli tiket tersebut belum tentu sampai ke Surabaya
seandainya dia memutuskan untuk turun di Semarang.
Artinya pengajaran
(doktrin) yang ingin disampaikan ialah bahwa keselamatan bagi orang Kristen
juga tidak pasti, bergantung pada dirinya sendiri, kemampuan dirinya untuk
mengerjakan keselamatan itu (Filipi 2:12).
Tulisan ini berusaha
untuk mengeksegesa ayat-ayat yang dipakai untuk menyokong ide yang ditulis
dalam warta tersebut, bukan dengan maksud untuk menghakimi atau berdebat,
tetapi biarlah secara kontekstual dan obyektif dengan menggunakan prinsip-prinsip
hermeneutik secara alkitabiah, kebenaran
itu akan kita lihat bersama.
Pertama-tama akan
dibahas dari teks yang dipakai dalam Matius 7:13 yang merupakan bagian dari
rangkaian KHOTBAH DI BUKIT dengan paralelisasi dalam Lukas 13:24, lalu
dilanjutkan dengan pembahasan dari Filipi 2:12-13.
Khotbah di Bukit
Khotbah di bukit yang merupakan rangkuman dari pelbagai khotbah Yesus. Demikian Matius menampilkan keseluruhan ajaran Yesus secara singkat dan menyeluruh, tetapi dengan tepat menunjukkan ciri khas ajaran "baru" dari Yesus. Ajaran "baru" itu merupakan "jalan hidup yang baru" pula (orang kristen perdana menyebut diri pengikut Jalan Tuhan, bdk. a.l. Kis Rasul 9,2; 19,23; 22,4). Mereka yang mengikuti Yesus memulai satu era baru hubungan manusia dengan Allah, mereka masuk ke dalam suatu cara hidup yang baru (baca: dalam Kerajaan Allah), yang dapat dibandingkan dengan permulaan hidup baru Israel di kala menerima aturan hidup baru di gunung Sinai (bdk. metafora "Yesus naik ke bukit", yang bagi telinga Yahudi berbunyi seperti "Musa naik ke bukit Sinai").
Khotbah di bukit dibuka dengan kedelapan Sabda Bahagia, yang bagi hidup kristiani sangat menentukan, sama seperti kesepuluh perintah Allah bagi orang Yahudi.
Tapi yang menarik dari "perintah baru" ini adalah: ia tidak mengatakan "apa yang harus dilakukan oleh orang Kristen", melainkan "apa yang akan terjadi bila mereka hidup dalam Kerajaan Allah". Mereka akan miskin, berhati murni, berbelaskasih, cinta akan damai dan kebenaran, dan karenanya akan dibenci dan dikejar orang. Kendati demikian "cara hidup" seperti ini mereka sebut "hidup yang berbahagia", sebab mereka hidup dalam Kerajaan Allah, memiliki hubungan yang khusus dengan-Nya, menjadi anak-anak-Nya, dan seluruh dunia adalah milik mereka. Itulah jalan baru, horizon atau suatu pandangan hidup yang baru!
Jadi tidak ada kaitannya dengan cara hidup supaya masuk Surga (karena masuk Surga tidak mudah), yaitu dengan kewajiban melakukan 4 hal penting (Warta alinea pertama) yaitu :
1. Harus hidup sesuai kebenaran
2. Akan mengalami aniaya sebagai bukti tidak kompromi dengan dunia
3. Harus mengasihi musuh
4. Menyangkal diri
Dikatakan secara eksplisit dalam alinea kedua warta tesebut sbb :
Masuk Surga itu tidak mudah ! Sekarang banyak pengajaran-pengajaran yang berkata, “Masuk Surga itu gampang, tetapi ke luar Surga itu susah!” Tetapi saya mau memberitahu saudara, “Masuk Surga itu tidak mudah!” Karena itu saudara harus berjuang melalui pintu yang sempit itu. Saya harus meng-counter banyak pengajaran yang berkata, “Tuhan Yesus sudah membayar begitu mahal dengan darahNya, masa Saudara tidak masuk Surga ? Meskipun engkau jatuh bangun dalam dosa dan hidupmu kacau!” Itu omong kosong ! Saudara harus berhati-hati dengan pengajaran seperti ini.
Jadi kesan utama yang diajarkan dalam warta tersebut adalah menghantam
teologi yang mengajarkan bahwa keselamatan hanya melalui anugerah (saved by grace alone) semata, tidak ada
andil manusia di dalamnya dan yang kedua adalah menghantam pengajaran bahwa “sekali
selamat tetap selamat”. Masalahnya adalah tepatkah penafsiran yang dibangun
atas ayat-ayat yang dipilih tersebut ?
Patut dipahami bersama bahwa ketika
Tuhan Yesus mengatakan : Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah
jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
(Mat 7:13 ), sebetulnya dalam konteks ini
Tuhan Yesus sedang mengoreksi pandangan teologis orang Yahudi yang merasa bahwa
karena mereka keturunan lahiriah Abraham, sehingga secara otomatis akan
diberkati dan masuk Surga. Jadi tidak ada urusannya bila kritik itu ditujukan
kepada orang Kristen tertentu yang memegang doktrin keselamatan yang merupakan
anugerah dan tidak perlu kita kerjakan lagi. Adalah sangat tidak tepat dan naif
bila ingin menyamakan ajaran Kristen tersebut dengan orang Yahudi yang
mendasarkan ajaran keselamatan Yudaisme sebagai keturunan Abraham.
Tuhan Yesus memakai metafora yang umum diterima oleh budaya filosofis
masyarakat bahwa jalan yang benar adalah jalan yang susah yang membuat orang
harus berjuang di dalamnya. Jadi sekali lagi bahwa dalam hal ini Tuhan Yesus
tidak sedang mengajarkan keselamatan melalui cara-cara atau perbuatan yang
harus diperjuangkan sedemikian sulitnya (saved
by works), tetapi untuk mengoreksi pandangan keselamatan otomatis karena
keturunan, atau pada konteks masa kini bahwa seseorang yang dilahirkan dari
keluarga atau keturunan suku yang mayoritas sudah Kristen, maka orang tersebut
sudah pasti diselamatkan.
Lalu dalam ayat
paralelisasinya ketika Tuhan Yesus menjawab : "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak
itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi
tidak akan dapat. (Luk 13:24) atas pertanyaan di ayat 23 ”Tuhan sedikit
sajakah orang diselamatkan ?” (Luk 13:23)
Pertanyaan
ini dilatarbelakangi oleh salah satu dari 2 hal di bawah ini:
1.
Hanya sedikit orang yang ikut Yesus.
2.
Pandangan orang Yahudi pada jaman
itu bahwa orang Yahudi akan selamat secara otomatis, sedangkan bangsa-bangsa
lain tidak akan bisa selamat.
Yesus menjawab dengan memberikan
suatu perintah (ay 24a).
Ada beberapa hal yang bisa kita
bahas dari ay 24a ini: Berjuanglah
untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!
1)
Dengan kata-kata dalam ay 24a itu
Yesus sebetulnya bukan menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya dalam
ay 23 itu, tetapi Ia menjawab seolah-olah pertanyaannya adalah: ‘Bagaimana
caranya supaya selamat?’
2)
‘Pintu yang sesak’ (bdk. Mat
7:13-14).
Ini menggambarkan bahwa hidup kristen itu bukanlah hidup
yang mulus dan enak, tetapi sebaliknya sangat berat dan penuh dengan kesukaran!
Alangkah berbedanya ajaran Yesus ini dengan ajaran populer jaman ini yang
mengatakan bahwa kalau ikut Yesus pasti akan kaya, sembuh dari semua penyakit,
bebas dari semua problem dsb!
3)
‘Berjuanglah!’
a.
Kalau ini merupakan cara untuk
mendapat keselamatan, apakah itu berarti bahwa Yesus mengajarkan doktrin sesat ‘Salvation
by works’ (= keselamatan karena perbuatan baik)? Tentu saja tidak, karena
pada ayat-ayat yang lain, Yesus mengatakan bahwa kita dapat selamat karena iman
/ percaya (Yoh 3:15,16,18,36 Yoh 6:47 dsb).
Lalu
mengapa di sini Ia berkata bahwa untuk selamat kita harus berjuang?
o
Mengoreksi pandangan teologis orang
Yahudi yang bisa selamat secara otomatis.
o
Karena iman yang benar pasti akan
menyebabkan orangnya berjuang. Orang yang hanya mengaku sebagai orang percaya,
tetapi tidak mau berjuang, jelas sebetulnya bukanlah orang percaya (bdk.
Fil 2:12) yang akan dibahas selanjutnya.
b.
Kata ‘berjuanglah’ diterjemahkan
dari kata bahasa Yunani ἀγωνίζεσθε
baca :agonizeste.
Ini
adalah suatu istilah yang diambil dari gelanggang gulat dalam Grecian Games
(= pesta olah raga Yunani), sehingga jelas bahwa kata itu mencakup arti
‘bergumul / bergulat’.
Disamping
itu, dari kata agonizeste
itu diturunkan kata bahasa Inggris agony (= penderitaan yang hebat) atau
to agonize (= menderita sekali). Dan secara implisit ini menunjukkan bahwa dalam perjuangan yang diwajibkan
Yesus itu, kita pasti akan meng-alami banyak penderitaan, termasuk penderitaan
yang sangat hebat sekalipun!
c.
Selanjutnya kata agonizeste itu adalah suatu kata perintah yang
ditujukan kepada ‘orang kedua bentuk jamak’. Perhatikan juga
ay 24a: ‘Jawab Yesus kepada orang-orang di situ‘. Semua ini jelas
menunjukkan bahwa perintah ini ditujukan bukan hanya kepada si penanya, tetapi
kepada semua yang hadir saat itu, dan tentu saja juga kepada kita.
d.
Hal penting lainnya adalah bahwa
kata agonizeste
itu ada dalam bentuk present imperative (= kata perintah dalam bentuk present
/ sekarang). Berbeda dengan aorist imperative (= kata perintah dalam
bentuk aorist / lampau) yang digunakan bila orang yang memberi perintah
itu menghendaki supaya perintahnya dilakukan hanya 1 x saja, maka present
imperative digunakan kalau orang yang memberikan perintah itu menghendaki
supaya perintahnya dilakukan terus-menerus. Jadi dari bentuk present
imperative ini bisa kita dapatkan bahwa Yesus bukan hanya menghendaki kita
berjuang satu kali saja, atau kadang-kadang saja berjuang, tetapi terus menerus
berjuang!
Kerjakan keselamatanmu
ITB Philippians 2:12-13 Hai saudara-saudaraku yang kekasih,
kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut
dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula
sekarang waktu aku tidak hadir,
karena Allahlah
yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut
kerelaan-Nya.
KJV Philippians 2:12-13 Wherefore, my beloved, as ye have
always obeyed, not as in my presence only, but now much more in my absence,
work out your own salvation with fear and trembling.
For it is God
which worketh in you both to will and to do of his good pleasure.
NAU Philippians 2:12-13 So then, my beloved, just as you
have always obeyed, not as in my presence only, but now much more in my
absence, work out your salvation with fear and trembling;
for it is God who
is at work in you, both to will and to work for His good pleasure.
BGT Philippians 2:12-13 Ὥστε, ἀγαπητοί μου, καθὼς πάντοτε ὑπηκούσατε, μὴ ὡς ἐν τῇ παρουσίᾳ μου μόνον ἀλλὰ νῦν πολλῷ μᾶλλον ἐν τῇ ἀπουσίᾳ μου, μετὰ φόβου καὶ τρόμου τὴν ἑαυτῶν σωτηρίαν κατεργάζεσθε·
θεὸς γάρ ἐστιν
ὁ ἐνεργῶν
ἐν
ὑμῖν
καὶ τὸ θέλειν καὶ
τὸ ἐνεργεῖν
ὑπὲρ
τῆς
εὐδοκίας.
Jika kita melihat ayat 12-13 secara sekilas pun kita dengan mudah akan
menemukan bahwa inti dari bagian ini terletak pada kalimat perintah di ayat 12,
yaitu kerjakanlah keselamatanmu. Bagian lain dari ayat 12-13 hanya menjelaskan
inti tersebut. Apa yang dimaksud dengan perintah ini? Apakah perintah ini tidak
bertentangan dengan ajaran Paulus yang lain tentang keselamatan adalah anugerah
(Rom 3:28; Ef 2:8-9)?
Penyelidikan yang lebih teliti menunjukkan bahwa nasehat ini tidak
bertentangan dengan doktrin anugerah. Pertama, kata kerja κατεργάζomai baca : katergazomai (“kerjakanlah”) sebenarnya lebih
bermakna “menyelesaikan” (Ef 6:13), bukan menghasilkan sesuatu yang sebelumnya
tidak ada. Ayat ini berarti “work out
your salvation” (mayoritas versi Inggris), bukan “work for your salvation”.
Kedua, kata “mu” dalam frase “keselamatanmu” dalam bahasa Yunani
berbentuk jamak. Pemakaian bentuk jamak ini menunjukkan bahwa Paulus tidak
sedang membicarakan keselamatan pribadi-pribadi. Ia sedang membahas keselamatan
secara komunal. Ia sebenarnya menasehatkan jemaat di Filipi sebagai sebuah komunitas untuk
menunjukkan pola hidup tertentu yang membuktikan bahwa mereka memang sudah
diselamatkan. Dalam konteks pasal 2, hal ini berhubungan dengan kasih sesama
orang percaya (2:1-4, 14-15; 4:2). Nasehat yang hampir serupa dengan ayat ini
terdapat di Filipi 1:27 “hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus”.
Dengan menunjukkan diri sebagai komunitas yang punya gaya hidup sesuai Injil,
jemaat Filipi akan mampu menjadi teladan bagi orang-orang luar yang memusuhi
mereka (1:27-28; 2:15).
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa nasehat untuk mengerjakan
keselamatan sebenarnya sama dengan nasehat untuk hidup sesuai dengan status yang sudah diselamatkan. Dalam
istilah yang lebih sederhana, mengerjakan keselamatan sebenarnya sama dengan
hidup sesuai firman Tuhan (ketaatan). Hal ini juga terlihat dari kalimat di
ayat 12 “kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah
kerjakan keselamatanmu”.
Jadi Filipi 2:12-13 bukanlah
berbicara keselamatan itu harus dikerjakan, karena keselamatan itu dapat hilang.
Kalau demikian apa yang dimaksud dengan “kerjakanlah keselamatanmu?”
Bentuk ketaatan (pengerjaaan keselamatan), ayat 12
Dalam bagian ini kita akan melihat 3 macam ketaatan yang dituntut Allah
dari kita.
1. Harus konsisten.
Di awal ayat 12
Paulus mengatakan “kamu senantiasa taat, karena itu...”. Hal ini jelas merujuk
pada konsistensi ketaatan yang sudah ditunjukkan jemaat Filipi mulai dari awal
pelayanan Paulus di sana (Kisah Rasul 16) sampai waktu Paulus menulis surat.
Ketika ia mulai memberitakan Injil di Filipi, beberapa orang langsung menerima
firman itu (Kis 16:14, 32-33). Ketika ia berada di tempat lain, jemaat Filipi
tetap mendukung pemberitaan Injil (Flp 4:10, 15-16). Mereka tetap bertahan
dengan penganiayaan yang terus-menerus mereka alami (Flp 1:28-30). Ketika
Paulus menulis surat ini pun jemaat Filipi telah memberikan bantuan untuk
pekerjaan misi (Flp 2:25). Paulus tidak puas hanya pada ketaatan mereka dari
dulu sampai sekarang. Ia ingin agar mereka terus mengerjakan keselamatan mereka
(taat).
2. Tidak dibatasi
situasi apapun.
Paulus
menambahkan bahwa ketaatan jemaat Filipi harus dilakukan “bukan hanya waktu aku
hadir, tetapi terlebih waktu aku tidak hadir”. Dalam sebagian versi Inggris,
frase ini dihubungkan dengan “kamu senantiasa taat”, bukan “kerjakan
keselamatanmu”. Dari sisi tata bahasa dan konteks surat Filipi, frase tersebut
sebaiknya dihubungkan dengan “kerjakan keselamatanmu” (LAI:TB). Pertama, kata
Yunani me (baca : “me” artinya “bukan”)
seringkali dipakai untuk menerangkan kalimat perintah. Dalam ayat ini “kerjakan
keselamatanmu” berbentuk kalimat perintah (imperatif), sedangkan “kamu
senantiasa taat” merupakan kalimat pernyataan (indikatif). Kedua, ide tentang
kedatangan Paulus dalam surat Filipi bukan merujuk pada kedatangannya yang dulu
(Kis 16). Kedatangan ini bersifat futuris, seandainya Paulus berhasil bebas
dari penjara (1:26 dan 2:23-24). Ia belum tahu apakah ia akan bebas atau
dihukum mati (1:20-26), karena itu berpesan pada jemaat Filipi untuk tetap
mengerjakan keselamatan (taat) baik ia ada atau tidak ada. Tambahan ini perlu
ditegaskan Paulus, karena jemaat Filipi sangat dekat dan mengasihi dia. Mereka
bisa terjebak pada ketaatan yang semu, yaitu taat hanya karena faktor Paulus
(hamba Tuhan) saja. Ketaatan seperti ini jelas tidak tepat. Hamba Tuhan memang
harus menjadi teladan bagi jemaat (1Kor 11:1; 1Tim 4:12), tetapi jemaat harus
berfokus pada Tuhan (Mat 11:29). Intinya, ketaatan kita tidak boleh dipengaruhi
oleh situasi tertentu.
3. Didasari hormat
pada Allah.
Paulus
menasehatkan agar jemaat Filipi tetap mengerjakan keselamatan dengan takut dan
gentar. Sekilas konsep ini terkesan aneh, karena dasar ketaatan seharusnya
adalah kasih (Mat 22:37-40), bukan ketakutan. Kesan ini akan hilang apabila
kita ingat bahwa Allah memang seringkali menghukum umat-Nya agar mereka takut
dan taat kepada-Nya. Takut di sini dimaksudkan agar mereka lebih hormat pada
kekudusan Allah. Dalam tulisan Paulus, ungkapan “dengan takut dan gentar”
muncul beberapa kali dengan makna “hormat”, tanpa selalu melibatkan unsur
hukuman. 2 Korintus 7:15 mencatat bahwa Titus
diterima jemaat Korintus dengan takut dan gentar. Maksudnya, ia diterima dengan
penuh hormat, karena ia mewakili Paulus. Dalam Efesus 6:5 Paulus menasehati
para budak agar taat kepada tuan mereka dengan takut dan gentar. Tidak ada
ketakutan karena hukuman yang diindikasikan di Efesus 6:5-8. Takut dan gentar
berarti dengan sikap hormat. Begitu pula ketaatan kita kepada Allah harus
didasarkan pada rasa hormat terhadap kekudusan Allah. Kita taat bukan karena
sungkan terhadap orang lain, tuntutan sosial, takut kalau berdosa nanti
ketahuan, dan sebagainya. Kita taat karena kita menghormati kekudusan Allah.
Kekuatan untuk taat (pengerjaaan keselamatan), ayat 13
Jenis ketaatan yang dituntut di ayat 12 tampaknya sangat
sulit untuk dilakukan, karena itu Paulus menjelaskan rahasia kita bisa
melakukan itu (band. kata sambung “karena” di awal ayat 13). Rahasianya
terletak pada diri Allah. Allah yang mengerjakan kekuatan dari dalam diri kita ἐνεργεw (baca : energeo). Kata ἐνεργεw (baca : energeo) muncul 20 kali dalam PB, 18 di antaranya
dipakai oleh Paulus. Arti yang terkandung di dalam kata ini adalah “bekerja
dengan penuh kekuatan” (Gal 2:8; 3:5; 5:6; Ef 2:2).
Allah memampukan kita untuk mau (θέλo baca : telo) dan mampu (ἐνεργεw baca : energeo) untuk menaati Dia. Natur kita yang tercemar oleh
dosa cenderung tidak bisa konsisten dalam menaati Allah. Kita seringkali taat
dalam situasi-situasi tertentu saja. Kita juga tidak jarang menaati Allah tapi
dengan motivasi/dasar yang salah. Melalui intervensi Allah dalam diri kita,
kita diberi kemauan dan kemampuan. Tugas kita adalah berserah pada pimpinan
Allah.
Kesimpulan
1.
Berjuanglah melalui pintu yang sesak
itu (dikutip dari Matius 7:13), bukanlah berbicara bahwa setiap orang Kristen
harus berjuang supaya pada akhirnya selamat. Justru sebaliknya bahwa karena
sudah dalam status yang baru (selamat), maka perlu tuntunan cara hidup yang
baru dan dengan sudut pandang yang baru tentang hidup berbahagia (konteks
Khotbah di Bukit).
2.
Kerjakan keselamatanmu (Fil 2:12)
juga bukan berbicara bahwa karya Kristus di Salib harus dilengkapi, sehingga setiap
orang Kristen harus mengerjakan keselamatan itu. Mengerjakan keselamatan (work
out bukan work for) adalah
juga gaya hidup yang baru yang harus dikerjakan secara terus menerus, supaya
sesuai (sepadan) dengan panggilan keselamatan yang sudah diterima oleh setiap
orang percaya.
3.
Pemakaian ayat-ayat dalam Alkitab
haruslah cermat sesuai konteks dan kontentnya yang didukung dengan prinsip-prinsip
penafsiran secara bertanggung jawab dan dibuktikan secara biblika untuk
mendukung suatu ide dan pengajaran yang akan disampaikan.
4.
Pendapat yang dibangun dari nuansa ayat-ayat
Matius 7:13 dan Filipi 2:12 tidak dapat dipakai
untuk mendukung pengajaran bahwa keselamatan harus dikerjakan secara sulit
(baca : melalui pintu yang sesak), apalagi untuk melawan pengajaran keselamatan
tidak dapat hilang (sekali selamat tetap selamat = once saved always saves) atau keselamatan yang sudah pasti merupakan jaminan kekal / masuk Surga.
Penutup
Dari
semua penjelasan tersebut jelaslah bahwa ayat-ayat yang dipakai bukanlah
melemahkan pengajaran bahwa keselamatan itu benar-benar anugerah yang
dikerjakan oleh Allah semata untuk kita manusia berdosa, tetapi sebaliknya
malah menguatkannya. Bahkan untuk berperilaku (baca : mengerjakan) sesuai
dengan panggilan keselamatan itupun kita tetap membutuhkan anugerah Allah untuk
mengerjakannya. Karena itulah mungkin
saja kita dapat jatuh bangun di dalamnya, tetapi hal itu bukan dikerjakan
supaya kita selamat, tetapi sebagai bukti bahwa kita telah diselamatkan,
sehingga kita harus ‘menghidupi’ keselamatan yang kita telah terima secara
cuma-cuma. Karya penebusan Kristus di atas kayu Salib menghasilkan keselamatan
untuk semua orang yang percaya, sehingga memastikan kita untuk masuk ke Surga.
Kekristenan
berbeda secara esensi dengan iman kepercayaan lain yang bersifat "orthopraxy"
atau "right practice", yang mengajarkan bahwa untuk memperoleh
keselamatan, yang perlu dilakukan adalah berlaku baik dan hidup menurut jalan
yang telah ditentukan dalam doktrin, syari'ah dan fikih-nya. Sebaliknya,
kepercayaan Kristen lebih menekankan pada "orthodoxy" atau
"right belief" (Anis A. Bether)
Dikompilasi
dari berbagai sumber